kimia untuk usahatani jagung di dataran rendah dan sedang Negara Tanzania. Keterbatasan penelitian ini adalah sebagaimana kebanyakan analisis cross-section
dibatasi hanya sekali survei. Selain itu, penelitian ini tidak memasukkan beberapa faktor ekonomi yang mempunyai kemungkinan mempengaruhi proses adopsi.
Tabel 5 merupakan ringkasan hasil dari beberapa kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi suatu inovasi pertanian.
2.4 Studi Tentang Usahatani Padi
Komarudin dan Kartasasmita 2003 mengadakan penelitian di Tritih Wetan, Cilacap, Jawa Tengah untuk mengevaluasi kesesuaian, efisiensi budidaya,
dan kelayakan ekonomi budidaya dua varietas hibrida yaitu Rokan dan Maro. Dalam penelitian mereka, dua jenis teknik budidaya digunakan yaitu teknik
budidaya petani dan teknik budidaya introduksi. Perbedaan kedua teknik tersebut berada pada umur bibit untuk pindah tanam, komposisi pupuk kimia, dan
penggunaan pupuk kandang. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa dengan teknik budidaya
introduksi, produktivitas Rokan adalah 8,84 tonha dan produktivitas Maro adalah 8,41 tonha. Sementara dengan teknik budidaya petani produktivitas Rokan dan
Maro berturut-turut adalah 7,90 tonha dan 8,09 tonha. Analisis imbangan penerimaan dan biaya menunjukkan bahwa dengan dengan teknologi introduksi,
RC untuk Rokan adalah 2,81 dan RC untuk Maro adalah 2,67. Sementara jika menggunakan teknik budidaya petani, RC untuk Rokan adalah 2,36 dan RC
untuk Maro adalah 2,60. Satoto et al. 2003 melaporkan bahwa pengujian daya hasil dan daya
adaptasi Hipa-3 dan Hipa-4 dilakukan sejak MH Musim Hujan 20012002
hingga MK Musim Kemarau 2003 di beberapa sentra produksi padi. Varietas yang digunakan sebagai pembanding adalah IR-64 karena disukai banyak petani.
Penelitian memberikan hasil bahwa produktivitas gabah rata-rata untuk Hipa-3 dan Hipa-4 berturut-turut adalah 8,85 tonha GKG Gabah Kering Giling dan
8,63 GKG. Sementara produktivitas rata-rata IR-64 adalah 6,74 tonha GKG. Standar heterosis rata-rata untuk Hipa-3 dan Hipa-4 berturut-turut adalah
32,67 dan 28,03. Artinya kedua varietas hibrida tersebut mampu memproduksi gabah 32,67 dan 28,03 lebih tinggi daripada varietas kontrol
yaitu IR-64. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Hipa-3 dan Hipa- 4 adalah varietas yang spesifik lokasi artinya kedua varietas tersebut akan
memperlihatkan gejala heterosis yang tinggi pada lokasi-lokasi tertentu yang sesuai. Hipa-3 menunjukkan hasil yang tinggi di Kabupaten Nganjuk dan
Banyumas. Di daerah Ciamis, Pandeglang, dan Kuningan Hipa-3 dan Hipa-4 juga bisa beradaptasi dengan baik yang ditandai dengan produktivitas yang tinggi.
Kajian yang dilaksanakan Komarudin dan Kartasasmita 2003 hanya mengambil sampel pada satu lokasi saja. Dalam kajian mereka, analisis imbangan
penerimaan dan pendapatan tidak dibagi menjadi dua tipe yaitu RC atas biaya yang dibayarkan dan RC atas biaya total dibayarkan dan diperhitungkan.
Sementara kajian yang dilaksanakan oleh Satoto et al. 2003 mengambil lokasi pada beberapa sentra produksi padi. Studi mereka lebih ditekankan pada penilaian
produktivitas tanaman padi daripada analisis pendapatan usahatani padi.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN