Pengeluaran Fiskal Daerah Kinerja Fiskal Daerah 1. Penerimaan Fiskal Daerah

56 nyata signifikan. Sedangkan variabel PDRB per kapita dan PAD per kapita memiliki korelasi negatif tetapi keduanya tidak signifikan.

3.2.2. Pengeluaran Fiskal Daerah

Pengeluaran fiskal daerah menggambarkan besarnya kebutuhan fiskal daerah Fiscal need untuk membiayai seluruh kebutuhan daerahnya baik kebutuhan rutin maupun pembangunan. Selisih antara kapasitas fiskal daerah fiscal capacity dan kebutuhan fiskal fiscal need menunjukkan besarnya kesenjangan fiskal daerah Fiscal Gap, semakin besar nilai negatif dari kesenjangan fiskal menunjukkan kesenjangan fiskal daerah yang semakin senjang. Dalam teori ekonomi, pengeluaran pemerintah atau goverment expenditure G merupakan semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah. Variabel G adalah variabel eksogen di mana besaran nilainya tergantung pada strategi yang dianut pemerintah daerah dalam menjalankan kebijakan fiskalnya. Jenis pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin, pengeluaran pembanganan, dan tabungan pemerintah. Pengeluaran pemerintah rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, dan subsidi yang semuanya berdampak langsung terhadap perekonomian. Peningkatan pengeluaran rutin akan meningkatkan pendapatan pegawai, selanjutnya berdampak pada permintaan agregat dan akhirnya meningkatkan output total secara nasional Sukirno, 2000. Di sisi pengeluran daerah, struktur pengeluaran daerah dikelompokkan ke dalam pengeluaran untuk belanja rutin dan pengeluaran untuk belanja pembangunan. Belanja rutin merupakan pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintah daerah yang bersifat administrasi dan pelayanan pemerintah umum. 57 Belanja pembangunan merupakan pengeluaran untuk membiayai kegiatan pembangunan. Besar dan kecilnya belanja rutin ataupun belanja pembangunan dalam periode tertentu tergantung banyak faktor, yang penting di antaranya adalah jumlah pajak yang akan diterima, tujuan-tujuan kegiatan ekonomi jangka pendek, dan pertimbangan politik dan keamanan BPS, 2003 ; Citraumbara, 2004; Sukirno, 1994. Berbagai kajian merumuskan bahwa besarnya belanja rutin tergantung dari jumlah penduduk, total pengeluaran pemerintah, jumlah pendapatan. Sedangkan belanja pembangunan terutama tergantung pada jumlah penerimaan pemerintah Azis, 1984 ; Hanani, 2000; Brodjonegoro, 2000. Hanani 2000 mengidentifikasi bahwa besaran belanja rutin pemerintah tergantung pada jumlah penduduk dan total pengeluaran pemerintah, dan belanja pembangunan yang dinyatakan sebagai sisa dari pengeluaran untuk belanja rutin termasuk untuk cicilan hutang pemerintah. Sedangkan Brodjonegoro 2000 menyatakan bahwa pengeluaran rutin dipengaruhi oleh produksi PDRB dan pengeluran rutin tahun sebelumnya, dan pengeluaran untuk pembangunan dinyatakan sebagai fungsi dari total penerimaan daerah.

3.3. Kinerja Perekonomian Daerah