34
: Jumlah HKP tenaga kerja ahli yang digunakan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 HKP tujuh periode
: Jumlah induk pemanas gasolecyang digunakan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 buah tujuh periode
: Jumlah brooder guard yang digunakan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 buah tujuh periode
: Jumlah tempat pakan yang dikeluarkan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 buah tujuh periode
: Jumlah tempat minum yang dikeluarkan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 buah tujuh periode
: Jumlah biaya lahan dan kandang yang dikeluarkan oleh HHF dari Januari 2007 sampai dengan April 2008 Rp tujuh periode
4.5. Metode Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh kemudian diproses menggunakan komputer dan ditabulasi menurut kegiatan-kegiatan untuk selanjutnya dianalisis.
Seluruh data yang dianalisis tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel. Sedangkan tujuan dari analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data yang akan dilakukan dari hasil olahan LINDO meliputi :
1. Analisis Primal
Analisis primal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik yang dapat menghasilkan tujuan maksimal dengan tetap mempertimbangkan
keterbatasan sumberdaya yang ada. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara kombinasi aktivitas yang terbaik hasil perhitungan dengan aktivitas produksi yang
dilakukan peternak. Hasil perbandingan tersebut akan memperlihatkan apakah aktivitas produksi aktual yang dilakukan oleh peternakan sudah optimal atau
35
belum. Kegiatan yang tidak termasuk dalam skema optimal akan memiliki nilai reduced cost.
2. Analisis Dual
Analisis dual dilakukan untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya, dengan melihat slacksurplus dan nilai dual-nya. Nilai dual dual priceshadow
price menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Nilai dual ini juga menunjukkan batas
harga maksimum dari sumberdaya yang masih memungkinkan bagi perusahaan untuk membeli tambahan satu unit sumberdaya. Sehingga nilai dual sangat
berpengaruh pada keputusan pembelian sumberdaya. Analisis dual dapat membedakan sifat sumberdaya yang dimiliki oleh
peternakan, apakah sumberdaya tersebut bersifat langka atau sebaliknya. Apabila nilai slacksurplus = 0 dan nilai dual 0, maka sumberdaya tersebut termasuk
kedalam sumberdaya yang bersifat langka pembatas. Kemudian sumberdaya ini masuk kedalam kendala aktif yaitu kendala yang membatasi fungsi tujuan.
Namun, apabila nilai slacksurplus 0 dan nilai dual = 0, maka sumberdaya tersebut masuk ke dalam sumberdaya yang berlebih bukan pembatas.
Selanjutnya sumberdaya ini termasuk ke dalam kendala tidak aktif yaitu kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi dan tidak mempengaruhi fungsi
tujuan. 3.
Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan cara untuk mengetahui parameter dalam
model yang sangat sensitif dalam menentukan suatu solusi. Analisis sensitivitas dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1 analisis sensitivitas nilai-nilai koefisien fungsi
36
tujuan, digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari koefisien fungsi tujuan yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal, 2 analisis sensitivitas nilai
ruas kanan right hand side RHS kendala, digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari RHS kendala yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal.
Selang kepekaan pada analisis sensitivitas dapat dilihat pada batas maksimum dan minimum nilai koefisien fungsi tujuan dan nilai RHS pada hasil
optimalisasi produksi. Allowable increase menggambarkan batas kenaikan yang diizinkan dari nilai kendala yang tidak mengubah solusi optimal. Sedangkan
allowable decrease menunjukkan batas penurunan yang diizinkan dari nilai kendala solusi optimal tidak berubah.
4. Analisis post optimal
Selain analisis primal, dual dan sensitivitas, penelitian ini juga melakukan analisis post optimal. Tujuan analisis ini digunakan untuk menentukan penduga-
penduga penting yang dapat mempengaruhi solusi optimal versi awal. Analisis post optimal dilakukan dengan merubah penduga-penduga
penting yang disebut skenario. Skenario I dilakukan dengan menurunkan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen. Penurunan harga jual didasarkan pada
kecederungan harga jual di tingkat peternak lebih sering turun sedangkan di tingkat konsumen lebih sering naik. Penentuan nilai lima persen didasarkan pada
tingkat inflasi rata-rata tahun 2007 dan profit margin peternakan ayam ras pedaging antara lima sampai sepuluh persen. Profit margin adalah persentase
keuntungan yang diterima dari total penerimaan. Skenario II dilakukan dengan menurunkan ketersediaan pakan sebesar lima persen. Karena pada kondisi aktual
penggunaan pakan berlebih terlihat dari konversi pakan yang tinggi.
37
BAB V KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Keadaan Geografis dan Iklim
Hasjrul Harahap Farm HHF berada di Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor terletak diantara 106
43’ BT dan 106
51’ BT dan 6 LS. Kabupaten Bogor yang memiliki luas ± 2.156 Km
2
, secara umum terbagi dua wilayah, yaitu sebelah utara dengan ketinggian 50-70 meter di
atas permukaan laut dan sebelah selatan dengan ketinggian 2,211 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Bogor memiliki curah hujan cukup tinggi yaitu 3744
mm per tahun dengan suhu rata-rata udara berkisar 26 C. Terdapat enam aliran
sungai yang melewati Kabupaten Bogor yaitu Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, Sungai Cipakancilan, Sungai Ciparigi, Sungai Cidepit dan Sungai Cibalok.
5.2. Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Hasjrul Harahap Farm
Hasjrul Harahap Farm adalah usaha ternak kecil yang pada awal pemeliharaan memelihara 500 ekor ayam ras pedaging dengan satu orang pekerja
kandang. Usaha ternak ini terus berkembang dengan menambah populasi ternak dan menerima lebih banyak pekerja. Karena terbatasnya lahan yang tersedia di
Desa Cimanggis, HHF memperluas usahanya dengan menambah populasi ternak di lokasi lain yang berada tidak jauh dari lokasi kandang. Lokasi kandang tersebut
berada di Desa Tajurhalang dan Jampang Kalisuren, Bogor. Awal tahun 2000 HHF menambah populasi ayam ras pedaging yang
dipelihara di Desa Jampang Kalisuren. Total populasi ayam ras pedaging yang
38
dipelihara HHF saat itu berjumlah 38.000 ribu ekor dengan luas lahan delapan hektar. Lahan tersebut terdiri dari kandang, kolam, kantor, gudang, kebun dan
tempat tinggal pegawai. Akhir tahun 2000 HHF mulai melakukan perbaikan manajemen bisnis dan manajemen pemeliharaan ternak. Hal tersebut terlihat dari
perbaikan pembukuan, pencatatan sarana produksi, pencatatan hasil produksi serta perbaikan program pemeliharaan ayam ras pedaging.
Tahun 2002 total populasi ayam ras pedaging yang dipelihara oleh HHF berjumlah 50.000 ekor. HHF memiliki 22 kandang yang tersebar di tiga lokasi
peternakan. Pada tahun 2005 HHF menambah populasi ayam ras pedaging yang dipelihara menjadi 50.600 ekor, dengan menambah jumlah kandang menjadi 23
kandang. Sebagian besar luas lahan yang dimiliki HHF terdiri dari kolam ikan
gurame yang di atasnya dibangun kandang-kandang untuk usaha ternak ayam ras pedaging. Sebagian lainnya adalah lahan darat yang ditanami tanaman perkebunan
dan buah-buahan seperti jati, durian, nangka, kelapa, sawo, jambu dan jeruk. Namun sampai pada saat penelitian ini dilakukan tanaman perkebunan tersebut
belum dikelola secara serius, hanya sebagai tanaman hijau saja. Pada areal lahan yang kosong pekerja boleh mendirikan kandang untuk
ternak milik pribadi seperti ayam kampung dan kambing. Selain itu pekerja juga dapat menanam tanaman pangan seperti pisang, singkong serta sayuran untuk
kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Total populasi ternak saat ini 65.000 ekor ayam. HHF memiliki 28
kandang yang tersebar di empat lokasi peternakan. Sebagian besar kandang tersebut merupakan kandang longyam yang terbuat dari bambu dan atap. Luasan