Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
dilakukan perbaikan drainase masih terdapat tanda-tanda karatan, kroma rendah, terdapat konkresi Fe-Mn.
4. Laterit Air Tanah PPT
Laterit Air Tanah PPT adalah tanah-tanah dengan horison atas tercuci berwarna kelabu kekuningan, horison bawah banyak mengandung karatan yang mengeras bila kering,
banyak konkresi dan pH-nya masam.
5. Aquox USDA
Aquox USDA adalah subordo Oxisol yang kadang-kadang jenuh air, atau telah diadakan perbaikan drainase dan mempunyai epipedon histik atau karatan dengan khroma
rendah.
6. Hidromorf Kelabu PPT
Hidromorf Kelabu PPT adalah tanah-tanah dengan drainase agak buruk-buruk, horison permukaan tercuci berwarna kelabu pucat, horison bawah tekturnya lebih berat dengan
karatan kelabu, kuning, dan coklat akibat genangan air tanah secara berkala, umumnya bereaksi masam.
7. Aquult USDA
Aquult USDA adalah Ultisol yang sering jenuh air. Karatan dengan khroma rendah, konkresi Fe-Mn dengan diameter 2 mm, warna tanah di bawah horison A2 atau A1
dengan khroma ≤ 2.
8. Grumosol Bergaram PPT
Grumosol salina bergaram terdapat di daerah Jawa Timur, mempunyai iklim kering dengan curah hujan tahunan 1000 mm dan 6 bulan kering. Tanah ini berkembang pada
tuff basaltik kuarter, membentuk solum hitam yang dalam, dengan pH tanah 7.2, dan makin ke bawah pH-nya naik sampai 8.7 pada kedalaman 50 cm. Liat dalam lapisan
garam mengalami dispersi. Tanah ini juga dijumpai di daerah Nusa Tenggara.
9. Aquert USDA
Aquert USDA adalah salah satu subordo Vertisol yang mempunyai 1 atau lebih di dalam 50 cm dari permukaan mineral, kondisi akuik untuk beberapa dalam keadaan
normal atau setelah dibuat drainase dan satu atau kedua-duanya berikut ini: 1 lebih dari ½ dari setiap pedon, pada permukaan pedon dari matrik, terdapat 50 atau lebih kroma:
a 2 atau kurang jika adanya konsentrasi redoks; atau b 1 atau kurang; atau 2 terdapat cukup banyak besi fero aktif Fe
2+
yang memberi reaksi positif terhadap alpha,alpha- dipyridyl pada saat tidak diirigasikan.
10. Proses Pembentukan Aqualf
Proses pembentukan Aqualf salah satunya adalah terjadi „perubahan tekstur nyata‟ yaitu
tekstur horison albik berbeda sangat nyata dengan tekstur horison argilik di bawahnya,
kandungan liat pada horison argilik jauh lebih tinggi. 11.
Proses Pembentukan Aquox Proses Pembentukan Aquox salah satunya adalah
„feralisasi‟, yaitu pemindahan silika secara kimia keluar dari solum, sehingga konsentrasi Al dan Fe seskuioksida meningkat
goetit, gibsit, dan lain-lain dengan atau tanpa pembentukan batu besi laterit, plintit yang mengeras. Suhu tinggi dan pencucian
leaching
yang kuat merupakan syarat untuk terjadinya proses desilikasi dan akumulasi Fe feritisasi. Besi menjadi tidak mobil karena
besi teroksidasi menjadi feri-oksida. Daerah tropika umumnya mempunyai curah hujan tinggi dan pencucian kuat. Di daerah arid sering dijumpai
desert varnish
yang terdiri dari pewarnaan
stain
dengan oksida besi atau mangan termasuk sisa-sisa proses desilikasi permukaan batuan. Daya larut silika kuarsa ukuran 2
– 5 µ dan silika amorf naik dengan
naiknya temperatur. 12.
Proses Pembentukan Aquult Proses Pembentukan Aquult salah satunya adalah podsolisasi dan gleisasi Biasanya pada
tanah-tanah ini terdapat bukit-bukit rayap termitarium berupa gilgai topografi mikro.
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
13. Proses Pembentukan Aquert