Distribusi Pendapatan Kinerja Perekonomian Daerah

5.5.3. Distribusi Pendapatan

Pengalokasian dana DAU mempunyai salah satu tujuan untuk memperkecil terjadinya kesenjangan fiskal di daerah khususnya setelah diberlakukannya kebijakan desentralisasi fiskal. Pemberlakuan kebijakan desentralisasi fiskal akan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam dan potensi ekonomi cukup banyak, dan hal sebaliknya akan terjadi pada daerah yang potensi sumberdaya dan ekonomi rendah. Daerah yang memiliki kapasita fiskal rendah akan menerima alokasi dana DAU yang tinggi, dan sebaliknya Isdijoso, 2002 ; Ismail, 2001. Tabel 13. Nilai Indeks Williamson Provinsi Bengkulu Tahun 1993 – 2003. Tahun CVw CVuw 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 0.777 0.759 0.759 0.757 0.753 0.754 0.752 0.760 0.758 0.757 0.755 0.750 0.753 0.753 0.751 0.752 0.750 0.752 0.75 0.752 0.753 0.752 Rata-rata: sebelum DF setelah DF 0.755 0.757 0.750 0.752 Tabel 13 menunjukkan bahwa distribusi antar Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu sebelum dan setelah desentralisasi fiskal menunjukkan nilai CVw semakin besar, yang menunjukkan distribusi pendapatan antar daerah semakin senjang. Demikian halnya apabila menggunakan perhitungan jumlah daerah CVuw juga menunjukkan peningkatan kesenjangan sebesar 0.2. Hal ini terjadi akibat perbedaan sumberdaya daerah khususnya potensi Kota dan Kabupaten Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan desentralisasi yang dimulai tahun 2001 di Provinsi Bengkulu meningkatkan penerimaan daerah khususnya peningkatan DAU, di sisi kemampuan daerah masih tergolong rendah 10. Peningkatan pengeluaran rutin berdampak berkurangnya pengeluaran pembangunan sebesar 14 namun total produksi daerah meningkat sebesar 10, sementara itu distribusi pendapatan antar Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu semakin senjang. Hal senada disimpulkan oleh Isdijoso 2002 bahwa pada awal desentralisasi fiskal potensi penerimaan asli daerah melalui pajak dan retribusi belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Di sisi lain DAU yang merupakan penyangga utama pembiayaan APBD sebagian besar terserap untuk keperluan rutin sehingga proyek-proyek di daerah menjadi tertunda.

VII. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL

TERHADAP KINERJA FISKAL DAN PEREKONOMIAN DAERAH TAHUN 1998 - 2003 Evaluasi dampak pada bab ini dilakukan dengan simulasi historis sebelum pelaksanaan desentralisasi fiskal tahun 1998 – tahun 2000 dan setelah desentralisasi fiskal tahun 2001 – tahun 2003 dengan berbagai skenario kebijakan.

7.1. Kebijakan Peningkatan Penerimaan Dana Alokasi Umum

Dampak kebijakan peningkatan DAU 10 terhadap kinerja fiskal daerah dan perekonomian daerah sebelum dan setelah desentralisasi fiskal disajikan pada Tabel 37 dan Tabel 38. Kebijakan peningkatan DAU yang dilaksanakan sebelum dan setelah desentralisasi fiskal di setiap KabupatenKota memberikan dampak yang berbeda terhadap kinerja fiskal daerah. Tabel 37 menunjukkan bahwa kebijakan peningkatan DAU 10 setelah desentralisasi fiskal di Kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong dan Kota Bengkulu berdampak negatif terhadap penerimaan pajak daerah, hal ini terjadi karena adanya fenomena kemalasan fiskal. Meningkatnya DAU akan meningkatkan dana perimbangan, semakin besar dana perimbangan yang diterima daerah membuat kemalasan daerah untuk menggali penerimaan asli daerahnya. Temuan ini juga sejalan dengan Panjaitan 2006 di Sumatera Utara, meningkatnya penerimaan dana perimbangan berdampak pada berkurangnya penerimaan asli daerah. Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa tambahan DAU yang diterima tidak untuk peningkatan pembiayaan pembangunan tetapi masih digunakan untuk