Tunawicara Defenisi dan ruang lingkup difabel

jaminan sosial, menggunakan fasilitas umum, serta mendapat pekerjaan. Khusus untuk hak mendapatkan pendidikan, konferensi dunia menerbitkan kerangka kerja yang diantaranya menekankan agar Sekolah Biasa dan Sekolah Inklusi siap menerima difabel dengan menyediakan layanan pendidikan yang berfokus pada siswa. Penyandang difabel juga mempunyai kewajiban menghormati hak orang lain, mentaati aturan dan atau undang-undang yang berlaku, menjunjung tinggi bangsa dan negara, serta ikut serta membela dan membangun bangsa dan negara. Untuk kesetaraan hak dan kewajiban itulah pentingnya layanan pemenuhan kebutuhan khusus seseuai perbedaan kemampuan yang dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus.Layanan-layanan pemenuhan kebutuhan diberikan pada difabel sesuai dengan klasifikasi dan karakter masing-masing jenis kekhususan para difabel.Difabel dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan layanan pendidikan baik yang ada di Sekolah Luar Biasa, sekolah biasa yang dapat menampung mereka, Sekolah Inklusi, maupun di Lembaga-lembaga masyarakat yang memiliki program untuk layanan pemenuhan kebutuhan difabel.Untuk mempelajari layanan pendidikan yang dapat diberikan pada difabel, kita dapat mempelajarinya di Pendidikan Luar Biasa.Awalnya dalam Pendidikan Luar Biasa layanan pendidikan untuk difabel terdapat dua jenis yaitu terpisah segregasi dan layanan terpadu integrasi.Layanan segregasi mendidik difabel secara terpisah dari anak norrnal, sedangkan layanan integrasi mendidik difabel di sekolah biasa bersama anak normal. Namun layanan-layanan tersebut kemuadian berkembang, memngingat kompleksnya kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus yaitu Sekolah Biasa Integrasi; Sekolah Inklusi dengan modifikasi kurikulum: menyediakan guru pendamping khusus, kelas khusus, dll; Sekolah biasa dengan guru kunjung; Sekolah biasa dengan ruang sumber; Model panti asuhanrehabilitasi. Pendekatan kolaboratif dalam pelayanan difabel sangat penting karena layanan terhadap difabel akan menjadi lebih efektif jika dilakukan oleh satu tim yang berasal dari berbagai bidang keahlian, yang bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan difabel.

2.2.3.5 Tunawicara

Bahasa merupakan suatu alat yang terbaik dalam berkomunikasi dengan seseorang untuk mengekspresikan ide atau perasaan melalui tulisan ataupun lisan Universitas Sumatera Utara bagi orang–orang yang memiliki pendengaran dan kemampuan berbicara yang baik.Namun mungkin tidak semua manusia didunia bisa berbahasa dengan lisannya berbicara, tak sedikit dari manusia didunia harus menggunakan bahasa lain, selain bahasa yang bisa diucapkan dengan mulut. Contohnya, orang yang tunawicara atau bisu, mereka tidak bisa berbicara sebagai media bahasa atau percakapan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tunawicara atau bisu merupakan ketidakmampuan seseorang untuk berbicara. Umumnya orang-orang yang tunawicara melakukan komunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa isyarat. Seringkali kita melihat orang tunawicara yang pandai berisyarat dengan berbagai gaya dan isyarat. Kadang-kadang kita sendiri tertegun dengan gaya dan isyarat yang dilakukan oleh golongan orang tunawicara atau orang normal yang mengetahui bahasa isyarat. Sebenarnya, kita orang normal juga banyak atau sering menggunakan isyarat dalam kehidupan kita. Misalnya saja, bila kita bertutur pasti tangan kita akan bergerak dan menunjukkan isyarat lazim reaksi dalam diri kita. Sebagai contoh lain, isyarat mata menjeling ketika memandang sinis kepada orang, makan, minum, bercekak pinggang apabila marah, dan sebagainya. Bahasa isyarat adalah bahasa komunikasi secara manual, yaitu menggunakan bahasa tubuh seperti tangan dan gerak bibir, bukan menggunakan suara untuk berkomunikasi diantara satu sama lain. Bahasa ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang mempunyai masaalah pendengaran dan masalah untuk berbicara tunawicarabisu untuk berkomunikasi sesama mereka dan orang lain. Dan tidak semestinya digunakan oleh orang-orang tersebut saja.Kepada yang orang normal pun, boleh juga belajar, agar kita lebih bisa memahami dan tidak menyisihkan atau mendiskriminasikan mereka.Biasanya orang-orang yang melakukan bahasa isyarat mengkombinasikannya dengan bentuk tangan, orientasi dan gerak tangan, lengan, dan tubuh, serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka. Pada umumnya ada banyak peranan bahasa isyarat dalam berkomunikasi, diantaranya: 1. Sebagai alat melindungi diri sendiri dengan membuat suatu tanda bagi si pelaku agar mampu melawan musuhnya. Universitas Sumatera Utara 2. Sebagai faktor pendukung bagi si pengguna, yang berarti bahasa isyarat yang digunakan dapat mendukung si pengguna dalam berkomunikasi dengan orang lain. 3. Sebagai alat komunikasi antara orang-orang tunarungu dan tunawicara. 4. Sebagai dasar yang fundamen untuk mengajarkan orang-orang yang kurang normal misalnya bagi tunarungu dan tunawicara. Jadi, dengan adanya bahasa isyarat orang-orang yang mempunyai kebutuhan khusus, misalnya orang-orang tunawicara, dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Mereka dapat mengeluarkan perasaannya, pendapatnya, dan sebagainya, dalam bahasa isyarat. Manusia memiliki tiga sifat penting sifat atau tritunggal yaitu mampu mendengar, mampu berfikir sebagai manusia, dan mampu bercakap-cakap.Ketiga fungsi itu mempunyai hubungan yang sangat erat. Fungsi pendengaran tergolong yang paling tua dan mempengaruhi fungsi berpikir, sedangkan fungsi berpikir itu sendiri melatih dan mempergunakan fungsi berbicara sebagai alat untuk menyatakan kepada dunia luar apa yang tersembunyi dalam alam pikirannya.Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.Kehilangan pendengaran yang ringan atau parsial saja dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk berbicara dan memahami bahasa.Bagi anak-anak, pendengaran dan kemampuan berbahasa adalah alat yang sangat penting untuk belajar, bermain dan membangun kemampuan sosial.Anak belajar untuk berkomunikasi dengan meniru suara yang mereka dengar. Jika mereka memiliki gangguan pendengaran yang tidak diketahui sebelumnya dan tidak ditangani, informasi untuk perkembangan bahasa dari lingkungan mereka akan terbuang sia-sia. Hal ini akan mengakibatkan lambatnya perkembangan kemampuan verbal serta menimbulkan masalah sosial dan akademik. Tuna rungu wicara biasanya terjadi yang diawali dengan tuna rungugangguan pendengaran pada awal anak tersebut lahir, baik dapatan ataupun kongenital. Selanjutnya tuna rungu ini, anak dengan tuna rungu ini disertai dengangangguan keterbelakangan mental, gangguan emosional, gangguan bahasa atau bicaratuna wicara. Gangguan pendengaran dibedakan antara tuli Universitas Sumatera Utara sebagian hearing impaired dan tuli total deaf. Tuli sebagian hearing impaired adalah keadaan fungsi pendengaran berkurang namun masih dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan atau tanpa bantuan alat bantu dengar, sedangkan tuli total deaf adalah keadaan fungsi pendengaran yang sedemikian terganggunya sehinggatidak dapat berkomunikasi sekalipun mendapat perkerasan bunyi amplikasi. Tuna rungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran permanen maupun temporer tidak permanen. Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagaian atau seluruh alat pendenganran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupan secara kompleks.Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan pendengaran sebelum belajar bicara atau kehilangan pendengaran demikian anak sudah mulai belajar bicara karena suatu gangguan pendengaran, suara dan bahasa seolah-olah hilang”. Sedangkan sebagian tunawicara adalah mereka yang menderita tuna rungu sejak bayilahir, yang karenanya tidak dapat menangkap pembicaraan orang lain, sehingga tak mampu mengembangkan kemampuan bicaranya meskipun tak mengalami ganguan pada alat suaranya Mangunsong, 1998:65.Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak penyandang tunarungu dan tunawicara adalah anak yang kehilangan kemampuan untuk mendengar baik sebagian maupun seluruhnya yang mengakibatkan tidak mampu untuk menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupannya sehari-hari dan juga tidak mampu mengembangkan kemampuan bicaranya. Klasifikasi tunawicara berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan27-40dB, Gangguan pendengaran ringan41-55dB, Gangguan pendengaran sedang56-70dB, Gangguan pendengaran berat71-90dB, Gangguan pendengaran ekstrimtuli diatas 91dB. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran, individu tunawicara memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda- Universitas Sumatera Utara beda di setiap negara. Saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunawicara cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. Menurut Moores 1987 dalam Mangunsong, 1998: 68 ketunawicaraan adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian, baik dengan derajat frekuensi dan intensitas. Secara khusus ketulian didefinisikan sebagai gangguan pendengaran yang sangat parah sehingga anak mengalami kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan atau tanpa alat bantu, sehingga berpengaruh pada prestasi pendidikan. Masalah yang utama pada diri seorang tunawicara adalah mengalami kehilanganterganggunya fungsi pendengaran tunarungu dan atau fungsi bicara tunawicara, yang disebabkan karena bawaan lahir, kecelakaan maupun penyakit. Umumnya anak dengan gangguan dengarwicara yang disebabkan karena faktor bawaan keturunangenetik akan berdampak pada kemampuan bicara Walaupun tidak selalu. Menurut Mangunsong, 1998: 68 - 69 berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang ditunjukkan dalam satuan desibel dB, tunarungutunawicara dibagi dalam lima kelompok berikut:  Kelompok 1: Hilangnya pendengaran yang ringan 20 – 30 dB.Orang-orang yang kehilangan pendengaran sebesar ini mampu berkomunikasi dengan menggunakan pendengarannya.Gangguan ini merupakan ambang batas borderline antara orang yang sulit mendengar dengan orang normal.  Kelompok 2: Hilangnya pendengaran yang marginal 30 – 40 dB.Orang-orang dengan gangguan ini sering mengalami kesulitan untuk mengikuti suatu pembicaraan pada jarak beberapa meter.Pada kelompok ini, orang-orang masih bisa menggunakan telinganya untuk mendengar namun harus dilatih. Universitas Sumatera Utara  Kelompok 3: Hilangnya pendengaran yang sedang 40 – 60 dB. Dengan bantuan alat bantu dengar dan bantuan mata, orang-orang ini masih bisa belajar berbicara dengan mengandalkan alat-alat pendengaran.  Kelompok 4: Hilangnya pendengaran yang berat 60 – 75 dB. Orang –orang ini tidak bisa belajar berbicara tanpa menggunakan teknik-teknik khusus. Pada gangguan ini mereka sudah dianggap sebaga tulis secara edukatif.Mereka berada pada ambang batas sulit mendengar dengan tuli.  Kelompok 5: Hilangnya pendengaran yang parah 75 dB.Orang-orang yang dalam kelompok ini tidak bisa belajar bahasa hanya sematamata dengan mengandalkan telinga. Meskipun didukung dengan akal bantu dengar sekalipun. Menurut pembagian tingkat kehilangan pendengaran tersebut di atas, kelompok 1, 2 dan 3 tergolong sulit mendengar.Sedangkan kelompok 4 dan 5 tergolong tuli. Masalah yang utama pada diri seorang tunawicara adalah mengalami kehilanganterganggunya fungsi pendengaran tunarungu dan atau fungsi bicara tunawicara, yang disebabkan karena bawaan lahir, kecelakaan maupun penyakit. Umumnya anak dengan gangguan dengarwicara yang disebabkan karena faktor bawaan keturunangenetik akan berdampak pada kemampuan bicara walaupun tidak selalu. Sebaliknya anak yang tidakkurang dapat bicara umumnya masih dapat menggunakan fungsi pendengarannya walaupun tidak selalu. Anak dengan gangguan dengarwicara dikelompokan sebagai berikut Mangunsong, 1998: 70-71: a. Ringan 20 – 30 db Umumnya mereka masih dapat berkomunikasi dengan baik, hanya kata-kata tertentu saja yang tidak dapat mereka dengar langsung, sehingga pemahaman mereka menjadi sedikit terhambat. b. Sedang 40 – 60 db Mereka mulai mengalami kesulitan untuk dapat memahami pembicaraan orang lain, suara yang mampu terdengar adalah suara radio dengan volume maksimal. Universitas Sumatera Utara c. Beratparah di atas 60 db Kelompok ini sudah mulai sulit untuk mengikuti pembicaraan orang lain, suara yang mampu mereka dengar adalah suara yang sama kerasnya dengan jalan pada jam-jam sibuk. Biasanya kalau masuk dalam kategori ini sudah menggunakan alat bantu dengar, mengandalkan pada kemampuan membaca gerak bibir, atau bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa difabel tunarungutunawicara adalah individu yang mengalami gangguan pendengaran dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian, baik dengan derajat frekuensi dan intensitas sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan atau tanpa alat bantu.

2.2.3.6 Bentuk-bentuk Komunikasi Menggunakan Bahasa Isyarat