ditanggung petani adalah sebesar Rp 7.089.122,62 dan besarnya biaya total adalah Rp 12.041.388,33.
Penerimaan usahatani padi hibrida yang lebih rendah daripada penerimaan usahatani padi inbrida dan biaya padi hibrida yang lebih tinggi dibandingkan
biaya usahatani padi inbrida menyebabkan pendapatan yang diterima petani padi hibrida lebih kecil daripada pendapatan petani padi inbrida. Baik pendapatan atas
biaya yang dibayarkan maupun pendapatan atas biaya total pada usahatani padi inbrida lebih besar daripada pendapatan atas biaya yang dibayarkan maupun
pendapatan atas biaya total pada usahatani padi hibrida. Pendapatan atas biaya dibayarkan usahatani padi inbrida dan padi hibrida adalah Rp 6.152.080,57 dan
Rp 4.384.536,55. Usahatani padi inbrida mempunyai pendapatan atas biaya total yang bernilai Rp 1.616.902,21. Sementara pendapatan atas biaya total usahatani
padi hibrida bernilai negatif yang berarti bahwa petani justru mengalami kerugian sebesar Rp 567.729,16. Atau dengan kata lain, jika semua sumberdaya yang
digunakan dalam usahatani dinilai maka usahatani padi hibrida tidak mampu membayar semua sumberdaya tersebut. Jadi usahatani padi inbrida yang
dilaksanakan pada Kecamatan Cibuaya Musim Rendeng 20062007 lebih menguntungkan daripada usahatani padi hibrida.
6.1.4 Analisis Imbangan Penerimaan Dan Biaya
Analisis imbangan antara penerimaan dan biaya adalah nama lain dari analisis Return Cost Ratio RC. Nilai dari rasio tersebut menunjukkan
pendapatan kotor penerimaan yang diterima pengelola usahatani atas setiap rupiah yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Hasil dari analisis imbangan
penerimaan dan biaya pada usahatani padi inbrida dan padi hibrida terangkum
pada Tabel 22. Mengikuti saran dari Soekartawi 2002, RC yang dipakai pada penelitian ini ada dua macam yaitu RC atas biaya dibayarkan data apa adanya
dan RC atas biaya total mengikutsertakan biaya diperhitungkan.
Tabel 22. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida perhektar Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang
Jawa Barat pada Musim Rendeng 20062007 Usahatani Padi Inbrida
Usahatani Padi Hibrida Keterangan
Nilai Keterangan
Nilai Penerimaan Rp
11.753.283,11 Penerimaan Rp 11.473.659,17
Biaya Dibayarkan Rp 5.601.202,54 Biaya Dibayarkan Rp
7.089.122,62 Biaya Total Rp
10.136.380,90 Biaya Total Rp 12.041.388,33
RC atas biaya Dibayarkan
2,10 RC atas biaya
Dibayarkan 1,62
RC atas biaya total 1,16 RC atas biaya total
0,95 Dengan memperhatikan biaya yang dibayarkan, nilai RC pada usahatani
padi inbrida lebih besar daripada RC pada usahatani padi hibrida. RC atas biaya dibayarkan pada usahatani padi inbrida adalah 2,10 dan RC atas biaya dibayarkan
pada usahatani padi hibrida adalah 1,62. Nilai tersebut mempunyai makna bahwa setiap satu juta rupiah biaya-dibayarkan petani, maka petani padi inbrida
mendapatkan penerimaan sebesar Rp 2.100.000 dan petani padi hibrida akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1.620.000.
Petani padi inbrida mempunyai nilai RC atas biaya total yang lebih besar daripada RC atas biaya total pada petani padi hibrida. Nilai RC atas biaya total
pada usahatani padi inbrida adalah 1,16. Sementara RC atas biaya total pada usahatani padi hibrida mempunyai nilai kurang dari satu yaitu 0,95. Pada
usahatani padi inbrida, nilai RC tersebut mempunyai makna bahwa setiap rupiah
biaya total biaya dibayarkan dan biaya diperhitungkan pada usahatani padi inbrida memberikan penerimaan sebesar Rp 1,16. Sedangkan pada usahatani padi
hibrida, nilai RC yang kurang dari satu tersebut mempunyai pengertian bahwa setiap satu rupiah biaya total pada usahatani padi hibrida hanya akan
mendatangkan penerimaan sebesar Rp 0,95. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya di atas menunjukkan bahwa
usahatani padi inbrida merupakan usahatani yang menguntungkan karena mempunyai nilai RC atas biaya dibayarkan dan RC atas biaya total yang lebih
dari satu. Nilai RC atas biaya total yang lebih dari satu menunjukkan bahwa penerimaan usahatani mencukupi untuk memberikan imbalan atas semua input
usahatani biaya dibayarkan dan biaya diperhitungkan dan petani masih mendapatkan sisa penerimaan tersebut yang disebut dengan pendapatan. Pada
usahatani padi hibrida, nilai RC atas biaya dibayarkan 1 dan RC atas biaya total 1, menunjukkan bahwa penerimaan usahatani mencukupi untuk memberikan
imbalan atas penggunaan input yang dibayar biaya dibayarkan akan tetapi sisa penerimaan tersebut tidak mencukupi untuk memberikan imbalan atas
penggunaan semua input yang tidak dibayar biaya diperhitungkan. Karena nilai RC usahatani padi inbrida lebih tinggi daripada usahatani padi hibrida maka
usahatani padi inbrida mempunyai efisiensi yang lebih tinggi daripada usahatani padi hibrida.
Berdasarkan analisis di atas, jika petani Kecamatan Cibuaya dihadapkan pada suatu pilihan untuk menanam padi inbrida atau padi hibrida Arize Hibrindo-
R1 pada lahan mereka maka petani yang rasional akan memilih menanam padi inbrida. Alasannya adalah usahatani padi inbrida memberikan nilai RC yang lebih
besar daripada nilai RC pada usahatani padi hibrida. RC yang lebih tinggi menunjukkan bahwa pendapatan yang akan diperoleh petani padi inbrida lebih
besar daripada pendapatan petani padi hibrida pada luasan lahan yang sama.
6.2 Analisis