Layanan Pemenuhan Kebutuhan Difabel Khususnya Anak

kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia, sehingga jelas disini kewajiban generic negara dalam pemenuhan hak pendidikan adalah memfasilitasi to facilitate, memajukan to promote, menyediakan to provide. UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menekankan hak setiap warga negara untuk memperolah pendidikan sesuai dengan jenjang, jalur, satuan, bakat, minat, dan kemampuannya tanpa diskriminasi. Dengan kata lain, dalam sektor pendidikan formal seharusnya tidak ada lagi sekat sosial yang membedakan para difabel dengan masyarakat umum. Orang tua bisa mendaftarkan anak difabel mereka ke sekolah umum.UU No. 4 Tahun 1997 pasal 12 mewajibkan lembaga- lembaga pendidikan umum menerima para difabel sebagai siswa.Kewajiban seperti inilah yang disebut sebagai model inklusi.Model inklusi adalah peluang bagi terjadinya interaksi sosial antara para difabel dan masyarakat pada umumnya. Sayangnya, belum banyak difabel yang mengakses sekolah model inklusi akibat minimnya informasi mengenai sekolah inklusi, ketiadaan biaya, infrastruktur yang kurang mendukung serta kondisi kultural budaya yang cenderung ‘menyembunyikan’ anak difabel karena dianggap sebagai aib.

2.2.3.4 Layanan Pemenuhan Kebutuhan Difabel Khususnya Anak

Keberadaan difabel sebenarnya telah ada sejak zaman purba yang masih primitif, sampai zaman yang paling mutakhir, yang ditandai dengan kecanggihan teknologi.Pada awalnya, perlakuan terhadap difabel sangat menyedihkan.Perlakuan menyedihkan tersebut seringnya dikarenakan pengaruh mistik dan berbagai kepercayaan.Seringnya yang terjadi adalah difabel dikucilkan, disembunyikan, dipasung, bahkan ada yang dimusnahkan ketika masih bayi.Layanan terhadap difabel dapat ditelusuri mulai abad ke-16 di Spanyol seorang anak tunarungu sejak lahir berhasil dididik.Di Amerika layanan ini baru mulai pada tahun 1817, dan di Indonesia dapat ditelusuri mulai tahun 1901. Penyediaan layanan bagi difabel di Indonesia tidak semaju di negara lain. Namun, tidak dipungkiri masyarakat dan pemerintah mulai mendirikan Sekolah-sekolah Universitas Sumatera Utara Luar Biasa dan yayasan-yayasan yang menyediakan layanan akan kebutuhan khusus mereka terutama dalam hal pendidikan. Perkembangan akan jumlah Sekolah Luar Biasa yang dapat menampung difabel agar dapat bersekolah atau mendapat layanan pendidikan memang sangat menggembirakan meskipun peran swasta lebih dominan dalam penyediaan layanan bagi difabel. Menjelang tahun 90-an pemerintah mulai menunjukkan perhatian yang ditujukan untuk membantu difabel yang berada di sekolah biasa. Perhatian ini terwujud dalam berbagai penelitian tentang keberadaan dan prevalensi difabel dan berbagai program pelatihan serta modifikasi kurikulum untuk membantu difabel yang berada di sekolah biasa yang pada saat ini lebih dikenal dengan sekolah inklusi. Pentingnya layanan pemenuhan kebutuhan difabel sebenarnya tidak terlalu berbelit-belit.Layanan pemenuhan kebutuhan yang diberikan untuk difabel lebih diperuntukkan untuk kemandirian difabel agar mereka dapat bertahan hidup dan memiliki kecakapan hidup setidaknya untuk diri mereka sendiri.Pelayanan bagi difabel pada dasarnya merupakan jasa yang diberikan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan para difabel.Kebutuhan tersebut dapat terdiri dari kebutuhan fisik dan kesehatan, kebutuhan yang berkaitan dengan emosional- sosial, dan kebutuhan pendidikan.Tersedianya pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan difabel merupakan faktor kunci bagi perkembangan difabel. Kebutuhan fisik dan atau kesehatan berkaitan dengan sarana dan atau fasilitas yang dibutuhkan yang berkaitan dengan kondisi fisikkesehatan penyandang difabel, seperti tongkat, alat bantu dengar, lift, atau jalan miring sebagai pengganti tangga dan pelayanan kesehatan secara khusus. Kebutuhan sosial emosional berkaitan dengan bantuan yang diperlukan oleh penyandang difabel dalam berinteraksi dengan lingkungan, terutama ketika menghadapi situasi atau keadaan penting dalam hidup, seperti situasi pada masa remaja, masa perkawinan, atau mempunyai bayi.Kebutuhan pendidikan berkaitan dengan bantuan pendidikan khusus baik secara akademik maupun non akademik dan keterampilan hidup yang diperlukan sesuai dengan perbedaan kemampuan yang dimiliki penyandang difabel. Penyandang difabel juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara lainnya, yaitu mempunyai hak untuk mendapat pendidikan, Universitas Sumatera Utara jaminan sosial, menggunakan fasilitas umum, serta mendapat pekerjaan. Khusus untuk hak mendapatkan pendidikan, konferensi dunia menerbitkan kerangka kerja yang diantaranya menekankan agar Sekolah Biasa dan Sekolah Inklusi siap menerima difabel dengan menyediakan layanan pendidikan yang berfokus pada siswa. Penyandang difabel juga mempunyai kewajiban menghormati hak orang lain, mentaati aturan dan atau undang-undang yang berlaku, menjunjung tinggi bangsa dan negara, serta ikut serta membela dan membangun bangsa dan negara. Untuk kesetaraan hak dan kewajiban itulah pentingnya layanan pemenuhan kebutuhan khusus seseuai perbedaan kemampuan yang dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus.Layanan-layanan pemenuhan kebutuhan diberikan pada difabel sesuai dengan klasifikasi dan karakter masing-masing jenis kekhususan para difabel.Difabel dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan layanan pendidikan baik yang ada di Sekolah Luar Biasa, sekolah biasa yang dapat menampung mereka, Sekolah Inklusi, maupun di Lembaga-lembaga masyarakat yang memiliki program untuk layanan pemenuhan kebutuhan difabel.Untuk mempelajari layanan pendidikan yang dapat diberikan pada difabel, kita dapat mempelajarinya di Pendidikan Luar Biasa.Awalnya dalam Pendidikan Luar Biasa layanan pendidikan untuk difabel terdapat dua jenis yaitu terpisah segregasi dan layanan terpadu integrasi.Layanan segregasi mendidik difabel secara terpisah dari anak norrnal, sedangkan layanan integrasi mendidik difabel di sekolah biasa bersama anak normal. Namun layanan-layanan tersebut kemuadian berkembang, memngingat kompleksnya kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus yaitu Sekolah Biasa Integrasi; Sekolah Inklusi dengan modifikasi kurikulum: menyediakan guru pendamping khusus, kelas khusus, dll; Sekolah biasa dengan guru kunjung; Sekolah biasa dengan ruang sumber; Model panti asuhanrehabilitasi. Pendekatan kolaboratif dalam pelayanan difabel sangat penting karena layanan terhadap difabel akan menjadi lebih efektif jika dilakukan oleh satu tim yang berasal dari berbagai bidang keahlian, yang bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan difabel.

2.2.3.5 Tunawicara