daerah, dan jenis pendapatan lainnya yang sah. Pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh penggalian sumber-sumber pendapatan asli daerah serta
pengalokasianya tanpa pengaturan pemerintah pusat yang ketat. Pajak dan retribusi daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang
terbesar. Pajak merupakan pungutan yang merupakan hak prerogratif pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada undang-undang, pemungutannya dapat
dipaksakan kepada subyek pajak dan tidak ada balas jasa langsung yang dapat ditunjukkan penggunaannya. Jenis pajak dapat dikategorikan ke dalam pajak
langsung seperti pajak penghasilan, pajak kekayaan, dan pajak tidak langsung seperti pajak ekspor, pajak impor, pajak pertambahan nilai, cukai, royalti, pajak
penjualan, dan sebagainya. Sedangkan pungutan pemerintah karena pembayar menerima jasa tertentu secara langsung dari pemerintah disebut retribusi
Mangkusubroto, 1998.
2.2.4. Permasalahan dalam Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal
Implementasi otonomi daerah termasuk desentralisasi fiskal sejak tahun 2001 mulai ditemukan beberapa permasalahan antara lain kesiapan berbagai pihak
seperti pemerintah, birokrasi pemerintah daerah, partisipasi masyarakat, dan sumberdaya manusia Tanjung, 2001. Temuan lain dari Raharjo 2001 antara lain
adalah pemerintah daerah yang menginginkan sumber pendapatan baru dapat memperluas pajak dan pungutan retribusi. Kondisi ini harus diimbangi dengan
insentif kepada masyarakat. Masalah pajak dan retribusi di era desentralisasi fiskal memang menjadi topik utama dalam rangka kewenangan pemerintah daerah dalam
menggali potensi daerahnya.
Kekawatiran lain adalah adanya dana perimbangan yang berasal dari bagi hasil sumberdaya alam akan berpotensi meningkatkan ketimpangan ekonomi antar
daerah yang kaya sumberdaya alam dan daerah yang miskin sumberdaya alam. Simanjuntak
1
menyatakan bahwa dari 444 Kabupaten dan Kota di Indonesia sekitar 80 merupakan daerah rural pedesaan yang potensi penerimaan PAD rendah dan
20 merupakan daerah urban perkotaan yang potensi PAD cukup besar. Kondisi ini juga berpotensi menimbulkan kesenjangan pendapatan antar daerah. Di sisi lain
desentralisasi fiskal juga akan berdampak meningkatnya biaya perekonomian high cost economy di daerah akibat berbagai pungutan dalam bentuk perda-perda baru.
Canaleta 2002 dalam Abdullah 2005 menyatakan bahwa hasil desentralisasi adalah sebuah ketidakseimbangan distribusi sumber-sumber antar
daerah yang akhirnya akan menimbulkan disparitas ekonomi. Senada dengan itu, Azfar et al 1999 dalam Abdullah 2005 juga berpendapat bahwa desentralisasi
dapat memperlebar desparitas daerah dalam pengeluaran sosial jika pemerintah daerah bertanggung jawab dalam pendanaan dan implementasinya. Sebagai contoh
desentralisasi di Cina meningkatkan lokal desparitas dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan. Dalam hal pengalokasian anggaran juga menjadi masalah dalam
keuangan daerah sehingga dibutuhkan efektifitas dan efisiensi anggaran pengeluaran.
2.3. Pembangunan
Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk sesuatu masyarakat meningkat
1
. Dialog Q Channel TV akhir November 2006.