Jenny Rahmi dan Sudarmanto

Tabel 4.3 Identitas Pasangan ketiga Identitas diri Juanedi Purba Lilis Br. Silalahi Agama Kristen Protestan Kristen Protestan Usia 30 tahun 27 tahun Pekerjaan Montir bengkel Petani sayur Pendidikan SDLB Binjai SDLB Pematang Siantar keprbadian Pekerja keras dan mandiri Ramah dan penyabar Menikah 2008 2008 Alamat Desa Rumah Kabanjahe Desa Rumah Kabanjahe Sumber: Data Peneliti, 2013

4.1.2.4 Jenny Rahmi dan Sudarmanto

Pada pasangan keempat ini, hanya sang istri saja yang mengalami gangguan mendengar dan berbicara. Jenny lahir dengan kondisi pendengaran yang baik, namun pada saat memasuki usia 7 tahun, Jenny mengalami sakit keras yang mengakibatkan gangguan pada gendang telinganya dan pada akhirnya membuatnya menjadi seorang difabel tunawicara. Jenny adalah sosok perempuan yang pintar dan ramah sejak kecil.Di mata keluarga besarnya, Jenny mampu menerima keadaan fisiknya yang kekurangan dan menutupinya dengan berbagai kelebihan yang positif. Sementara sang suami tidak mengalami gangguan atau normal seperti orang-orang lain pada umumnya. Pasangan ini sudah memasuki usia 58 tahun dan memiliki keluarga yang harmonis. Jenny dan Sudarmanto sama-sama berprofesi sebagai guru namun di jenis sekolah yang berbeda.Jenny mengajar di sebuah SLB di Medan sedangkan Sudarmanto mengajar di salah satu SMA swasta di Kota Kabanjahe. Sehari-harinya mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa verbal dan juga nonverbal. Sudarmanto dan Jenny sudah menikah hampir 35 tahun lamanya.Awal pertemuan mereka pada saat gathering guru-guru berprestasi di Cimahi, Jawa Barat di tahun 70an. Melihat tekad Jenny yang kuat untuk memberikan pengajaran walaupun dengan keterbatasannya, Sudarmanto pun menaruh hati pada perempuan difabel yang memiliki karakter sangat keibuan Universitas Sumatera Utara tersebut.Setelah melakukan pendekatan beberapa tahun akhirnya Sudarmanto memutuskan untuk menikah dengan Jenny.Keputusan ini ditentang keras oleh keluarga Sudarmanto karena menganggap bahwa Jenny bukanlah sosok pendamping yang tepat untuk hidup untuk anak mereka.Segala rintangan pun berhasil dilalui oleh pasangan ini hingga pada akhirnya setelah beberapa tahun menjalani kehidupan berumah tangga, keluarga Sudarmanto akhirnya memberikan restu kepada pasangan ini. Untuk dapat saling berkomunikasi, Sudarmanto belajar sangat keras untuk dapat mengerti cara berbicara menggunakan tanda-tanda berupa isyarat tangan, sementara itu, Jenny juga berusaha untuk berkomunikasi menggunakan bahasa verbal walaupun kurang jelas untuk dimengerti. Hal ini kompak mereka lakukan agar dapat lebih saling memahami satu sama lainnya. Selain itu, pola komunikasi ini juga sangat baik dilakukan karena berhubungan dengan cara berkomunikasi dengan dua anak mereka yang lahir dengan keadaan normal. Jenny selalu berusaha berbicara dengan anak-anaknya pada waktu itu dengan menggunakan bahasa verbal walaupun secara terbata-bata.Pasangan guru ini menjadi sebuah contoh keluarga teladan di lingkungan mereka, dimanapun mereka berada.Jenny dan Sudarmanto sudah beberapa kali berpindah domisili dikarenakan Jenny adalah tipikal guru pengabdi yang mencurahkan hidupnya untuk mengajar di berbagai SLB di Indonesia. Akhirnya Jenny dan Sudarmanto memutuskan untuk tinggal di Kota Kabanjahe untuk menemani salah seorang menantu dan cucu mereka yang hidup sendirian disana. Putra bungsu mereka meninggal dalam kecelakaan lalu lintas lima tahun yang lalu yang membuat sang menantu sangat terpukul. Pasangan ini lalu mulai meneruskan kehidupan mereka bersama menantu dan cucu di kota ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Identitas Pasangan keempat Identitas diri Jenny Rahmi Sudarmanto Agama Islam Islam Usia 58 tahun 58 tahun Pekerjaan Guru Guru Pendidikan SD-SMA Negeri Bandung SMA Negeri 1 Medan keprbadian Pintar, ceria dan optimis Pintar dan penyayang Menikah 1978 1978 Alamat Jl. Katepul, Kota Kabanjahe Jl. Katepul, Kota Kabanjahe Sumber: Data Peneliti, 2013

4.1.2.5 Susanto Ginting dan Rosmeri Br. Sinulingga