mereka. Keunikan bahasa isyarat tangan yang mereka alami pada umumnya terjadi ketika mereka berada di dalam lingkungan di luar lingkup pribadi mereka
yakni pada saat berinteraksi dengan orang yang tidak begitu dekat secara personal dengan diri mereka dan menggangap bahwa bahasa isyarat yang digunakan
terlihat aneh, bahkan tak jarang menggangap hal tersebut sebagai sebuah lelucon yang dilakukan pasangan tersebut untuk mengecoh orang di sekitar mereka.
4.2.9 Pandangan anak terhadap penggunaan bahasa isyarat pada saat berkomunikasi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang mendalam yang dilakukan dengan informan yakni enam pasangan suami istri yang dilakukan di
Kota Kabanjahe, hasilnya adalah: Pasangan pertama:
“Syukurnya anak kami bisa mengerti dengan situasi yang kami hadapi dan mereka tidak malu punya orang tua seperti kami, itu yang paling penting.”
Pasangan kedua: “Kan anak ku itu uda sama orangtua kami, jadi biar dia gak ikut-ikutan susah
ngomong nanti dengan orang yang kek dia, trus dia juga gak kami paksa macam kami ini bicaranya”
Pasangan ketiga: “Beruntung lah kami, anak kami bisa ngerti biarpun dikit-dikit dengan maksud
yang kami bicarakan, apalagi asuhan anak juga kami libatkan keluarga kami yang normal, jadi anak kami mampu bicara kek kami ataupun kayak orang-orang
normal lain” Pasangan keempat:
“Anak kami memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dengan kami.Walaupun mereka tidak mengalami gangguan mendengar dan berbicara
seperti kami, tapi mereka bisa berbicara dengan saya menggunakan bahasa isyarat, karena dari mereka kecil, saya sudah mengajarkannya. Suami juga
sangat membantu mereka dalam berkomunikasi dengan saya, jadi anak-anak diajarkan untuk berbahasa isyarat dan juga berbahasa menggunakan kata-kata
dengan saya ibunya yang difabel tunawicara ini”
Universitas Sumatera Utara
Pasangan kelima “Puji Tuhan kami sangat diberkahi dengan memiliki anak yang tidak malu
dengan kondisi orang tuanya, kami pun bangga, anak-anak kami pun sekarang bisa berbagai bahasa, bahasa Indonesia, bahasa inggris, bahasa karo, gak
ketinggalan bahasa isyarat ini sebagai bukti bakti anak-anak ini kepada kami” Pasangan keenam:
“karena anak masih kecil, yah seringnya pakai bahasa isyarat aja, tapi dia bisa kok tetap bicara, karena kan ada kawan-kawannya di sekitar rumah.”
Dari hasil transkrip wawancara di atas diketahui bahwa keenam pasangan difabel tunawicara dalam penelitian ini mampu berkomunikasi dengan anak
mereka yang tidak mengalami gangguan dalam berbicara ataupun mendengar.Umumnya dengan dukungan dan juga pemahaman yang diberikan
oleh pihak keluarga kepada anak-anak informan, membuat anak-anak tersebut memiliki pandangan yang baik terhadap ketidakmampuan orang tua mereka
dalam upaya berkomunikasi secara normal.Perbedaan penggunaan pola komunikasi baik itu verbal ataupun nonverbal ketika sedang melakukan transaksi
informasi, tidak menjadi sebuah penghalang yang berarti jika dapat dimaknai secara bersama-sama, salah satunya seperti dalam upaya pencapaiann makna
bersama tersebut.Keseluruhan pembahasan ini sebenarnya berkaitan dengan konsep diri.Konsep diri merupakan objek sosial pentingnya didefenisikan dan
dipahami berdasarkan jangka waktu tertenu selama interaksi kita dengan orang- orang terdekat. Konsep diri anda tidak lebih dari rencana anda terhadap diri anda,
identitas anda, ketertarikan, kebencian, tujuan, ideologi, serta evaluasi diri anda. Konsep diri memberikan acuan dalam menilai objek lain. Seluruh rencana
tindakan ini berasal dari konsep diri.
4.10 Harapan kedepannya terhadap penggunaan bahasa isyarat