Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolasi satu sama lain. Seluruh ide paham interaksionisme simbolik menyatakan bahwa makna muncul melalui interaksi. Orang-orang terdekat memberikan pengaruh besar dalam kehidupan kita. Mereka adalah orang-orang dengan siapa kita memiliki hubungan dan ikatan emosional seperti orang tua atau saudara. Mereka memperkenalkan kita dengan kata-kata baru, konsep-konsep tertentu atau kategori-kategori tertentu yang kesemuanya memberikan pengaruh kepada kita dalam melihat realitas. Orang terdekat membantu kita dalam belajar membedakan antara diri kita dan orang lain sehingga kita terus memiliki sense of self.

4.3 Pembahasan

Seperti kita ketahui, komunikasi manusia tidak hanya menggunakan simbol-simbol verbal melainkan juga simbol-simbol non verbal. Begitu juga halnya dalam komunikasi antarpribadi, kita tidak hanya menyampaikan pesan secara verbal, tetapi juga secara nonverbal. Pesan-pesan nonverbal tersebut bukan hanya memperkuat pesan verbal yang disampaikan, terkadang malah menyampaikan pesan tersendiri.Oleh karena itu, diperlukan keterampilan untuk menafsirkan dan memahami pesan-pesan nonverbal tersebut. Sama halnya dengan bahasa verbal, pesan-pesan nonverbal pun terikat pada lingkungan budaya tempat komunikasi berlangsung. Oleh sebab itu, dalam komunikasi antarpribadi yang banyak menggunakan pesan-pesan nonverbal, diperlukan juga pemahaman atas lingkungan budaya tempat kita berkomunikasi. Tanpa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai ada kemungkinan komunikasi nonverbal disalah artikan atau disalah tafsirkan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis komunikasi nonverbal yang biasa kita pergunakan dalam kegiatan komunikasi kita sehari-hari. Bahasa isyarat atau tanda bahasa hampir kompleks dan mencapai komunitas yang alamiah dan lebih gampang. Bahasa isyarat pada dasarnya digunakan oleh orang-orang untuk mengekspresikan makna dari apa yang diucapkan. Setiap pengguna bahasa isyarat harus juga mengekspresikan bahasa tubuh mereka dan maksud yang ingin dicapai. Jenis-jenis bahasa isyarat dapat dibagi berdasarkan bahasa isyarat secara simbolis dari keseharian si pengguna Universitas Sumatera Utara misalnya dalam mengangkat bahu pertanda tidak tahu ataupun terserah, mengangkat jempol jari pertanda semuanya beres, bahasa isyarat OK pertanda jangan khawatir, bahasa isyarat pertanda isyarat kemenangan atau damai dan lain sebagainya. Bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual , bahasa tubuh , dan gerak bibir , bukannya suara , untuk berkomunikasi . Kaum tunawicara adalah kelompok utama yang menggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan bentuk tangan , orientasi dan gerak tangan, lengan , dan tubuh , serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka. Secara umumn orang yang memiliki masalah pendengarantunawicara menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi di antara satu sama lain. Menurut Effendy 2003:7, yang mencoba mengutip paradigma Laswell, ada lima komponen penting yang menyebabkan suatu komunikasi dapat berjalan dengan baik. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan who adalah suami ataupun istri penyandang tunawicara yang berusaha menyampaikan pesan mereka menggunakan gerakan tangan komunikasi non verbal, melalui sebuah media langsung face to face communication, to whom merupakan pasangan suami ataupun istri mereka sesama difabel tunawicara ataupun normal dan with what effect merupakan pemahaman akan pesan yang disampaikan tadi, apakah mengerti akan pesan yang dikirimkan melalui gerakan tangan tersebut. Jadi, komponen komunikasi tetap terjalin pada penyandang tunawicara walaupun mereka memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain khususnya dengan orang terdekat mereka yakni pasangan hidup seperti suami ataupun istri. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka penggunaan simbol-simbol nonverbal dalam komunikasi sehari-hari dengan pasangan sangat intens dilakukan, terlebih yang berkaitan dengan komunikasi antarpribadi mereka. Penggunaan simbol-simbol ini seperti dalam usaha melakukan kontak hubungan seksual dan juga meminta maaf dengan pasangan setelah adanya konflik diantara mereka. Sebagai seorang difabel tentu saja simbol-simbol ini sangat nyaman dan juga aman untuk digunakan sebagai sebuah usaha dalam mengirimkan pesan. Masing-masing orang dari tiap pasangan ini juga merasa sangat nyaman dengan pola komunikasi nonverbal ini. Walaupun mereka memiliki keterbatasan, ternyata Universitas Sumatera Utara komunikasi menggunakan lambang berupa gerakan isyarat tangan ini tidak menjadi sebuah halangan dalam menciptakan suasana komunikasi intim dengan pasangannya maupun orang-orang disekitar mereka. Universitas Sumatera Utara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang dituntut dan telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses komunikasi yang terjalin pada keenam pasangan suami istri tunawicara di Kota Kabanjahe adalah komunikasi nonverbal dengan menggunakan bahasa isyarat yang fokus pada penggunaan gerak tangan dan juga gerak tubuh. Kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat ini mereka dapatkan melalui pendidikan formal di tingkatan sekolah luar biasa khusus untuk para difabel tunawicara. Namun, pada beberapa pasangan tunawicara ini, mereka tetap berusaha untuk menggunakan bahasa verbal untuk berkomunikasi dengan pasangan dan juga orang-orang di sekitar mereka terkhusus kepada anak mereka agar anak-anak mereka tidak mengikuti proses komunikasi menggunakan bahasa isyarat. Hal ini dilakukan oleh lima pasangan suami istri difabel tunawicara yakni Benny Banta Kurniawan Sinuraya dan Sarah br. Sebayang, Junaedi Purba dan Lilis br. Silalahi, Jenny Rahmi dan Sudarmanto, Susanto Ginting dan Rosmeri br. Sinulingga serta Rio Bravo Sembiring dan Yohana Silalhi. Terkhusus pasangan Jenny Rahmi dan Sudarmanto, yang mana sang suami tidak mengalami gangguan berbicara sama sekali, sehingga penggunaan bahasa verbal kerap digunakan. Sementara itu pasangan suami istri yang secara total menggunakan bahasa nonverbal dalam aktivitas komunikasi sehari-hari dengan orang terdekatnya adalah pasangan suami istri Bernat Ginting dan Berty Simangunsong. Hal ini dikarenakan Bernat dan Berty sama-sama tidak bisa menggunakan bahasa verbal walaupun hanya sekadarnya saja karena memang tingkat kebisuan mereka cukup parah yang menyebabkan mereka hanya dapat mengerti berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Universitas Sumatera Utara