Penggunaan Aquept MetodeStrategi Pembelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Ajar Tanah salin Solonchak

Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK Aquept yaitu Sulfaquept merupakan lahan basah dan ditemukan di Indonesia. d. Klasifikasi Tanah Aluvial Hidromorf adalah terdapat dua great group dari subordo Aquept yaitu Sulfaquept dan Humaquept dengan subgrup Hydraquentic merupakan lahan basah dan ditemukan di Indonesia. 10. Pengelolaan Aquept a. Pengelolaan Tanah Glei Humus adalah tanah ini pada saat basah konsistensinya lekat dan bila kering keras, mengandung bahan organik 3, sehingga pH-nya agak masam sampai netral, kesuburannya sedang dengan derajat kejenuhan basa 60. Perlu penambahan pupuk untuk memenuhi unsur hara bagi tanaman, juga perlu adanya pengapuran untuk penaikkan pH.

b. Pengelolaan Tanah Glei Humus Rendah adalah pada tanah ini sering dijumpai

lapisan padas, sehingga menjadi kendala dijumpai pada saat pengolahan tanah. Biasanya oleh petani padas tersebut dibongkar dahulu, baru kemudian ditanami.

c. Pengelolaan Tanah Sulfat Masam adalah fasilitas drainase dapat mempercepat

oksidasi pirit, dan irigasi untuk pembersihan bahan-bahan beracun, kesuburannya tanah menurun, perlu dipupuk unsur P dan K, membutuhkan investasi yang tinggi. Pemberian 150 ton ha -1 kapur dapat menetralisir sebagian asam dari 50 cm tanah yang mengandung 3 pirit.

d. Pengelolaan tanah Aluvial Hidromorf Hydraquentic Humaquept dan Hydraquentic

Sulfaquept hampir sama seperti tanah Glei Humic Typic Humaquept dan tanah Sulfat MasamThionic Gleysol Typic Sulfaquept.

11. Penggunaan Aquept

a. Penggunaan Tanah Glei Humus, Glei Humus Rendah dan Aluvial Hidromorf

cocok untuk areal persawahan, tanah ini cocok untuk pertanaman padi.

b. Penggunaan Tanah Sulfat Masam adalah digunakan untuk

aquaculture budidaya air untuk dibuat tambak, cocok pada lingkungan coa stal , atau dibiarkan di bawah vegetasi alami.

5. MetodeStrategi Pembelajaran

Metode yang dilakukan dalam kegiatan kuliah ini: 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi 4. Penugasan

6. Tahap Pembelajaran A.

Kegiatan Pendahuluan Dosen menyiapkan diri dan membuka perkuliahan dengan berdoa dalam hati dan ucapkan salam serta mengajak mahasiswa berkonsentrasi dengan berbagai pertanyaan lisan maupun tertulis dan menunjukkan tujuan perkuliahan.

B. Kegiatan Perkuliahan Inti

Dosen: 1. Menjelaskan seluruh materi dalam pokok bahasan secara sistematis 2. Menjelaskan materi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disiapkan 3. Mengajak mahasiswa berdiskusi tentang materi 4. Memberikan pertanyaan terkait dengan materi 5. Memberi evaluasi Mahasiswa: 1. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan dosen 2. Mengajukan pertanyaan bila kurang jelas 3. Menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas dari dosen Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK 4. Mengerjakan evaluasi.

C. Kegiatan Akhir

Dosen menutup perkuliahan dengan merangkum keseluruhan materi

7. AlatBahanSumber Belajar A. AlatMedia

Media pembelajaran yang dipergunakan: 1. Proyektor 2. Papan tulis dan spidol 3. LCD dan Laptop 4. Contoh materi yang ada di sekitar

B. BahanSumber Bacaan

Arabia, T. 2014. Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh. ________., A. Karim, Manfarizah. 2012. Klasifikasi dan Pengelolaan Tanah. Syiah Kuala University Press. Darussalam-Banda Aceh. Attanandana, T., S.Vacharotayan, dan K. Kyuma. 1981. Chemical characteristic, and fertility status of acid sulfate soils of Thailand. Proc. of the Bangkok Symp. on Acid Sulfate Soils. pp 137 – 156. Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. 2 nd ed. Iowa State University Press. Ames. Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 328 hal. Darmawijaya, M.I. 1992. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Dudal, R. and M. Soepraptohardjo. 1957. Soil classification in Indonesia. Cont. Gen. Agr. Res. Sta. No. 148. Bogor. FAO. 1974. Soil map of the world. Vol. 1. Legend. UNESCO. Paris. FAO-UNESCO. 1994. Soil map of the world. Vol. 1. Revised legend with corrections. Reprint of World Soil Resources Report. FAO. Rome. Kyuma, K. dan P. Vijarnsorn. 1992. Distribution and inherent characteristics of soils in the coastal lowlands in insular Southeast Asia. In: Coastal lowland ecosystems in Southern Thailand and Malaysia. Edited: K. Kyuma, P. Vijarnsorn, and A. Zakaria. Moormann, F.R. and N. van Breemen. 1978. Rice: Soil, Water, Land. IRRI. Los Banos, Laguna, Philippines. Najiyati, S., L. Muslihat, IN.N. Suryadiputra. 2005. Pedoman Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Project Climate Change, Forest and Peatlands in Indonesia. Wetlands International-Indonesia Programme and wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Pusat Penelitian Tanah. 1982. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survai dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Shiddieq, D. 2010. Power Point Pengelolaan Tanah Sulfat Masam. Diakses tanggal 24 Oktober 2011. Soepraptohardjo, M. 1961a. Klasifikasi Tanah Kategori Tinggi. Balai Penyelidikan Tanah. Kongres Nasional Ilmu Tanah I. Seksi II No.8. Bogor. ________________. 1961b. Sistem Klasifikasi Tanah di Balai Penjelidikan Tanah. Kongr. Nas. Ilmu Tanah I. Seksi II No.9. Bogor. Soil Survey Staff. 2006. Keys to Soil Taxonomy. 10 th ed.USDA-NRCS.Washington, DC. Van Breemen, N. and L. J. Pons. 1978. Acid sulfate soils and rice. In: Soils and Rice. Edited by IRRI. Pp. 739 – 761. IRRI, Los Banos. Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK SATUAN ACARA PENGAJARAN SAP Dosen Koordinator : Dr. Ir. Teti Arabia, M.S. Program Studi : S1 Ilmu Tanah Kode Mata Kuliah : PIT-403 Nama Mata Kuliah : Pengelolaan Lahan Basah dan Lahan Kering Jumlah SKS : 3 SKS 2 SKS Kuliah + 1 SKS Praktikum KelasSemester : ?VII Pertemuan : Ke-14 Alokasi Waktu : 100 menit

1. Standar Kompetensi

Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar pada akhir kuliah peserta didik memahami proses pembentukan, klasifikasi, serta pengelolaan dan penggunaan tanah salin-alkali. Kegiatan belajar dilakukan melalui pengalaman belajar ceramah dan praktek di laboratorium.

2. Kompetensi Dasar

Mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang tanah salin-alkali Solonchak, Solonetz, Solodi, Kastanozem dan Chernozem.

3. Indikator

Setelah perkuliahan ini, mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan definisi tanah salin, 2. Menyebutkan definisi tanah alkali, 3. Menyebutkan definisi tanah alkali terdegradasi, 4. Menyebutkan definisi tanah salin-alkali, 5. Menyebutkan definisi Solonchak, 6. Menyebutkan definisi Solonetz, 7. Menyebutkan definisi Solodi, 8. Menyebutkan definisi Kastanozem, 9. Menyebutkan definisi Chernozem, 10. Menjelaskan proses pembentukan Solonchak, 11. Menjelaskan proses pembentukan Solonetz, 12. Menjelaskan proses pembentukan Solodi, 13. Menjelaskan proses pembentukan Kastanozem, 14. Menjelaskan proses pembentukan Chernozem, 15. Menjelaskan klasifikasi Tanah Salin-Alkali, 16. Menjelaskan pengelolaan Tanah Salin-Alkali, dan 17. Menjelaskan penggunaan Tanah Salin-Alkali.

4. Materi Ajar

1. Tanah salin Solonchak

Tanah salin Solonchak adalah tanah yang mempunyai sifat-sifat berikut: a Daya hantar listrik DHL jenuh air 4 dSm, b persentase Na dapat ditukar ESP 15, dan c pH 8.5. Ion-ion yang dominan pada tanah salin adalah: Na + , Ca 2+ , Mg 2+ , Cl - , dan SO 4 2- . Pada tanah sulfat sulfat masam muda yang beberapa di antaranya mengandung Al 2 SO 4 3 dan FeSO 4 yang tinggi juga memenuhi sebagai tanah salin.

2. Tanah alkali Solonet