Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
4. Klasifikasi Andisol
Klasifikasi Andisol terdapat tujuh sub ordo dari Andisol yang termasuk lahan kering tidak termasuk Aquand yang termasuk Andisol lahan basah adalah Vitrand, Ustand
Udand, serta
Gel
and,
Cry
and,
Torr
and
Xer
alf rejim suhu
gelic cryic
serta rejim kelembaban
torric xeric
tidak ditemukan di Indonesia.
5. Pengelolaan Andisol
Pengelolaan Andisol adalah masalah utama pada tanah ini adalah fiksasi P oleh mineral liat alofan yang merupakan penciri Andisol, di samping itu tanah ini mempunyai sifat
kering tak-balik
irreversible drying
, juga mempunyai agregat yang kurang stabil sehingga peka terhadap erosi. Pengelolaan yang dapat dilakukan adalah dengan
pemberian bahan organik yang dapat melepaskan ikatan P dari alofan sehingga lebih tersedia bagi tanaman, di samping itu untuk mencegah kering tak balik dapat dilakukan
dengan pemberian mulsa sehingga dapat menjaga tanah tetap dalam keadaan lembab. Di daerah berlereng, untuk mencegah erosi perlu dibuat teras, dengan penanaman tanaman
penguat teras dan pembuatan guludan Arabia, 2012.
6. Penggunaan Andisol
Penggunaan Andisol adalah Andisol merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia Andisol merupakan tanah utama yang digunakan untuk perkebunan teh seperti di daerah
Pengalengan Jawa Barat, di daerah sekitar Danau Toba Sumatera Utara, dan lain. Selain itu Andisol banyak digunakan untuk tanaman hortikultura baik berupa tanaman bunga,
sayur-sayuran maupun buah-buahan. Andisol dataran rendah seperti di daerah Deli Sumatera Utara sangat terkenal dengan tembakaunya.
5. MetodeStrategi Pembelajaran
Metode yang dilakukan dalam kegiatan kuliah ini: 1.
Ceramah 2.
Tanya Jawab 3.
Diskusi 4.
Penugasan
6. Tahap Pembelajaran
A. Kegiatan Pendahuluan
Dosen menyiapkan diri dan membuka perkuliahan dengan ucapan salam serta mengajak mahasiswa berkonsentrasi dengan berbagai pertanyaan lisan maupun tertulis dan
menunjukkan tujuan perkuliahan.
B. Kegiatan Perkuliahan Inti
Dosen: 1.
Menjelaskan seluruh materi dalam pokok bahasan secara sistematis 2.
Menjelaskan materi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disiapkan 3.
Mengajak mahasiswa berdiskusi tentang materi 4.
Memberikan pertanyaan terkait dengan materi 5.
Memberi evaluasi Mahasiswa:
1. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan dosen
2. Mengajukan pertanyaan bila kurang jelas
3. Menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas dari dosen
4. Mengerjakan evaluasi
C. Kegiatan Akhir
Dosen menutup perkuliahan dengan merangkum keseluruhan materi
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
7. AlatBahanSumber Belajar A. AlatMedia
Media pembelajaran yang dipergunakan: 1.
Proyektor 2.
Papan tulis dan spidol 3.
LCD dan Laptop 4.
Contoh materi yang ada di sekitar
B. BahanSumber Bacaan
Arabia, T. 2012. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Diktat. Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan. Program Pascasarjana. Universitas Syiah Kuala.
Darussalam. Banda Aceh. ________. 2014. Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah. Buku Ajar. Fakultas
Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh. ________., A. Karim, Manfarizah. 2012. Klasifikasi dan Pengelolaan Tanah. Buku
Ajar. Syiah Kuala University Press. Darussalam. Banda Aceh. Birrel, K.S. 1965. Some properties of volcanic ash. Meeting on Volcanic Ash Soils.
Rome. FAO Report No. 14: 74-81. Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. 2
nd
ed. Iowa State University Press. Ames. Darmawijaya, M.I. 1992. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksana Pertanian di Indonesia. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Egawa, T. 1965. Mineralogical properties of volcanic ash soils in Japan. Meeting on Volcanic Ash Soils. Rome. FAO Report No. 14: 89-91.
FAO. 1974. Soil map of the world. Vol. 1. Legend. UNESCO. Paris. Fieldes, M. 1955. Clay mineralogy of New Zealand sois. 2
– Allophane and related mineral colloids. New Zealand J. Sci. Tech. Bull. 37: 336-350.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Kawai, K. 1969. Micromorphological studies on Andisols in Japan. Bull. Nat. Inst. Agric. Japan: 145-154.
Kosaka, J., Ch. Honda, and A. Izoki. 1962. Tranformation of humus in upland solis in Japan. Soil Sci. Plant Nutr. 8: 191-197.
Simonson, R.W. 1959. Outline of a generalized theory of soil genesis. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 23: 152-56.
Soil Survey Staff. 2006. Keys to Soil Taxonomy. 10
th
ed. USDA-NRCS. Washington, DC.
Tan, K.H. 1965. The Andosols in Indonesia. Meeting on Volcanic Ash Soils, Rome. FAO Report No. 14: 30-35.
________. dan J. van Schuylenborgh, 1961. On the classifcation and genesis of soils developed over acid volcanic material under humid tropical conditions. Neth. J.
Agric. Sci. 9: 41-54. Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. Rajawali Press. Jakarta.
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
SATUAN ACARA PENGAJARAN SAP
Dosen Koordinator : Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.
Program Studi : S1 Ilmu Tanah
Kode Mata Kuliah : PIT-403
Nama Mata Kuliah : Pengelolaan Lahan Basah dan Lahan Kering
Jumlah SKS : 3 SKS 2 SKS Kuliah + 1 SKS Praktikum
KelasSemester : ?VII
Pertemuan : Ke-4
Alokasi Waktu : 100 menit
1. Standar Kompetensi
Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar pada akhir kuliah peserta didik memahami proses pembentukan, klasifikasi, serta pengelolaan dan penggunaan Aridisol. Kegiatan
belajar dilakukan melalui pengalaman belajar ceramah dan praktek di laboratorium.
2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang Aridisol Xerosol, Yermosol.
3. Indikator
Setelah perkuliahan ini, mahasiswa dapat: 1.
Menyebutkan definisi Xerosol, 2.
Menyebutkan definisi Yermosol, 3.
Menyebutkan definisi Aridisol, 4.
Menjelaskan proses pembentukan Aridisol, 5.
Menjelaskan klasifikasi Aridisol, 6.
Menjelaskan pengelolaan Aridisol, dan 7.
Menjelaskan penggunaan Aridisol.
4. Materi Ajar
1. Xerosol FAO
Xerosol FAO adalah tanah-tanah dengan epipedon okrik lemah regim kelembaban aridik; dan tidak mempunyai permafrost sampai kedalaman 200 cm.
2. Yermosol FAO
Yermosol FAO adalah tanah-tanah sama dengan Xerosol tapi dengan epipedon okrik sangat lemah.
3. Aridisol USDA
Aridisol USDA adalah tanah-tanah yang kering 6 bulan setiap tahun dan tidak mempunyai epipedon molik.
4. Proses pembentukan Aridisol
Proses pembentukan Aridisol adalah: 1 reaksi-reaksi kimia dan fisika yang terjadi pada tanah Aridisol sama dengan di daerah basah, tetapi jauh lebih lambat karena kurangnya
air. Akibatnya tanah mempunyai sifat yang masih banyak menyerupai bahan induknya. Karena rendahnya pencucian maka tanah mempunyai kejenuhan basa tinggi. Mineral
liat yang dominan umumnya jenis illit, yang berasal dari perubahan mika bahan induk. Di beberapa Aridisol ditemukan montmorillonit di bagian bawah profil tanah yang lebih
kalkareus dan sedikit dilapuk, mungkin hasil kristalisasi dari larutan yang datang dari lapisan atas dalam lingkungan yang kaya Ca, 2 Aridisol teroksidasi dengan baik terlhat
dari kandungan bahan organik yang rendah, dan tidak adanya pemindahan besi bebas. Aridisol yang ditemukan di daerah-daerah yang tua dan stabil mengandung
horison
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK
argilik
subordo
Argids
. Karena iklim yang kering sehingga tidak ditemukannya horison pencucian liat
eluviasi
. Liat telah terbentuk
in situ
setempat. Selain itu kemungkinan juga ada sedikit proses
lessivage
. Teori lain menyebutkan bahwa horison argilik tersebut terbentuk akibat iklim purba
paleoclimate
yang lebih humid. Adanya proses pedoturbasi akibat mengembang dan mengkerutnya tanah telah menghilangkan beberapa
horison yang telah ada, dan 3 pada beberapa Aridisol, di permukaan tanah sering ditemukan
gravel pavement
lapisan kerikil di permukaan yang mungkin dibentuk karena basah dan kering yang berulang-ulang. Kerikil-kerikil tersebut sering berwarna
hitam karena diselaputi oleh Mn dan Fe-oksida, yang dsebut dengan
desert va rnish
dari subgrup Petronodic.
5. Klasifikasi Aridisol