Untuk pemerataan. Kesenjangan antara kapasitas penerimaan dan kebutuhan

mengumpulkan penerimaan-penerimaan, sedangkan pemerintah lokaldaerah memiliki keuntungan komparatif dalam pengeluaran. Fane 2003 menyebutkan bahwa ketimpangan fiskal secara vertikal yang terjadi harus diimbangi oleh suatu sistem transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bertujuan :

1. Untuk pemerataan. Kesenjangan antara kapasitas penerimaan dan kebutuhan

pengeluaran yang bervariasi antar daerah tergantung pada jenis dan basis pajak mereka, jumlah dan komposisi penduduk, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi biaya penyediaan pelayanan-pelayanan pemerintah. Daerah- daerah yang memiliki kapasitas penerimaan fiskal yang lebih tinggi, dapat menyediakan standar-standar pelayanan umum yang lebih baik. Sebaliknya, daerah-daerah yang penerimaan fiskal lebih rendah tidak dapat menyediakan pelayanan umum yang lebih baik. Untuk mengimbangi sisi lemah dari perbedaan fiskal ini diperlukan transfer dengan tujuan pemerataan. Konsep transfer pemerataan didasari landasan-landasan keadilan horisontal. Untuk melaksanakan amanat konsep keadilan, pemerintah pusat wajib memberikan transfer sehingga setiap pemerintah daerah berdaya untuk menyediakan pelayanan-pelayanan umum dengan standar relatif sama dengan tingkat pajak tertentu. Sebaliknya, dalam cakrawala sempit keadilan horisontal, dengan menjadikan standar pendapatan riil yang diperoleh masing-masing orang dari aktivitas-aktivitas anggaran lokal sebagai titik awal dan kegiatan fiskal pusat yang akan diarahkan untuk menjamin keadilan horisontal. 2. Untuk mengatasi dampak eksternalitas spillover effect. Penyediaan pelayanan umum oleh pemerintah regional dapat merembes ke luar wilayah, dan eksternalitas yang demikian dapat menyebabkan penyediaan pelayanan- pelayanan umum yang tidak optimal. Untuk mencapai biaya yang tepat, transfer dengan tujuan khusus yang disediakan bagi daerah untuk menjamin pelayanan-pelayanan yang optimal menghendaki adanya dana pendamping dari daerah yang bersangkutan. Secara umum, transfer dari pemerintah pusat ke daerah dibedakan ke dalam dua jenis yaitu : 1 bantuan blok block grants atau disebut juga bantuan umum general grants atau bantuan tak bersyarat unconditional grants, dan 2 bantuan khusus specific grants atau disebut juga bantuan bersyarat conditional grants. Bantuan blok adalah jenis transfer antar pemerintahan yang tidak dikaitkan dengan program pengeluaran tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk menyediakan dana yang cukup bagi pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Selain itu, bantuan ini dapat dipandang sebagai mekanisme transfer daya beli dari satu tingkat pemerintah kepada tingkat yang lain. Ciri khusus yang menjadi kekuatan jenis bantuan ini adalah dapat meningkatkan sumberdaya lokal sekaligus mempertahankan pilihan fiskal yang ada dalam kewenangan pemerintah daerah Sinaga dan Siregar, 2003. Dengan perkataan lain, pemerintah daerah memiliki kebebasan dalam mengalokasikan dana yang diterima ke dalam berbagai kemungkinan pengeluaran yang sesuai dengan pilihan dan kepentingan daerah yang bersangkutan. Sedangkan bantuan khusus adalah jenis bantuan yang memiliki persyaratan tertentu yang terkait di dalam bantuan tersebut, dan diberikan untuk mendorong pemerintah daerah dalam menambah barang dan jasa publik tertentu. Dalam hal jenis bantuan yang bersifat khusus ini, pemerintah daerah tidak memiliki kebebasan dalam pengalokasian dana karena penggunaan dana tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah pusat Mahi, 2000. Di samping transfer antar pemerintahan, bagi hasil pajak dan non pajak merupakan salah satu bentuk lain dari alokasi dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pajak-pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah pusat dibagikan sebagian atau seluruhnya kepada pemerintah regional daerah. Masing- masing daerah dapat memperoleh bagian sesuai dari jumlah pajak atau penerimaan yang dikumpulkan dari dalam batas wilayahnya, hasil pajak dan non pajak dibagikan menurut asal perolehannya. Pilihan lainnya, bagian regional daerah dapat dihimpun dan didistribusikan menurut suatu kriteria yang tidak berhubungan langsung dengan asal pajaknya Bagchi, 1995 ; Davey, 1988. Beberapa penjelasan umum mengenai bagi hasil pajak dan non pajak adalah 1. Pemberian bagi hasil pajak dalam teori, mungkin bersifat kebijakan seperti halnya perhitungan bantuan. Pemerintah tidak akan mengubah suatu pemberian yang merugikan pemerintah daerah tanpa konsultasi dan persetujuan. 2. Devolusi dari suatu sumber pajak mungkin bukanlah suatu alternatif yang dapat dilaksanakan baik karena kendala administratif regionalisasi pajak maupun kerena ketidaksediaan secara politis oleh pemerintah pusat. 3. Apabila pajak yang dibagihasilkan itu punya potensi besar, pemerintah regional dalam hal ini pemerintah kabupaten dan kota akan menerima pertumbuhan penerimaan secara otomatis Bagchi, 1995 ; Davey, 1988. Pendapatan asli daerah regional own revenue adalah pendapatan daerah yang berasal dari sumber-sumber daerah itu sendiri. Pendapatan asli daerah meliputi pajak-pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba dari badan usaha milik daerah, dan jenis pendapatan lainnya yang sah. Pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh penggalian sumber-sumber pendapatan asli daerah serta pengalokasianya tanpa pengaturan pemerintah pusat yang ketat. Pajak dan retribusi daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang terbesar. Pajak merupakan pungutan yang merupakan hak prerogratif pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada undang-undang, pemungutannya dapat dipaksakan kepada subyek pajak dan tidak ada balas jasa langsung yang dapat ditunjukkan penggunaannya. Jenis pajak dapat dikategorikan ke dalam pajak langsung seperti pajak penghasilan, pajak kekayaan, dan pajak tidak langsung seperti pajak ekspor, pajak impor, pajak pertambahan nilai, cukai, royalti, pajak penjualan, dan sebagainya. Sedangkan pungutan pemerintah karena pembayar menerima jasa tertentu secara langsung dari pemerintah disebut retribusi Mangkusubroto, 1998.

2.2.4. Permasalahan dalam Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal