Klasifikasi Histosol Pengelolaan Histosol Pengelolaan tanah dari subgrup Histic

Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK

5. Tanah dari subgrup Histic USDA

Tanah dari subgrup Histic USDA adalah tanah-tanah pada subordo ”Aqu” di tingkat subgrup-nya mempunyai dengan epipedon histik.

6. Proses pembentukan Histosol

Proses pembentukan Histosol adalah terjadinya akumulasi bahan organik BO sehingga tebalnya mencapai 30 cm disebut paludisasi. Proses ini merupakan proses geogenetik bukan pedogenetik, dan dapat dianggap sebagai proses pembentukan bahan induk, dimana tanah Histosol kemudian terbentuk. Dalam proses pembentukan tanah seterusnya BO yang masih kasar tersebut mengalami dekomposisi menjadi lebih halus. Dekomposisi BO dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: kelembaban, susunan BO, kemasaman, aktivitas mikroorganisme dan waktu. Reaksi-reaksi kimia dan perubahan- perubahan yang terjadi selama dekomposisi BO adalah kompleks dan hanya sebagian saja yang telah diketahui dengan baik. Proses pembentukan tanah Histosol pedogenesis dimulai segera setelah udara dapat masuk ke dalam tanah organik, yaitu setelah diadakan perbaikan drainase, sehingga memungkinkan kegiatan mikro-organisme. Tanah organik yang belum didrainasekan masih berupa rawa gambut mempunyai profil A 00 G. Dalam proses pedogenesis selanjutnya maka terbentuklah horison C dan A1 dari horison G. 7. Proses pembentukan tanah dari subgrup Histic Proses pembentukan tanah dari subgrup Histic adalah: proses yang mendorong terbentuknya gambut ini adalah depresi atau plateau di puncak pegunungan api yang telah mati dan kemudian tidak menjadi telaga, tetapi hanya merupakan rawa-rawa yang ditumbuhi vegetasi Hydrophyta dan Cypera cea e , atau juga sphagnum seperti yang ditemukan di gunung Papandayan. Berlainan dengan keadaan di pegunungan Alpine Eropa, habitus gambut di pegunungan ini terutama sphagnum yang tumbuh langsung di atas tanah mineral tanpa membentuk gambut. Selain temperatur yang dingin untuk terbentuknya gambut ini juga diperlukan udara lembab. Selain itu proses-proses yang dapat terjadi pada tanah Gambut Pegunungan adalah: 1 penyampahan littering : akumulasi bahan organik kasar serasah dan humus setebal kurang dari 30 cm di atas permukaan tanah mineral. Terbentuk pada serat, bahan fibrik, hemik, saprik, humiluvik dan limnik, 2 humifikasi: perubahan bahan organik kasar menjadi humus, 3 paludisasi: proses akumulasi bahan organik setebal lebih dari 30 cm proses geologi, terbentuk epipedon histik, dan 4 pematangan ripening : perubahan- perubahan secara kimia, biologi, dan fisik dari tanah organik, setelah udara masuk ke dalam tanah setelah perbaikan drainase, terbentuk pada Histosol yang didrainasekan.

8. Klasifikasi Histosol

Klasifikasi Histosol terdapat tiga subordo dari Histosol adalah Fibrist, Hemist, dan Saprist semuanya merupakan lahan basah dan ditemukan di Indonesia. 9. Klasifikasi tanah dari subgrup Histic Klasifikasi tanah dari subgrup Histic terdapat pada enam subordo ”Aqu” yaitu Aqualf Alfisol, Aquand Andisol, Aquept Inceptisol, Aquoll Mollisol, Aquox Oxisol, dan Aquod Spodosol.

10. Pengelolaan Histosol

Pengelolaan Histosol Gambut Topogen di Rawa Lakbok lebih kaya unsur hara daripada Gambut Ombrogen. Penduduk mengusahakan dengan menanam padi, dengan hasil yang lumayan. Di sepanjang gambut ini didapati tanah Aluvial, sedangkan di tengahnya merupakan gambut murni, dengan drainase yang buruk, sehingga tanaman tumbuh kurus dengan daun berbintik-bintik. Petani membuat drainase yang intensif, sehingga di musim hujan saja tanaman kekurangan air, apalagi di musim kemarau. Mula-mula hasil produksi padi 15.8 kwha, berangsur-angsur makin lama makin berkurang, dan setelah berjalan 15 tahun gagal sama sekali karena mundur kesuburannya. Drainase harus dilakukan secara teratur disertai pemupukan K, P, dan unsur mikro Cu. Sedangkan pengelolaan Gambut Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK Ombrogen adalah sebagai berikut: 1 pembuatan saluran drainase, 2 usaha pembakaran dan pemadatan, 3 sistem surjan, dan 4 penggunaan pupuk.

11. Pengelolaan tanah dari subgrup Histic

Pengelolaan tanah dari subgrup Histic adalah untuk dapat diusahakan perlu dilakukan pembuatan saluran drainase pada tanah Gambut Pegunungan. Tujuannya adalah untuk membuang air yang berlebihan, pada saat air berlebihan dibuang terjadi subsident penyusutan, dan harus diperhatikan jangan sampai terjadi kering tak balik irreversible drying . Berbeda dengan gambut di daerah pasang surut, pada Gambut Pegunungan tidak terdapat lapisan sulfat masam di bawahnya.

12. Penggunaan Histosol