BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida
Dalam analisis ini, pembahasan dibagi menjadi empat tahap yaitu analisis penerimaan usahatani padi inbrida dan padi hibrida, analisis biaya usahatani padi
inbrida dan padi hibrida, analisis pendapatan usahatani padi inbrida dan padi hibrida, serta analisis RC usahatani padi inbrida dan padi hibrida. Dalam analisis
ini, padi inbrida merupakan bentuk teknologi lama dan padi hibrida merupakan teknologi yang baru.
6.1.1 Penerimaan Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida
Padi hibrida menunjukkan produktivitas yang sedikit lebih tinggi daripada produktivitas padi inbrida di Kecamatan Cibuaya pada Musim Rendeng
20062007. Seperti yang tercantum dalam Tabel 14, produksi perhektar padi inbrida dan padi hibrida secara berurutan adalah 5.228,44 kg Gabah Kering Panen
GKP dan 5.274,00 kg GKP. Dengan demikian, produktivitas padi hibrida hanya 0,87 lebih tinggi daripada produktivitas padi inbrida. Akan tetapi, secara
statistik, produktivitas padi hibrida ternyata tidak berbeda nyata dengan produktivitas padi inbrida. Produksi gabah tersebut ternyata masih lebih rendah
daripada produksi gabah rata-rata Kecamatan Cibuaya musim tanam tahun 20052006 yang mencapai 6.974 kg GKP.
Produktivitas padi hibrida pada penelitian ini yaitu 5.274,00 kgha ternyata jauh di bawah produktivitas padi hibrida Rokan dan Maro pada penelitian
Komarudin dan Kartasmita 2003 yang masing-masing mencapai 7,9 tonha dan 8,09 tonha. Demikian pula produktivitas padi hibrida pada penelitian ini juga
masih jauh di bawah produktivitas padi hibrida Hipa-3 dan Hipa-4 hasil pada penelitian Satoto, et al. 2004. Pada penelitian mereka, produktivitas gabah rata-
rata untuk Hipa-3 dan Hipa-4 berturut-turut adalah 8,85 tonha GKG Gabah Kering Giling dan 8,63 GKG. Sebenarnya potensi produksi varietas hibrida pada
penelitian Arize-Hibrindo R-1 mencapai 9,3 tonha. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fenomena heterosis pada padi hibrida tersebut tidak muncul.
Tabel 14. Penerimaan Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida perhektar Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang Jawa Barat pada Musim
Rendeng 20062007 Uraian
Usahatani Padi Inbrida
Usahatani Padi Hibrida
selisih Penerimaan Rp
11.753.283,11 11.473.659,17
-2,38 Produksi kg
5.228,44 5.274,00
0,87 Harga gabah Rpkg
2.236,67 2.168,57
-3,04 menunjukkan signifikan berbeda nyata secara statistik pada tingkat peluang
5.
Harga gabah padi hibrida dan padi inbrida bervariasi di antara petani berdasarkan kondisi gabah yang dihasilkan petani. Rata-rata harga gabah padi
hibrida lebih rendah daripada rata-rata harga gabah padi inbrida. Harga gabah yang diterima petani padi inbrida adalah Rp 2.236,67 perkg. Sedangkan harga
gabah yang diterima petani padi hibrida adalah Rp 2.168,57 perkg. Dengan demikian, rata-rata harga gabah padi hibrida adalah 3,04 lebih rendah daripada
harga gabah rata-rata padi inbrida. Secara statistik, harga gabah padi inbrida berbeda nyata dengan harga gabah padi hibrida pada taraf 5. Informasi tersebut
menunjukkan bahwa pada musim tersebut padi inbrida mempunyai keunggulan dalam harga gabah.
Penerimaan petani padi merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi gabah yang dihasilkan dan harga gabah yang diterima petani padi. Berdasarkan
produktivitas dan harga yang diterima petani, rata-rata pendapatan yang diterima petani padi inbrida masih lebih tinggi daripada rata-rata pendapatan yang diterima
petani padi hibrida. Tabel 14 memperlihatkan bahwa walaupun produktivitas padi hibrida lebih tinggi daripada produktivitas padi inbrida, ternyata pendapatan yang
diterima petani padi inbrida lebih tinggi daripada petani padi hibrida. Kondisi tersebut disebabkan karena keunggulan padi hibrida dalam produktivitas hanya
0,87, sementara kelemahannya dalam harga gabah mencapai 3,04 dibandingkan dengan keadaan pada padi inbrida.
6.1.2 Biaya Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida