Kerangka Konseptual KERANGKA PEMIKIRAN

69 Keterangan : r : tingkat suku bunga Y : produksi atau output = PDRBS P : tingkat harga W : harga tenaga kerja atau upah tenaga kerja L : jumlah tenaga kerja

3.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dampak desentralisasi fiskal terhadap perekonomian daerah secara ringkas dapat dijelaskan dalam Gambar 5 yang menunjukkan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal memberikan kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dana perimbangan maupun memobilisasi potensi sumberdaya dan mengatur pembangunan ekonomi daerahnya. Dalam hal pengaturan perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah, pemerintah daerah leluasa menentukan komposisi besaran dana bagi hasil dan transfer sehingga mempengaruhi besarnya DAU. Dalam hal kewenangan memobilisasi sumberdaya akan berpengaruh pada besarnya penerimaan PAD, di samping itu pemerintah daerah juga leluasa dalam menentukan komposisi pengeluaran rutin dan pembangunan berdasarkan prioritas pembangunan. Di sisi pengeluaran, besarnya penerimaan daerah PAD dan DAU akan mempengaruhi besarnya belanja pemerintah daerah, baik yang dialokasikan kepada pembiayaan rutin maupun pembangunan yang nantinya akan mempengaruhi kinerja perekonomian daerah yang merupakan gabungan dari kinerja sektoral. Dengan demikian alokasi anggaran sektoral akan mempengaruhi PDRB sektoral dan penyerapan tenaga kerja. 70 Gambar 5. Kerangka Konseptual Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu Prioritas Pembangunan Kewenangan memobilisasi sumberdaya dan mengatur pembangunan ekonomi daerah Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Perubahan komposisi Besaran Bagi Hasil + Transfer DAU,DAK Pendapatan Asli Daerah PAD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten APBD Kebijakan Desentralisasi Fiskal Keleluasaan Mengalokasikan Dana Kinerja Perekonomian Daerah • PDRB Sektor Pertanian • PDRB Sektor Industri • PDRB Sektor Pertambangan • PDRB Sektor Pariwisata • PDRB Sektor Jasa • Investasi • Tingkat Kesempatan Kerja • Pendapatan Disposibel • PDRB per Kapita • Pertumbuhan Ekonomi • Distribusi Pendapatan Belanja Pengeluaran Pemerintah: : 1. Pengeluaran Rutin 2. Pengeluaran Pembangunan 71 Perubahan kebijakan fiskal yang lebih desentralistik diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian daerah. Pada sektor pertanian, kebijakan dan arah pembangunan sektor pertanian lebih banyak ditentukan oleh daerah sehingga menimbulkan peluang pengembangan komoditas sesuai dengan potensi dan daya saing wilayah yang akhirnya mampu meningkatkan pendapatan petani dan pengentasan kemiskinan Gany, 2000. Richardson 2001 menyebutkan bahwa dampak desentralisasi fiskal terhadap perekonomian dapat dikaji sebagaimana dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian nasional, yaitu dari sisi permintaan dan penawaran. Pada sisi penawaran atau sisi produksi, desentralisasi fiskal diasumsikan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui dua cara yaitu : 1 meningkatkan investasi modal di level daerah yang akan meningkatkan stok modal sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dan 2 peningkatan efisiensi alokasi sumberdaya. Dengan demikian pemerintah daerah dapat meningkatkan total output melalui alokasi sumberdaya lebih banyak atau merealokasi sumberdaya dari sektor area yang produktivitasnya rendah ke sektor area yang produktivitasnya tinggi Lin and Liu, 2000. Pengaruh besaran dana yang dikelola dan keleluasaan tersebut merupakan faktor dari derajat desentralisasi fiskal suatu daerah. Makin tinggi penerimaan fiskal yang bebas pengalokasiannya makin tinggi derajat desentralisasi fiskal yang dimiliki daerah yang diharapkan makin optimal pengalokasiannya. Demikian pula makin tinggi penerimaan fiskal diharapkan makin tepat pilihan infrastruktur sehingga makin tinggi insentif investasi yang diciptakan. Namun demikian, keleluasaan dari sisi penerimaan terutama upaya peningkatan pajak dan retribusi justru bisa berpengaruh negatif terhadap investasi Vaillancourt, 2000. 72 Aspek desentralisasi fiskal yang lainnya adalah aspek pemerataan pendapatan antar daerah. Sejalan dengan pengaruh fiskal terhadap efisiensi yang positif tehadap laju pertumbuhan ekonomi, bahwa adanya ketidakseimbangan kapasitas fiskal antar daerah akan berimplikasi terhadap pemerataan pendapatan per kapita antar daerah pula. Perlu dicatat, bahwa alasan pemerataan merupakan salah satu faktor pendorong desentralisasi fiskal. Adanya perbedaan antar daerah mengenai potensi sumberdaya alam dan potensi penerimaan pajak yang dibagihasilkan serta perbedaan potensi pendapatan asli daerah justru mendorong kesenjangan antar daerah dengan adanya perubahan-perubahan dalam struktur bagi hasil dan keleluasaan memobilisasi sumberdaya lokal Bird, 2000.

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Provinsi Bengkulu meliputi Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Rejang Lebong, dan Kota Bengkulu. Sedangkan Kabupaten yang baru dimekarkan tahun 2001 dan 2004 yaitu Kabupaten Muko Muko, Kabupaten Kaur, Kabupaten Lebong, Kabupaten Kepahyang, dan Kabupaten Tais tidak diambil sebagai lokasi penelitian karena keterbatasan data. Lokasi penelitian ditetapkan di daerah karena desentralisasi fiskal akan mempengaruhi kinerja perekonomian daerah, di mana sebelumnya pemerintah daerah tergantung pada pemerintah pusat sentralisasi fiskal kemudian berubah dengan diserahkannya tanggung jawab pusat ke daerah untuk mengatur dan bertanggung jawab terhadap pemerintahan dan perekonomian. Desentralisasi fiskal yang sedang dilaksanakan diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi dan mempercepat terwujudnya pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari berbagai sumber antara lain Badan Pusat Statistik BPS Nasional, BPS Provinsi Bengkulu, BPS Kabupaten dan Kota, Bappeda Kabupaten dan Kota, Departemen Keuangan, Bank Indonesia wilayah Bengkulu, dan insatansi lain yang terkait dalam penelitian ini. Data yang diambil mulai tahun 1993 sd tahun 2003 pada seluruh