Teori Adopsi Varietas Berkaitan dengan adopsi suatu varietas unggul pada usahatani, Herdt dan

mesin kombinasi pemotong dan perontok hasil panen, serta alat pemetik jagung. Teknologi terwujudkan pada benih jagung hibrida, varietas tanaman unggul, pestisida, pupuk komersial, pembajak kontur, alat pemberi makan ternak otomatis, dan elektrifikasi pedesaan. Teknologi terdapat pada bengkel, laboratorium kimia, gudang, ladang, dan kantor. Tujuan dari teknologi adalah mencapai output yang lebih tinggi dari sejumlah lahan, tenaga kerja, dan sumberdaya modal tertentu. Teknologi mempunyai peranan yang penting untuk mengekonomiskan suatu proses Snodgrass dan Wallace, 1964. Salah satu bentuk teknologi adalah teknologi dalam produksi tanaman. Snodgrass dan Wallace 1964 mengatakan bahwa para ahli teknologi tanaman terus-menerus melawan kegagalan produksi pada tanaman pertanian. Beberapa prestasi terbaik mereka adalah dalam pemuliaan varietas yang tahan kekeringan, penyakit, parasit tanaman, dan juga dalam mengembangkan varietas berdaya hasil tinggi. Inovasi tanaman mampu menyediakan suatu spesies baru untuk suatu daerah yang semula tidak dapat tumbuh pada daerah tersebut. Pada saat telah banyak yang dipelajari tentang tanaman hibrida, penelitian baru tentang hormon tanaman serta zat makanan dan pertumbuhan lain berlanjut untuk membawa perkembangan revolusioner baru pada hutan, ladang, dan kebun.

3.2 Teori Adopsi Varietas Berkaitan dengan adopsi suatu varietas unggul pada usahatani, Herdt dan

Capule 1983 memberikan penjelasan bahwa kerangka teoritis sangat bermanfaat karena menyediakan suatu alat untuk mengelompokkan beberapa faktor yang berpotensial penting dalam proses adopsi. Sebelum varietas tertentu dikatakan memiliki keunggulan daripada varietas yang ada sebelumnya, berbagai prosedur pengujian telah dilaksanakan. Jika proses pengujian membuktikan bahwa varietas tersebut mempunyai kelebihan maka varietas tersebut berhak menyandang predikat sebagai varietas unggul. Varietas unggul disebut sebagai suatu inovasi jika varietas tersebut dianggap oleh petani sebagai sesuatu yang baru dan sebelumnya belum pernah dikenali. Ketika dihadapkan kepada varietas yang baru, petani sebagai pembuat keputusan mempunyai dua alternatif yaitu tetap bertahan pada varietas yang lama atau beralih kepada varietas baru. Misalkan petani padi dalam memproduksi gabah menggunakan input tetap berupa lahan sawah L dan input variabel yang berupa pupuk F. Input variabel lain seperti tenaga kerja tidak dimasukkan secara eksplisit ke dalam model dengan mengasumsikan bahwa besarannya berbanding lurus dengan luas lahan. Dengan teknologi lama, output berupa gabah Q yang dihasilkan dirumuskan dengan: Q = f F, L Sementara output dengan teknologi baru mempunyai fungsi: Q = f 1 F, L Varietas unggul merupakan salah satu bentuk teknologi pada bidang pertanian. Karena varietas unggul merupakan bentuk teknologi, maka penerapan inovasi tersebut oleh petani dapat menggeser fungsi produksi lama yang dimiliki petani. Ada beberapa kemungkinan perubahan dari fungsi produksi yang lama menjadi fungsi produksi yang baru akibat adopsi teknologi berupa varietas unggul. Hal itu dapat terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Beberapa Pola Alternatif Fungsi Produksi Teknologi Lama dan Teknologi Baru Sumber: Herdt dan Capule 1983, diolah Gambar 1a menunjukkan bahwa teknologi yang baru memberikan keunggulan dalam hal kuantitas hasil pada semua tingkat pupuk dibandingkan teknologi yang lama. Inovasi teknologi yang mempunyai karakter seperti inilah yang sangat diinginkan dan terus dicari. Pada Gambar 1b, kedua teknologi memberikan hasil yang sama pada tingkat pupuk nol. Selanjutnya begitu pupuk ditambahkan, teknologi baru selalu memberikan hasil yang lebih tinggi dari alternatifnya. Gambar 1c merupakan kondisi yang banyak bersesuaian dengan Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Y 5 F 1 Yield c f f 1 Fertilizer F 2 F 3 Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 a Yield Fertilizer f f 1 F 2 F 1 Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 f 1 b Yield Fertilizer f F 1 F 2 kenyataan di lapang yaitu jika varietas baru diberikan pupuk dengan kuantitas rendah lebih kecil dari F 3 maka hasil dari varietas baru lebih rendah daripada varietas lama. Sementara jika pupuk yang diberikan adalah lebih tinggi daripada level tertentu F 3 maka teknologi baru akan memberikan output yang lebih tinggi. Sebagaimana varietas berdaya hasil tinggi High Yielding Varieties HYV lainnya, varietas padi hibrida menuntut perlakuan yang baik termasuk dalam hal pemupukan agar mampu menghasilkan output yang tinggi. Jika pupuk yang diberikan sedikit maka produksi gabah yang dihasilkan lebih rendah daripada varietas unggul inbrida. Agar varietas padi hibrida dapat menghasilkan output yang lebih tinggi maka pupuk yang diberikan juga harus dalam kuantitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, inovasi varietas padi hibrida termasuk bentuk teknologi baru yang diilustrasikan pada Gambar 1c. Dengan menggunakan P q untuk mewakili harga output, P f untuk harga pupuk, dan K untuk biaya input tetap lahan, laba dengan menggunakan teknologi lama adalah: R = P q .Q – P f .F = P q .f F, L – P f .F – K Apabila penerapan teknologi baru memerlukan pengetahuan yang lebih besar atau biaya input tetap yang lain K maka laba dengan teknologi baru adalah: R 1 = P q .Q 1 – P f .F 1 – K – K Maksimisasi laba menunjukkan tingkat optimal pupuk untuk diaplikasikan pada teknologi tertentu. Kondisi tersebut dicapai pada saat Nilai Produk Marginal NPM pupuk sama dengan biaya pupuk. Gambar 2 menunjukkan total penerimaan f o P dan f 1 P 1 dan kurva biaya total TC dan TC 1 dari dua teknologi untuk 1a. Tingkat pupuk yang memaksimalkan laba dari dua teknologi adalah F dan F 1 dengan total laba AB dan DE. Jika teknologi baru tidak memerlukan biaya tetap tambahan maka laba dengan f1 adalah CE dan adopsi diharapkan terjadi. Tambahan biaya tetap yang besar berkaitan dengan teknologi baru K, yang sama dengan OG pada Gambar 2 menyebabakan teknologi baru kurang menarik. Gambar 2 dapat menggambarkan situasi dimana tidak ada tambahan biaya tetap pada teknologi baru tetapi biaya efektif pupuk berbeda untuk kelompok petani yang berbeda. Misal TC adalah biaya untuk kelompok yang satu dan TC ׀ biaya untuk kelompok yang kedua. Kelompok kedua akan menemukan penggunaan pupuk tidak mempunyai manfaat ekonomi dengan teknologi f karena laba dapat dimaksimalkan tanpa penggunaan pupuk dengan laba OH. Petani yang membayar TC akan menemukan penggunan pupuk menguntungkan pada tingkat F o , bahkan dengan teknologi yang lama. Dengan teknologi baru f 1 P 1 petani yang membayar TC ׀ akan menemukan penggunaan pupuk optimalnya pada F 1 ׀ untuk mendapatkan laba maksimum E ׀ C ׀ . Sementara petani yang yang membayar TC akan optimal untuk menggunakan pupuk sebanyak F 1 untuk mendapatkan maksimum laba EC. Hal ini menggambarkan hasil yang dikenal umum bahwa semakin tinggi biaya per unit input variabel, semakin kecil tingkat penggunaan optimal Jika Gambar 1b menunjukkan respon hasil gabah terhadap pupuk, maka pada beberapa harga padi, tingkat pupuk optimal untuk teknologi lama lebih rendah daripada baru, tapi teknologi baru disukai karena menghasilkan laba yang lebih besar. Pada beberapa harga tinggi, tanpa pemupukan akan optimal, dan petani mungkin tidak mempedulikan teknologi lama atau baru. Sebagai tambahan, suatu keharusan untuk menambah biaya tetap berkaitan dengan teknologi baru dapat menyebabkan teknologi lama lebih menarik bagi petani. Gambar 2. Hubungan antara Kurva Penerimaan dan Kurva Biaya Terkait Perubahan Teknologi Sumber: Herdt dan Capule 1983 Jika Gambar 1c menunjukkan hubungan hasil antara teknologi lama dan baru, maka bahkan jika tak ada tambahan biaya tetap yang terkait dengan varietas baru dan tak ada perbedaan pada harga pupuk antara kelompok petani, seorang pembuat keputusan yang rasional mungkin memilih f jika jumlah pupuk yang tersedia terbatas. Keterbatasan mungkin disebabkan kekurangan modal atau kredit TC dan TR Fertilizer f 1 P 1 TC 1 TC ׀ TC F F 1 F 1 ׀ C ׀ E ׀ G J H E D C B A f ׀ P dalam unit usahatani atau karena pupuk tidak tersedia dimana usahatani berlokasi Herdt dan Capule, 1983. Perlu diketahui bahwa petani sebagaimana semua orang, bertindak sesuai dengan yang ia percayai yang mungkin berbeda dengan kenyataan. Jika mereka percaya fungsi respon hasil dan biaya dari suatu teknologi baru akan menghasilkan manfaat yang lebih rendah maka mereka tidak akan mengadopsi teknologi baru terlepas dari kenyataan yang objektif.

3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi Pertanian