Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
organik BO relatif rendah, bila kering retak-retak cukup dalam. Lapisan bawah berwarna abu-abu, kekuningan, atau kebiru-biruan, tergantung dari keadaan drainase dan
bahan induk. Tekstur liat berat, keras bila kering dan lekat bila basah. Reaksi tanah netral – alkalis, dan kadang-kadang ditemukan konkresi kapur, tetapi ada juga yang bereaksi
masam. Berkembang dari bahan induk mergel
marl
, napal
shale
berkapur, batu kapur berliat
argillaceous
, endapan alluvial tua, dan bahan volkanik. Ditemukan pada ketinggian dari muka laut sampai 200 m, dengan iklim tropika basah sampai subtropika,
dan curah hujan dari 800-2000 mm tahun..
4. Vertisol USDA
Vertisol USDA adalah tanah-tanah yang mempunyai liat 30 di semua horison, tebal ≥ 25 cm, bila kering pecah-pecah sampai kedalaman 50 cm. Proses pembentukan tanah
ini telah menghasilkan suatu bentuk mikrotopografi yang khusus disebut
topografi gilgai
. Proses yang dominan dalam pembentukan Vertisol adalah haplodisasi dengan cara
argilik-pedoturbasi
. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan liat yang tinggi, yang didominasi oleh mineral liat tipe 2:1 contoh montmorillonit yang mudah mengembang
dan mengkerut.
5. Proses Pembentukan Ultisol
Proses pembentukan Ultisol adalah: 1 pencucian yang ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat, 2 karena suhu yang cukup panas 8 °C dan pencucian yang
kuat dalam waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terjadi pelapukan yang kuat terhadap mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan
oksida-oksida., 3 pencucian liat
lessivage
, menghasilkan horison albik di lapisan atas
eluviasi
dan horison argilik di lapisan bawah
iluviasi
, 4
biocycling
, 5 pembentukan plintit dan fragipan, dan 6 perubahan horison umbrik menjadi mollik.
6. Proses Pembentukan Vertisol
Proses pembentukan Vertisol adalah: 1 pada musim kering tanah retak-retak, karena mengkerutnya mineral liat 2:1. Retakan-retakan ini dapat mencapai kedalaman 1 m atau
lebih. Selama retakan-retakan tersebut terjadi, tanah-tanah di permukaan dapat jatuh ke dalam retakan tersebut, misalnya karena binatang, angin, atau pukulan air hujan, 2 pada
musim hujan liat yang menjadi basah, kemudian mengembang dan menutupi retakan. Tanah yang jatuh ke dalam retakan tersebut menyebabkan
volume
tanah di tempat tersebut bertambah, sehingga waktu tanah mengembang diperlukan ruang yang lebih
besar. Akibatnya tanah yang mengembang tersebut mendorong agregat-agregat tanah sehingga terjadi gesekan-gesekan antar agregat dan terbentuklah struktur berbentuk baji
dengan ”bidang kilir”
slickenside
di permukaannya. Pengembangan tersebut dapat mendorong tanah ke samping atas sehingga terbentuklah mikro relief yang disebut gilgai,
dan profil Vertisol.
7. Klasifikasi Ultisol
Klasifikasi Ultisol adalah terdapat empat sub ordo dari Ultisol yang termasuk lahan
kering tidak termasuk Aquult yang termasuk Ultisol lahan basah adalah Humult, Udult, dan Ustult, serta Xerult rejim kelembaban
xeric
tidak ditemukan di Indonesia. 8.
Klasifikasi Vertisol
Klasifikasi Vertisol adalah terdapat lima subordo dari Vertisol yang termasuk lahan kering tidak termasuk Aquert yang termasuk Vertisol lahan basah adalah Ustert
Udert, serta
Cry
alf,
Xer
alf
Torr
ert rejim suhu
cryic
serta rejim kelembaban
xeric torric
tidak ditemukan di Indonesia.
9. Pengelolaan Ultisol
Pengelolaan Ultisol adalah mengingat beberapa kendala pada Ultisol Podsolik Merah Kuning baik ditinjau dari segi fisik, kimia, maupun biologi tanah, ditanami tanaman
semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dan lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis tanaman leguminosa. Maksudnya adalah agar sisa-sisa
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
tanaman tersebut dapat seperti bahan organik rendah sampai sedang, kemasaman dan Al dapat ditukar dd tinggi, kandungan N, P, K, KTK dan KB rendah, serta sangat peka
erosi. Seyogyanya pemanfaatan Ultisol tidak tepat untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan dikembalikan ke dalam tanah sebagai pupuk hijau.
10. Pengelolaan Vertisol