daerah, serta penertiban berbagai izin usaha yang ada di daerah. Dana bagi hasil yang terdiri dari bagi hasil pajak BHTX dan bagi hasil sumberdaya alam
BHNTX setelah desentralisasi fiskal di semua Kabupaten dan Kota justru mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan adanya keterbatasan pemerintah
daerah dalam melaksanakan kewenangan mengelola sumberdaya yang ada di daerah, dan masih melakkukan pembenahan administrasi pemerintahan seperti
pemekaran wilayah Kabupaten dan Kecamatan. Demikian halnya dengan proporsi setiap daerah menunjukkan bahwa
lebih dari 90 penerimaan daerah berasal dari dana perimbangan khususnya berasal dari DAU dan DAK, sedangkan penerimaan yang berasal dari potensi
daerah proporsinya masih kurang 10. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembiayaan daerah masih cukup besar dibiayai oleh pemerintah pusat, dan
sebaiknya tidak dibiarkan berlangsung lama sehingga tujuan desentralisasi dapat
terwujud di setiap daerah. Seiring dengan berjalannya tahun pelaksanaan
desentralisasi fiskal diharapkan proporsi dana perimbangan semakin menurun dan proporsi PAD dan penerimaan daerah lainnya meningkat.
5.2.2. Kinerja Pengeluaran Daerah
Pengeluaran daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin GRTN dan pengeluaran pembangunan GPBG. Pengeluaran rutin terdiri dari
1 belanja pegawai, 2 belanja barang, 3 belanja perjalanan dinas, 4 angsuran pinjaman dan bunga, 4 pengeluaran rutin lainnya. Sedangkan GPBG terdiri dari
: 1 pengeluaran pembangunan sektor Pertanian GPSP yang mencakup : a subsektor Tanaman pangan GPTP; b subsektor Perkebunan GPPB; c
subsektor Peternakan GPPT; dan d subsektor Perikanan GPPI, pengeluaran
Tabel 3. Rata-rata Pengeluaran Rutin Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu, Tahun 1998 - 2003
Juta rupiah Uraian, Tahun
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kota Total Kab
dan Kota Belanja Pegawai
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
30 041.8631 85.98
68 630.7133 76.95
28 728.1833 84.08
64 230.5947 83.12
27737.271 83.51
68012.357 83.88
14 894.0980 77.39
50 163.8850 81.91
10 1648.507 82.74
251 037.55 81.30
Angsuran Pinjaman 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 6.6486
0.02 85.0130
0.09 43.5039
0.12 10.8802
0.01 874.6746
2.63 1576.6123
1.94 123.0358
0.63 145.5527
0.23 181.3486
0.85 241.4460
0.07 Belanja Barang
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
2 057.7033 5.89
8 450.44 9.48
2 578.0176 7.54
5 885.4571 7.61
2118.6886 6.37
3590.1913 4.42
2 328.8737 12.10
4 775.8402 7.79
9 083.2832 7.44
2 2701.9286 7.35
Belanja Pemeliharaan 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 397.6876
1.14. 3 299.6445
3.70 391.2303
1.14 1 310.4640
1.69 204.1077
0.61 2194.1194
2.70 318.1484
1.65 2 380.9224
3.88 1 311.174
1.07 9 185.1503
2.96 Belanja Perjalanan
Dinas 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 156.3275
0.45 1 137.5125
1.28 290.1255
0.85 796.9820
1.03 180.4682
0.54 546.8119
0.67 179.8636
0.93 721.2342
1.17 806.7848
0.66 3 202.5406
1.04 Pengeluaran Rutin
lainnya 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 2 282.2904
6.53 7 581.6840
8.50 2 137.2957
6.25 5 039.8630
6.52 2100.0476
6.32 5164.9012
6.36 1 400.7966
7.27 3 048.5782
4.97 7 920.4303
6.48 20 835.0264
6.75 Total Pengeluaran
Rutin 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 34 942.521
100 89 185.009
100 34 168.3563
100 77 274.2411
100 33215.264
100 81082.993
100 19 244.8172
100 61 236.0127
100 122 141.956
100 308 778.256
100
Sumber: Statistik Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota, Tahun Dasar 1993. Berbagai Tahun
: angka prosentase terhadap Total Pengeluaran Rutin Daerah
pembangunan sektor Kehutanan GHT, 3 pengeluaran pembangunan sektor Perindustrian GIND, 4 pengeluaran pembangunan Infrastruktur GINFR, 5
pengeluaran pembangunan sektor Pertambangan GTBG, dan 6 pengeluaran pembangunan sektor lainnya GPBGL.
Tabel 3 menunjukkan bahwa secara riil komponen pengeluaran rutin daerah setelah dilaksanakan desentralisasi fiskal di semua Kabupaten dan Kota
mengalami peningkatan. Pengeluaran rutin terbesar adalah untuk belanja pegawai yaitu hampir 80 dari pengeluaran rutin daerah. Tetapi apabila dilihat dari
proporsi terhadap total pengeluaran rutin ternyata tidak seluruh komponen pengeluaran rutin menunjukkan peningkatan bahkan ada yang menurun, hal ini
menunjukkan bahwa total pengeluaran rutin juga mengalami peningkatan yang cukup besar. Pengeluaran untuk belanja pegawai setelah desentralisasi fiskal
meningkat cukup besar 250 karena adanya pelimpahan pegawai pusat ke daerah sebagai konsekuensi otonomi daerah. Sementara belanja rutin lainnya
mengalami peningkatan dari 7.40 sebelum desentralisasi fiskal menjadi 7.93 setelah desentralisasi fiskal, hal ini akibat adanya perluasan wilayah Kabupaten
maupun Kecamatan setelah desentralisasi fiskal membutuhkan pembiayaan dan anggaran khusus yang tidak termasuk dalam komponen anggaran yang ada.
Demikian halnya pada pengeluaran pembangunan untuk sektoral, dan pengeluaran pembangunan lainnya seperti pelayanan umum, dan pelayanan sosial
secara riil nilainya mengalami peningkatan di tiap Kabupaten dan Kota. Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran pembangunan di Provinsi meningkat
besar dari Rp.69 470.97 juta menjadi Rp.84 829.4298 juta atau meningkat 26, demikian pula untuk pengeluaran pembangunan setiap sektor juga mengalami
peningkatan.
Tabel 4. Rata-rata Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu, Tahun 1998 - 2003
Juta rupiah
Uraian, Tahun Bengkulu
Selatan Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kola Total Kab
dan Kola Sektor Pertanian
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
714.6881 4.58
2 404.9083 9.22
440.2993 2.63
1 116.8558 4.66
1 247.7380 5.64
1 548.4873 7.18
189.8887 1.48
291.9165 2.21
2 594.6141 3.85
5 360.1679 6.32
Sektor Kehutanan 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 57.7231
0.37 72.6460
0.28 0.0000
0.00 133.1670
0.55 0.0000
53.5438 0.25
0.0000 71.0808
0.54 57.7231
0.09 330.4376
0.39 Sektor Perindustrian
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
77.6975 0.49
273.0137 1.05
118.3867 0.71
93.1123 0.39
113.4024 0.51
155.6564 0.72
81.5533 0.63
15.5908 0.12
391.0399 0.58
537.3732 0.63
Infrastruktur 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 6 801.1191
43.57 11 061.7476
42.38 5 818.4470
34.70 7 839.7619
32.68 11 434.726
51.71 9 809.5220
45.49 2 832.8299
22.03 3 104.5825
23.55 26 887.122
39.92 31 815.614
37.51 Sektor Pariwisata
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
132.3608 0.85
123.4338 0.47
195.9491 1.17
666.2423 2.78
452.6770 2.05
27.6417 0.13
58.5027 0.45
271.9521 2.06
839.4896 1.25
1 089.2699 1.28
Sektor Pertambangan 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 34.1113
0.22 216.2591
0.83 81.8851
0.49 341.3917
1.42 117.9161
0.53 193.6660
0.90 15.9035
0.12 249.816
0.37 536.0577
0.63 Sektor Pendidikan, OR, P W
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
2 751.3937 17.62
2 246.2262 8.61
2 790.7473 16.64
2 992.4428 12.48
2 139.5933 9.68
2 777.5152 12.88
2 182.6885 16.97
1 203.8044 9.13
10 126.1324 14.86
9 219.9888 10.87
Sektor Kesehatan dan Kesra 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 1 082.8324
6.94 1 183.1023
4.53 1 461.8971
8.72 1 143.4437
4.77 978.3737
4.42 1 338.7096
6.21 789.9281
6.14 1 331.3119
10.10 4 365.4960
6.41 4 996.5675
5.89 Sektor Kependudukan, Kel Sjh
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
45.5241 0.29
38.8404 0.15
420.8563 2.51
53.2999 0.22
102.1397 0.46
48.1853 0.22
4.2989 0.03
20.77864 0.16
572.4392 0.84
161.1043 0.19
Sektor-sektor lainnya 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 3 913.5329
25.07 8 477.8863
32.48 5 438.6607
32.44 9 607.6600
40.05 5 525.7297
24.99 5 608.9492
26.00 6 708.2379
52.15 6 871.0942
52.12 12 819.5483
18.81 28 711.0528
33.85 Total Pengeluaran Pembg
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
15 610.9831 100
26 098.0638 100
16 767.1286 100
23 987.38 100
22 112.296 100
21 561.876 100
12 863.8316 100
13 182.11 100
69 470.97 100
84 829.4298 100
Apabila dilihat dari proporsi terhadap total pengeluaran pembangunan, ternyata pengeluaran untuk Infrastruktur merupakan pengeluaran terbesar dibandingkan
sektor lainnya rata-rata 39.92 sebelum desentralisasi fiskal namun setelah desentralisasi fiskal di semua Kabupaten dan Kota menurun 37.51 dan masih
merupakan pengeluaran terbesar. Kondisi ini terjadi karena pembangunan sarana jalan, saluran irigasi, listrik, dan pembangunan sarana air bersih masih menjadi
kebutuhan daerah. Proporsi Pengeluaran untuk sektor Pertanian terhadap total pengeluaran pembangunan di semua Kabupaten dan Kota Bengkulu mengalami
peningkatan cukup besar, namun besarannya masih kurang dari 10. Peningkatan ini seiring dengan tujuan pembangunan daerah lima tahun untuk mendukung
pelaksanaan revitalisasi Pertanian serta pertimbangan bahwa sampai tahun 2003 struktur perekonomian di Bengkulu masih berbasis pada Pertanian, bahkan masih
menjadi sektor ekonomi andalan dalam PDRB yaitu 42.02 serta penyerap tenaga kerja terbesar diantara sektor ekonomi yang lain. Proporsi pengeluaran
pendidikan, pembinaan wanita dan olah raga terhadap pengeluaran pembangunan cukup besar yaitu 14.86, namun setelah desentralisasi fiskal turun 10.87, hal
ini terjadi karena setelah desentralisasi pengeluaran pembangunan untuk pelayanan umum, keamanan mengalami peningkatan sehingga pengeluaran
pembangunan sektor-sektor ekonomi berkurang. Secara khusus, anggaran sektor Pertanian dialokasikan ke empat subsektor
yaitu subsektor Tanaman pangan, subsektor Perkebunan, subsektor Peternakan, dan subsektor Perikanan. Tabel 5 menunjukkan bahwa alokasi anggaran Sub
sektor Tanaman pangan adalah paling besar di setiap Kabupaten dan Kota yaitu hampir 50 dari anggaran sektor Pertanian. Secara riil anggaran masing-masing
subsektor di semua Kabupaten dan Kota mengalami peningkatan, namun apabila
dilihat dari proporsi terhadap pengeluaran sektor Pertanian ternyata tidak semua subsektor mengalami peningkatan.
Tabel 5. Rata-rata Pengeluaran Pembangunan Sektor Pertanian Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu, Tahun 1998 - 2003
Juta rupiah Uraian, Tahun
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kola Total Kab
dan Kota Subsektor Tanaman Pangan
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
469.8575 65.74
1167.4918 48.54
190.75 66.72
625.64 56.02
421.14 45.20
913.03 58.96
77.19 71.61
202.17 69.25
905.87 62.66
2221.47 58.19
Subsektor Perkebunan 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 57.3742
8.03 548.9121
22.82 35.09
12.27 28.97
2.59 126.08
13.53 29.97
1.94 4.52
4.19 138.35
9.57 562.22
6.78 Subsektor Peternakan
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
131.7737 18.43
509.3481 21.17
31.49 11.02
299.29 26.80
138.58 14.87
579.64 37.43
14.19 13.16
70.00 23.98
272.58 14.37
1373.68 27.60
Subsektor Perikanan 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 55.6826
7.81 179.1601
7.44 28.58
9.99 162.96
14.59 245.95
26.40 25.85
1.67 11.89
11.03 19.75
6.77 128.80
13.71 1522.27
6.57 Sektor Pertanian
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
714.6881 100
2404.9083 100
285.91 100
1116.86 100
931.74 100
1548.49 100
107.78 100
291.92 100
604.19 100
1340.0544 100
Sumber : Statistik Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota, Tahun Dasar 1993. Berbagai Tahun
: angka prosentase terhadap total Pengeluaran Pembangunan Sektor
Pertanian Subsektor Tanaman pangan di Kabupaten Bengkulu Selatan dan
Bengkulu Utara setelah desentralisasi fiskal mengalami peningkatan 13 – 15, hal ini akibat adanya perluasan lahan tanam dan intensifikasi Tanaman pangan
khususnya komoditi padi, jagung, dan kedelai yang merupakan komoditas
unggulan di daerah. Rata-rata luas panen Tanaman pangan di Kabupaten Bengkulu Selatan meningkat dari 48 453.13 hektar menjadi 52 205.67 hektar
setelah desentralisasi, sedangkan di Kabupaten Bengkulu Utara, Rejang lebong dan Kota Bengkulu mengalami penurunan.
Proporsi pengeluaran pembangunan setelah desentralisasi fiskal untuk subsektor Perkebunan di setiap Kabupaten dan Kota mengalami penurunan
hampir 10, di sisi lain luas panen tanaman Perkebunan khususnya komoditas karet, kopi, dan kelapa sawit di tiga Kabupaten mengalami peningkatan yang
cukup besar Di kabupaten Bengkulu Selatan luas panen Perkebunan sebelum desentralisasi fiskal meningkat 79 242.38 hektar menjadi 94 870.83 hektar,
Rejang Lebong dari 51 749.82 hektar menjadi 73 644.25 hektar, dan di Bengkulu Utara dari 89 054.43 hektar menjadi 124 667.93 hektar. Peningkatan luas panen
ini tidak serta diikuti pengeluaran pembangunan karena luas panen komoditas Perkebunan umur tanamnya sudah lebih dari 4 tahun, di sisi lain biaya terbesar
untuk komoditas Perkebunan adalah pada awal pembukaan lahan dan tanam sedangkan untuk biaya selanjutnya hanya untuk pemeliharaan dan pembinaan .
Pengeluaran pembangunan subsektor Peternakan di semua Kabupaten dan Kota setelah desentralisasi fiskal secara riil mengalami peningkatan 10 - 15
karena di setiap daerah sedang mengupayakan ketahanan pangan dan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui peningkatan konsumsi protein hewani.
Diharapkan besarnya pengeluaran pembangunan ini akan berdampak pada peningkatan produksi subsektor Peternakan sehingga secara agragat PDRBS
Peternakan juga meningkat. Pengeluaran pembangunan untuk subsektor Perikanan setelah
desentralisasi fiskal mengalami penurunan yang cukup besar kecuali di Kabupaten Rejang Lebong. Hal ini terjadi karena setelah pelaksanaan otonomi daerah
anggaran untuk Perikanan yang berasal dari APBD difokuskan untuk usaha perikanan budidaya sedangkan usaha penangkapan yang berada di Kabupaten
Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, dan Kota Bengkulu berasal dari anggaran di luar APBD.
Tabel 6. Rata-rata Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu, Tahun 1998 - 2003
Juta rupiah Uraian, Tahun
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kota Total Kab
dan Kota Pengeluaran Rutin
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
34 942.5206 69.12
89 185.009 77.36
34168.356 67.08
77274.241 76.31
33215.264 60.03
81082.993 78.99
19244.817 59.53
61236.013 82.29
122141.96 64.18
308682.03 78.44
Pengeluaran Pembangunan 1998 -2000 sebelum DF
2001 - 2003 setelah DF 15 610.9831
30.88 26 098.0638
22.64 16767.129
32.92 23987.378
23.68 22112.296
39.97 21571.090
21.01 12863.832
40.07 13182.112
17.71 68148.75
35.81 84821.073
21.55 Total Pengeluaran Daerah
1998 -2000 sebelum DF 2001 - 2003 setelah DF
50 553.5037 100
115 283.073 100
50935.485 100
101261.62 100
55327.56 100
102654.08 100
32108.649 100
74418.125 100
190290.70 100
393503.11 100
Sumber : Statistik Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota, Tahun Dasar 1993. Berbagai Tahun
: angka prosentase terhadap total Pengeluaran Daerah Tabel 6 menunjukkan bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal
berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran daerah baik pengeluaran rutin maupun pembangunan. Pengeluaran rutin secara riil di semua Kabupaten dan
Kota mengalami peningkatan cukup besar rata-rata sebesar 14, sedangkan untuk alokasi pengeluaran pembangunan di semua Kabupaten dan Kota terjadi hal
sebaliknya. Hal ini disebabkan meningkatnya biaya rutin seperti gaji pegawai, biaya belanja barang untuk kepentingan administrasi pemerintahan yang lebih
luas, pemekaran wilayah dan pemekaran aparatur dan tunjangan jabatan pegawai daerah. Hal senada disimpulkan oleh Isdijoso 2002, DAU yang merupakan
penyangga utama pembiayaan APBD di Surakarta sebagian besar digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin terutama untuk gaji pegawai akibat
pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dari instansi vertikal kepada pemerintah daerah.
5.2.3. Tingkat Kemampuan Fiskal Daerah.