Penggunaan Histosol Penggunaan tanah dari subgrup Histic MetodeStrategi Pembelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK Ombrogen adalah sebagai berikut: 1 pembuatan saluran drainase, 2 usaha pembakaran dan pemadatan, 3 sistem surjan, dan 4 penggunaan pupuk.

11. Pengelolaan tanah dari subgrup Histic

Pengelolaan tanah dari subgrup Histic adalah untuk dapat diusahakan perlu dilakukan pembuatan saluran drainase pada tanah Gambut Pegunungan. Tujuannya adalah untuk membuang air yang berlebihan, pada saat air berlebihan dibuang terjadi subsident penyusutan, dan harus diperhatikan jangan sampai terjadi kering tak balik irreversible drying . Berbeda dengan gambut di daerah pasang surut, pada Gambut Pegunungan tidak terdapat lapisan sulfat masam di bawahnya.

12. Penggunaan Histosol

Penggunaan Histosol Gambut Topogen Pangandaran, sebelah Selatan Rawa Lakbok bersifat eutrofik. Sejak dulu telah ada perkebunan kelapa dengan menggunakan pupuk secara teratur, hingga sekarang perkebunan ini masih produktif. Sedangkan penggunaan Gambut Ombrogen untuk pertanian adalah: 1 tanaman padi, 2 tanaman palawija, 3 tanaman sayur-sayuran, 4 tanaman tahunan.

13. Penggunaan tanah dari subgrup Histic

Penggunaan tanah dari subgrup Histic adalah pada tanah Gambut Pegunungan dapat ditanami padi, tetapi pada tahun-tahun pertama padi tidak berisi hampa, karena unsur hara N belum tersedia. Selain itu cocok juga ditanami tanaman sayuran, seperti cabe, dll.

5. MetodeStrategi Pembelajaran

Metode yang dilakukan dalam kegiatan kuliah ini: 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi 4. Penugasan

6. Tahap Pembelajaran A.

Kegiatan Pendahuluan Dosen menyiapkan diri dan membuka perkuliahan dengan berdoa dalam hati dan ucapkan salam serta mengajak mahasiswa berkonsentrasi dengan berbagai pertanyaan lisan maupun tertulis dan menunjukkan tujuan perkuliahan.

B. Kegiatan Perkuliahan Inti

Dosen: 1. Menjelaskan seluruh materi dalam pokok bahasan secara sistematis 2. Menjelaskan materi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disiapkan 3. Mengajak mahasiswa berdiskusi tentang materi 4. Memberikan pertanyaan terkait dengan materi 5. Memberi evaluasi Mahasiswa: 1. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan dosen 2. Mengajukan pertanyaan bila kurang jelas 3. Menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas dari dosen 4. Mengerjakan evaluasi

C. Kegiatan Akhir

Dosen menutup perkuliahan dengan merangkum keseluruhan materi

7. AlatBahanSumber Belajar A. AlatMedia

Media pembelajaran yang dipergunakan: 1. Proyektor Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK 2. Papan tulis dan spidol 3. LCD dan Laptop 4. Contoh materi yang ada di sekitar

B. BahanSumber Bacaan

Arabia, T. 2014. Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh. ________., A. Karim, Manfarizah. 2012. Klasifikasi dan Pengelolaan Tanah. Syiah Kuala University Press. Darussalam-Banda Aceh. Boelter, D.H. 1964. Water storage characteristics of several peat in situ. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 28: 433-435. Broadbent, F.E. 1965. Organic Matter. In C.A. Black ed Method of Soil Analysis. Agron. 9 pp. 1397 –1400. Am.Soc.Agron.Madison. Wisconsin. Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. 2 nd ed. Iowa State University Press. Ames. Darmawijaya, M.I. 1992. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Departemen Pertanian RI. 1983. Rancangan Repelita IV Pertanian. Pertanian Tanaman Pangan. Buku I dan II. Jakarta. 215 hal. Desaunettes, J.R. 1977. Catalogue Landforms for Indonesia, Examples of a Physiographic Approach to Land Evaluation for Agricultural Development. Prepared for the Land Capability Appraisal Project at the Soil Research Institute, Bogor. Indonesia. Trust Fund of the Government of Indonesia – FAO. Dolman, J.D. and S.W. Buol. 1967. A study of organic sois Histosols in the tide water region of North Carolina. N.C. Agr. Exp. St.Tech. Bull. 181. Driessen, P.M. 1978. Peat soils. In: Soils and Rice, edited by IRRI, pp 763-779. IRRI, Los Banos, Philippines. ___________., and M. Soepraptohardjo. 1974. Soils for agriculture expansion in Indonesia. Soil Res. Inst., Bogor. 1: 41 – 55. Dudal, R. and M. Soepraptohardjo. 1957. Soil classification in Indonesia. Cont. Gen. Agr. Res. Sta. No. 148. Bogor. FAO. 1974. Soil map of the world. Vol. 1. Legend. UNESCO. Paris. Farnham, R.S. and H.C. Finney. 1965. Classification and properties of organic soil. Adv. Agron. 17: 115 – 62. Hardjowigeno, S. 1985. Klasifikasi Tanah, Survey Tanah, dan Evaluasi Kemampuan Lahan. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 286 hal. ______________. 1996. Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian suatu Peluang dan Tantangan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. ______________. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. Leiwakabessy, F.M. 1983. Kesuburan Tanah. Diktat. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 115 hal. Najiyati, S., L. Muslihat, IN.N. Suryadiputra. 2005. Pedoman Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Project Climate Change, Forest and Peatlands in Indonesia. Wetlands International-Indonesia Programme and wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Notohadiprawiro, T. 1986. Tanah Estuarin, Watak, Sifat, Kelakuan, dan Kesuburannya. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. 142 hal. Penelusuran Google.htm. Diakses tanggal 14 September 2012. Pons, L.J. 1960. Soil genesis and classification of reclaimed peat soils in connection with initial soil formation. Trans. 7 th Intern. Congr. Soil Sci. Madison, Wis. 4: 205-211. Pusat Penelitian Tanah. 1982. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survai dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Setiono, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Pendidikan Pasca Sarjana KPK. UGM – UNIBRAW. Malang. 84 hal. Simonson, R.W. 1959. Outline of a generalized theory of soil genesis. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 23: 152-56. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 591 hal. Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK SATUAN ACARA PENGAJARAN SAP Dosen Koordinator : Dr. Ir. Teti Arabia, M.S. Program Studi : S1 Ilmu Tanah Kode Mata Kuliah : PIT-403 Nama Mata Kuliah : Pengelolaan Lahan Basah dan Lahan Kering Jumlah SKS : 3 SKS 2 SKS Kuliah + 1 SKS Praktikum KelasSemester : ?VII Pertemuan : Ke-12 Alokasi Waktu : 100 menit

1. Standar Kompetensi

Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar pada akhir kuliah pesrta didik memahami proses pembentukan, klasifikasi, serta pengelolaan penggunaan Aquent Tanah Berpotensi Sulfat Masam, Regosol Pantai, dan Tanah Aluvial Dataran Pantai. Kegiatan belajar dilakukan melalui pengalaman belajar ceramah dan praktek di laboratorium.

2. Kompetensi Dasar

Mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang tanah rawa pasang surut subordo Aquent.

3. Indikator

Setelah perkuliahan ini, mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan definisi Lahan rawa, 2. Menyebutkan definisi Tanah berpotensi sulfat masam, 3. Menyebutkan definisi Sulfaquent, 4. Menyebutkan definisi Regosol pantai, 5. Menyebutkan definisi Quartzipsamment, 6. Menyebutkan definisi Psammaquent, 7. Menyebutkan definisi Tanah Aluvial dataran pantai, 8. Menyebutkan definisi Fluvaquent, 9. Menyebutkan definisi Aquent, 10. Menjelaskan proses pembentukan Aquent, 11. Menjelaskan klasifikasi Aquent, 12. Menjelaskan pengelolaan Aquent, dan 13. Menjelaskan penggunaan Aquent.

4. Materi Ajar