Klasifikasi Aquent 3 SAP Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah

Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK

4.0, tekstur liat berdebu sampai liat, dan warnanya kelabu tua sampai kelabu gelap. 3.

Sulfaquent USDA Sulfaquent USDA adalah tanah-tanah dari ordo Entisol yang mempunyai “bahan sulfidik” pada kedalaman 1.25 cm. 4. Regosol Pantai PPT Regosol pantai PPT terdiri dari Qua rtzipsamment . Di samping Quartzipsamment , dijumpai pula di daerah cekungan tanah berpasir lainnya, yaitu Psammaquent . Kedua tanah dari ordo Entisol ini berasosisasi dengan tanah-tanah Spodosol Podsol Air Tanah dan Orthic Podzol yang berpasir di daerah coastal .

5. Quartzipsamment USDA

Quartzipsamment USDA adalah tanah berpasir kuarsa dari ordo Entisol. 6. Psammaquent USDA Psammaquent USDA adalah Entisol dengan rejim kelembaban akuik yang berpasir.

7. Tanah aluvial dataran pantai PPT

Tanah Aluvial dataran pantai PPT adalah Aluvial yang dari cara terbentuknya terdapat pada fisiografi dataran pantai, tanah ini setara dengan Fluvaquent USDA. 8. Fluvaquent USDA Fluvaquent USDA adalah Entisol dataran banjir rejim akuik.

9. Aquent USDA

Aquent USDA adalah Entisol yang selalu basah atau basah pada musim tertentu. 10. Proses pembentukan Aquent a. Proses pembentukan Tanah Berpotensi Sulfat Masam adalah bahan sulfidik yang terakumulasi sebagai tanah atau sedimen yang jenuh permanen oleh air payau. Senyawa sulfat dalam air tanah mengalami proses reduksi secara biologis menjadi sulfida-sulfida sewaktu bahan terakumulasi sulfudisasi sulfudization . Tanah dalam suasana reduksi bahan sulfidik pyrite FeS 2 dalam keadaan stabil, tetapi bila dioksidasikan diperbaiki drainasenya pirit berubah menjadi jarosite H 2 SO 4 sulfat masam cat clay dengan pH sangat rendah 3.5. Untuk dapat digunakan air tanah diatur jangan sampai di bawah lapisan cat clay lapisan hitam dengan sedikit BO.

b. Proses pembentukan Tanah Regosol Pantai adalah terjadi di sepanjang pantai,

misalnya pantai Selatan pulau Jawa di antara Cilacap Jawa Tengah dan Parangtritis Yogyakarta. Bukit pasir terbentuk dari pasir pantai yang berasal dari abu volkanik oleh gaya angin yang bersifat deflasi dan akumulasi. Gaya ombak laut memilih pasir ringan, di lempar jauh ke daratan dan pasir berat berwarna hitam tertinggal di pantai yang landai. Pasir yang kering kemudian tertiup angin ke arah daratan dan diendapkan pada tempat yang bervegetasi Xerophyta dan Halophyta sebagai penumpu, sehingga terbentuklah deretan bukit pasir. Jika daratan pantai meluas, bukit pasir yang ada kemudian akan terletak di luar pengaruh angin laut, sehingga akan terbentuk lagi deretan bukit pasir yang baru. Dengan demikian terdapat beberapa deretan bukit pasir, bahkan di Papua pernah ditemukan 15 deretan bukit pasir pada pantai berjarak 15 km dari tepi laut.

c. Aluvial dataran pantai kurang dipengaruhi oleh iklim dan vegetasi, tetapi yang

paling berpengaruh adalah bahan induk dan topografi sebagai akibat dari waktu pembentukan yang masih muda. Menurut bahan induknya terdapat tanah Aluvial pasir, liat, dan kapur.

11. Klasifikasi Aquent

a. Klasifikasi Tanah Berpotensi Sulfat Masam adalah terdapat tiga

great group dari subordo Aquent yaitu Sulfaquent, Hydraquent, dan Fluvaquent semuanya merupakan lahan basah dan ditemukan di Indonesia. b. Klasifikasi tanah Regosol Pantai adalah terdapat satu great group dari subordo Aquent yaitu Psammaquent merupakan lahan basah dan ditemukan di Indonesia. Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK

c. Klasifikasi tanah Aluvial Dataran Pantai adalah terdapat satu

great group dari sub ordo Aquent yaitu Fluvaquent merupakan lahan basah dan ditemukan di Indonesia. 12. Pengelolaan Aquent a. Pengelolaan Tanah Berpotensi Sulfat Masam adalah: 1 pengaturan muka air tanah, dijaga jangan sampai tereduksi, dan air tanah diatur jangan sampai di bawah lapisan cat clay lapisan hitam dengan sedikit BO, 2 pencucian, diperlukan waktu yang lama sampai 10 tahun untuk menghilangkan sebagian besar pirit, 3 percobaan pengapuran.

b. Pengelolaan Tanah Regosol Pantai faktor penghambat utama untuk pengelolaan

pertanian adalah tanah yang berpasir, sehingga kekurangan air dan daya dukung air rendah, sehingga perlu adanya cara untuk mengubah daya dukung air menjadi lebih tersedia bagi tanah, yaitu dengan pemberian mulsa organik atau dengan pemberian “ polymer ” atau soil conditioner . Selain Spodosol, Quartzipsamment Udipsa mment Regosol dan Psammaquent yang terdapat di daerah pantai merupakan great group dari Entisol, yang berasosisasi dengan tanah-tanah di daerah coastal lainnya, juga merupakan tanah-tanah berpasir, pengelolaan tanahnya dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti pada Spodosol.

c. Pengelolaan Tanah Aluvial Dataran Pantai kebanyakan tanah Aluvial sepanjang

daerah aliran besar merupakan campuran yang mengandung cukup hara tanaman, sehingga umumnya dianggap subur sejak dulu misalnya: Euphrat, Babilon, Majapahit, Sriwijaya, Jakarta, dan lain-lain. Yang menjadi problem adalah pengawasan tata-air, termasuk perlindungan terhadap banjir, drainase, dan irigasi. Tekstur tanahnya sangat beragam, baik secara vertikal maupun horisontal, jika banyak mengandung liat tanahnya sukar diolah dan menghambat drainase.

13. Penggunaan Aquent