2001 adalah dengan peningkatan produksi yang didukung dengan insfrastruktur yang baik.
Sumber penerimaan keuangan pemerintah Provinsi Bengkulu sangat bergantung kepada subsidi pemerintah pusat melalui dana alokasi umum DAU
dan dana alokasi khusus DAK. Sementara pendapatan asli daerah PAD belum dapat diharapkan untuk membiayai pembangunan daerah, karena nilainya masih
relatif kecil. Hal itu disebabkan potensi sumber daya alam Provinsi Bengkulu belum digali dan dimanfaatkan secara optimal. Apabila dibandingkan dengan total
penerimaan rutin, maka kontribusi PAD Provinsi Bengkulu dalam penerimaan rutin daerah cukup kecil 16.07. Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi,
maka segala penyelenggaraan urusan pemerintah daerah didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD yang terdiri dari penerimaan
daerah dan pengeluaran daerah. Pembahasan kinerja fiskal dan perekonomian daerah pada studi ini merupakan pembahasan pada tingkat KabupatenKota di
Provinsi Bengkulu yang terdiri dari perkembangan penerimaan daerah dan pengeluaran daerah sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal, tingkat kemapuan
fiskal daerah, serta perkembangan produksi dan tenaga kerja.
5.2. Kinerja Fiskal Daerah
Kinerja fiskal daerah yang akan dibahas pada subbab ini meliputi kinerja penerimaan daerah, kinerja pengeluaran daerah, dan tingkat kemampuan fiskal
daerah.
5.2.1. Kinerja Penerimaan Daerah
Penerimaan daerah dalam rangka desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud UU
no.33 tahun 2004 bersumber dari : 1 pendapatan asli daerah PAD, 2 dana perimbangan atau transfer, dan 3 lain-lain pendapatan seperti pendapatan hibah
dan pendapatan dana darurat. Sedangkan pembiayaan daerah terdiri dari : 1 sisa lebih perhitungan anggaran daerah; 2 penerimaan pinjaman daerah; 3 dana
cadangan daerah; dan 4 hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Namun secara umum struktur penerimaan daerah KabupatenKota berasal dari :
1 sisa lebih anggaran tahun lalu SALT; 2 pendapatan asli daerah PAD; 3 pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah dan atau instansi lain yang
lebih tinggi atau transfer TRNF; dan 4 pinjaman pemerintah daerah PPD. Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan daerah sebelum dan
setelah desentralisasi fiskal di masing-masing Kabupaten dan Kota mengalami peningkatan, demikian juga dari setiap komponen penerimaan daerah selain DAK
juga mengalami peningkatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa setelah desentralisasi fiskal pemerintah daerah berusaha meningkatkan komponen
penerimaan daerah khususnya PAD. Namun demikian upaya pemerintah daerah ini belum mampu mengimbangi laju kenaikan total penerimaan daerah. Hal ini
terlihat dari proporsi setiap komponen penerimaan daerah terhadap total penerimaan daerah seperti PAD, total bagi hasil, dan dana perimbangan
prosentasenya mengalami penurunan. PAD setelah desentralisasi fiskal kurang 5, rendahnya penerimaan PAD
karena sumber-sumber yang masuk dalam kategori PAD merupakan sumber yang tidak potensial di daerah, belum intensifnya pelaksanaan pajak dan retribuai di
daerah. Kabupaten Bengkulu Utara setelah pelaksanaan desentralisasi mampu meningkatkan PAD di daerahnya cukup besar dari 1.93 menjadi 4.,61, hal ini
karena adanya usaha sarang burung wallet yang diusahakan oleh pemerintah
Tabel 2. Rata-rata Penerimaan Fiskal Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu, Tahun 1998 - 2003
Juta rupiah
Uraian, Tahun Bengkulu
Selatan Rejang
Lebong Bengkulu
Utara Kota Total
Kab dan Kota
1. Sisa Anggaran Th lalu 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 460.60
1.21 3 903.50
3.25 457.11
1.22 5 064.52
4.74 837.69
2.11 4 294.31
3.90 1 531.10
6.42 3 717.91
4.63 3 286.50
2.36 16 980.24
4.07 2.Pendapatan Asli Daerah
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
770.43 2.82
2 624.51 2.19
1 431.60 3.81
3 246.71 3.04
766.54 1.93
5 075.45 4.61
2 363.99 9.92
3 489.38 4.35
5 332.56 3.83
14 436.05 3.45
3. Dana PerimbanganTransfer
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
36 421.67 95.69
110 622.79 92.17
34 714.91 92.37
96 977.93 90.83
37 856.15 95.55
97 308.77 88.37
19 486.45 81.74
67 420.80 84.01
128479.18 92.56
372330.29 89.26
Dana Total Bagi Hasil 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 3 477.97
19.14 8 265.92
6.89 2 643.28
7.03 5 422.27
5.00 3 599.10
9.08 5 098.99
4.63 1 828.80
7.67 4 781.61
5.96 11 549.15
8.30 23 568.79
5.65 Dana Alokasi Umum
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
22 771.56 59.83
98 338.94 81.94
17 014.44 45.27
89 865.05 84.17
19 658.15 49.62
92 209.78 83.74
10 250.36 43.00
60 691.77 75.63
69 694.51 50.10
341105.54 81.77
Dana Alokasi Khusus 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 10 172.14
26.72 4 017.93
3.35 15 057.19
40.06 1 690.61
1.58 14 598.91
36.85 7 407.29
31.07 1 946.42
2.43 47 235.53
33.96 7 655.96
1.84 4. Pendapatan Lain-Lain
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
109.13 0.29
2 857.09 2.38
478.15 1.27
1 478.87 1.39
157.35 0.40
3 432.53 3.12
297.18 1.25
5 423.14 6.76
1 041.81 0.75
13 191.63 3.16
Total Pendapatan Daerah 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 38 063.24
100 120 014.92
100 37 583.61
100 106 768.03
100 39 617.78
100 110 111.06
100 23 840.76
100 80 250.40
100 139105.39
100 417144.41
100
Sumber: Statistik Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota, Tahun Dasar 1993. Berbagai Tahun
: angka prosentase terhadap Total Penerimaan Derah
daerah, serta penertiban berbagai izin usaha yang ada di daerah. Dana bagi hasil yang terdiri dari bagi hasil pajak BHTX dan bagi hasil sumberdaya alam
BHNTX setelah desentralisasi fiskal di semua Kabupaten dan Kota justru mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan adanya keterbatasan pemerintah
daerah dalam melaksanakan kewenangan mengelola sumberdaya yang ada di daerah, dan masih melakkukan pembenahan administrasi pemerintahan seperti
pemekaran wilayah Kabupaten dan Kecamatan. Demikian halnya dengan proporsi setiap daerah menunjukkan bahwa
lebih dari 90 penerimaan daerah berasal dari dana perimbangan khususnya berasal dari DAU dan DAK, sedangkan penerimaan yang berasal dari potensi
daerah proporsinya masih kurang 10. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembiayaan daerah masih cukup besar dibiayai oleh pemerintah pusat, dan
sebaiknya tidak dibiarkan berlangsung lama sehingga tujuan desentralisasi dapat
terwujud di setiap daerah. Seiring dengan berjalannya tahun pelaksanaan
desentralisasi fiskal diharapkan proporsi dana perimbangan semakin menurun dan proporsi PAD dan penerimaan daerah lainnya meningkat.
5.2.2. Kinerja Pengeluaran Daerah