Biaya Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida

Penerimaan petani padi merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi gabah yang dihasilkan dan harga gabah yang diterima petani padi. Berdasarkan produktivitas dan harga yang diterima petani, rata-rata pendapatan yang diterima petani padi inbrida masih lebih tinggi daripada rata-rata pendapatan yang diterima petani padi hibrida. Tabel 14 memperlihatkan bahwa walaupun produktivitas padi hibrida lebih tinggi daripada produktivitas padi inbrida, ternyata pendapatan yang diterima petani padi inbrida lebih tinggi daripada petani padi hibrida. Kondisi tersebut disebabkan karena keunggulan padi hibrida dalam produktivitas hanya 0,87, sementara kelemahannya dalam harga gabah mencapai 3,04 dibandingkan dengan keadaan pada padi inbrida.

6.1.2 Biaya Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida

Biaya usahatani merupakan nilai barang atau jasa yang digunakan dalam kegiatan usahatani untuk menghasilkan produk usahatani. Berdasarkan sifatnya, biaya usahatani dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu biaya yang dibayarkan dan biaya yang diperhitungkan tidak dibayarkan. Biaya dibayarkan merupakan kelompok biaya yang petani melakukan pembayaran terhadapnya baik dengan uang tunai atau barang seperti gabah hasil panen. Dalam analisis penelitian ini, berhasil diidentifikasi sembilan jenis pengeluaran yang masuk ke dalam kategori biaya dibayarkan. Kesembilan jenis biaya dibayarkan yang dimaksud adalah upah TKLK Tenaga Kerja Luar Keluarga, biaya benih, biaya pupuk, biaya obat-obatan, iuran desa, PBB, reparasi perbaikan alat, sewa alat, dan iuran pengairan. Data biaya untuk masing-masing responden petani padi inbrida dan hibrida dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Biaya diperhitungkan merupakan jenis biaya yang pada kenyataannya petani tidak mengeluarkan uang atau alat pembayaran lainnya untuk melakukan pembayaran terhadap jenis biaya tersebut. Pada penelitian ini, berhasil ditentukan tiga jenis biaya diperhitungkan yaitu biaya TKDK Tenaga Kerja Dalam Keluarga, biaya lahan, dan biaya penyusutan alat. Biaya tenaga kerja dalam keluarga adalah upah yang seharusnya dibayarkan petani kepada petani itu sendiri dan anggota keluarganya yang telah menyelesaikan suatu pekerjaan dalam usahatani. Pada kenyataannya upah TKDK tidak dibayarkan petani kepada TKDK. Petani pemilik lahan tidak perlu mengeluarkan pembayaran untuk sewa lahan karena tanah tersebut adalah miliknya sendiri. Pada petani penyewa, biaya sewa yang merupakan biaya atas penggunaan lahan merupakan salah satu komponen biaya yang sangat penting dan mempunyai proporsi yang besar atas biaya total. Oleh karena itu, penggunaan lahan oleh pemilik lahan harus dianggap sebagai biaya dan dikategorikan sebagai biaya diperhitungkan. Biaya penyusutan alat menyatakan pengurangan nilai dari alat yang dimiliki petani karena peralatan tersebut telah digunakan dalam usahatani. Nilai ekonomis alat yang dimiliki petani, dari waktu ke waktu mengalami kecenderungan untuk turun. Oleh karena itu, walaupun tidak dikeluarkan secara nyata, biaya penyusutan peralatan perlu dimasukkan sebagai salah satu komponen biaya. Biaya Lahan Biaya lahan adalah jenis biaya yang mempunyai besaran paling tinggi baik untuk usahatani padi inbrida maupun padi hibrida Kecamatan Cibuaya Tabel 15. Untuk usahatani dengan ukuran satu hektar, biaya lahan untuk usahatani padi inbrida adalah Rp 4.163.333,33. Nilai tersebut merupakan 41,07 dari total biaya usahatani padi inbrida. Di sisi lain, biaya lahan untuk usahatani padi hibrida adalah Rp 4.556.071,43 atau sebesar 37,84 dari total biaya usahatani padi hibrida. Perbedaan besaran biaya lahan tersebut disebabkan karena padi hibrida lebih banyak ditanam pada lahan sawah yang sangat dekat dengan saluran irigasi dan jalan kecamatan atau desa. Dengan demikian, hal tersebut menyebabkan nilai lahan tersebut meningkat yang berimplikasi pada tingginya biaya lahan. Tabel 15. Biaya Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida perhektar Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang Jawa Barat pada Musim Rendeng 20062007 Usahatani Padi Inbrida Usahatani Padi Hibrida Jenis biaya Nilai Rp Jenis biaya Nilai Rp Biaya Dibayarkan Biaya Dibayarkan 1.TKLK 3.700.307,61 36,51 1.TKLK 3.506.495,88 29,12 2.Benih 116.006,74 1,14 2.Benih 577.841,71 4,80 3.Pupuk 621.526,38 6,13 3.Pupuk 870.257,83 7,23 4.Obat-obatan 915.604,12 9,03 4.Obat-obatan 1.841.725,90 15,29 5.Iuran Desa 178.166,67 1,76 5.Iuran Desa 217.343,75 1,80 6.PBB 26.724,03 0,26 6.PBB 29.837,03 0,25 7.Perbaikan alat 7.277,84 0,07 7.Perbaikan alat 0,00 8.Sewa alat 13.530,83 0,13 8.Sewa alat 26.970,96 0,22 9.Iuran pengairan 22.058,33 0,22 9.Iuran pengairan 18.649,57 0,15 Total Biaya Dibayar kan 5.601.202,54 55,26 Total Biaya Dibayar kan 7.089.122,62 58,87 Biaya diperhitungkan Biaya diperhitungkan 1.Biaya lahan 4.163.333,33 41,07 1.Biaya lahan 4.556.071,43 37,84 2.TKDK 331.602,05 3,27 2.TKDK 363.515,86 3,02 3.Penyusutan peralatan 40.242,98 0,40 3.Penyusutan peralatan 32.678,42 0,27 Total Biaya Diperhi tungkan 4.535.178,36 44,74 Total Biaya Diperhi tungkan 4.952.265,70 41,13 Total Biaya 10.136.380,90 100,00 Total Biaya 12.041.388,33 100,00 Nilai lahan usahatani padi hibrida yang mempunyai kecenderungan lebih tinggi daripada nilai lahan usahatani padi inbrida berimplikasi pada besaran Pajak Bumi dan Bangunan. Semakin tinggi nilai lahan Nilai Jual Objek Pajak maka semakin tinggi pula PBB yang dibebankan. Hal itu terbukti bahwa PBB untuk lahan usahatani padi hibrida lebih tinggi daripada PBB untuk lahan usahatani padi inbrida. Biaya PBB yang ditanggung petani padi inbrida adalah Rp 26.724,03. Sementara biaya PBB yang ditanggung petani padi hibrida adalah Rp 29.837,03. Biaya Tenaga Kerja Komponen biaya terbesar kedua untuk budidaya padi di Kecamatan Cibuaya adalah biaya untuk tenaga kerja luar keluarga TKLK. Hal itu berlaku baik untuk usahatani padi inbrida maupun usahatani padi hibrida. Seperti yang tercantum pada Tabel 15, biaya TKLK untuk usahatani padi inbrida lebih besar daripada biaya untuk padi hibrida. Biaya TKLK untuk usahatani padi inbrida mencapai Rp 3.700.307,61 atau 36,51 dari biaya total usahatani padi inbrida. Sementara biaya TKLK untuk usahatani padi hibrida adalah sebesar Rp 3.506.495,88. Besaran tersebut mempunyai proporsi 29,12 dari biaya total usahatani padi hibrida. Selain menggunakan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga, ternyata usahatani padi di Kecamatan Cibuaya juga melibatkan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga petani. Jika dibandingkan dengan biaya untuk TKLK, biaya TKDK mempunyai besaran yang sangat kecil yaitu hanya sekitar sepersepuluh dari upah TKLK. Untuk usahatani padi inbrida, upah TKDK sebesar Rp 331.602,05. Nilai upah TKDK untuk usahatani padi hibrida adalah Rp 363.515,86 atau senilai 3,02 dari total biaya usahatani padi hibrida. Tabel 16 memperlihatkan perincian dari biaya penggunaan TKLK dan TKDK berdasarkan jenis pekerjaan dalam usahatani padi inbrida. Data kebutuhan kerja dan biaya tenaga kerja dalam usahatani padi inbrida untuk masing-masing responden terdapat pada Lampiran 9. Upah tenaga kerja terbesar untuk usahatani padi inbrida diaplikasikan untuk pemanenan. Total kerja untuk pemanenan adalah 45,5 HOK. Untuk menyelesaikan pekerjaan pemanenan padi yang meliputi pemotongan padi, perontokan gabah, dan penimbangan gabah padi inbrida diperlukan biaya sebesar Rp 1.351.003,76. Pekerjaan pemanenan tidak melibatkan tenaga kerja dalam keluarga karena seluruh pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh tenaga kerja luar keluarga dengan sistem ceblokan atau borongan. Upah yang diberikan untuk TKLK pada pemanenan bukan berupa uang tunai tetapi berupa gabah kering panen. Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja untuk Usahatani Padi Inbrida perhektar Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang Jawa Barat pada Musim Rendeng 20062007 TKDK TKLK Total Jenis Pekerjaan Kerja HOK Upah Rp Kerja HOK Upah Rp Kerja HOK Upah Rp 1. Persemaian 1,11 44.819,44 1,51 59.195,03 2,62 104.014,47 2. Pengolahan Tanah 1,69 96.165,98 22,58 823.528,92 24,27 919.694,91 3. Penanaman 0,03 1.333,33 12,31 431.901,48 12,34 433.234,82 4. Pemberantasan gulma 1,89 73.446,29 28,43 758.973,24 30,32 832.419,53 5. Pemupukan 0,86 33.600,70 2,09 79.851,62 2,95 113.452,32 6. Penyemprotan obat 2,09 82.236,29 5,08 195.853,56 7,16 278.089,85 7. Pemanenan 0,00 0,00 45,50 1.351.003,76 45,50 1.351.003,76 Jumlah 7,66 331.602,05 117,50 3.700.307,61 125,16 4.031.909,65 Penanaman dan pemberantasan gulma masing-masing memerlukan kerja sebesar 12,34 HOK dan 30,32 HOK. Tabel 16 memperlihatkan bahwa upah untuk kedua jenis pekerjaan tersebut berturut-turut adalah sebesar Rp 433.234,82 dan Rp 832.419,53. Pekerjaan mengolah tanah membutuhkan kerja sebesar 24,27 HOK dan upah senilai Rp 919.694,91. Pengolahan tanah dilaksanakan dengan tenaga mesin dan tenaga manusia. Tenaga mesin hand tractor digunakan untuk membajak lahan. Sedangkan tenaga manusia digunakan untuk memperbaiki pematang namping dan mopok dan meratakan lahan sehingga siap ditanami leleran. Penyemprotan obat berupa pestisida atau zat perangsang tumbuh memerlukan kerja sebesar 7,16 HOK dan upah senilai Rp 278.089,85. Pekerjaan persemaian dan pemupukan tidak membutuhkan kerja yang banyak. Secara berturut-turut, upah dan banyaknya kerja untuk pemupukan adalah Rp 113.452,32 dan 2,95 HOK. Sedangkan persemaian memerlukan kerja sebanyak 2,62 HOK dan upah senilai Rp 104.014,47. Tabel 17. Penggunaan Tenaga Kerja untuk Usahatani Padi Hibrida perhektar Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang Jawa Barat pada Musim Rendeng 20062007 TKDK TKLK Total Jenis Pekerjaan Kerja HOK Upah Rp Kerja HOK Upah Rp Kerja HOK Upah Rp 1. Persemaian 0,95 34.280,92 1,24 45.887,69 2,19 80.168,62 2. Pengolahan Tanah 1,31 161.503,41 23,95 777.177,02 25,27 938.680,43 3. Penanaman 0,00 0,00 12,66 451.409,42 12,66 451.409,42 4. Pemberantasan gulma 0,73 25.779,64 17,41 449.744,94 18,14 475.524,58 5. Pemupukan 0,60 22.193,70 2,17 80.699,47 2,78 102.893,17 6. Penyemprotan obat 3,25 119.758,18 10,58 396.690,78 13,84 516.448,96 7. Pemanenan 0,00 0,00 44,69 1.304.886,55 44,69 1.304.886,55 Jumlah 6,85 363.515,86 112,71 3.506.495,88 119,56 3.870.011,74 Tabel 17 menampilkan perincian biaya upah untuk usahatani padi hibrida berdasarkan jenis pekerjaan dalam usahatani padi. Data kebutuhan kerja dan biaya tenaga kerja dalam usahatani padi hibrida untuk masing-masing responden terdapat pada Lampiran 10. Seperti pada usahatani padi inbrida, biaya pemanenan merupakan biaya terbesar dalam biaya tenaga kerja pada usahatani padi hibrida. Biaya pemanenan untuk padi hibrida mencapai Rp 1.304.886,55 . Total kerja yang dibutuhkan dalam pemanenan adalah sebesar 44,69 HOK. Jika dibandingkan antara pemanenan untuk padi inbrida dan padi inbrida maka akan tampak bahwa total kerja untuk pemanenan antara kedua usahatani padi tersebut hampir sama. Akan tetapi terdapat selisih yang agak besar antara biaya pemanenan untuk kedua jenis usahatani padi tersebut. Perbedaan dalam besaran upah pemanenan tersebut diakibatkan atas perbedaan nilai bawon pada kedua usahatani tersebut. Kebanyakan usahatani padi inbrida harus membayar bawon sepertujuh dari hasil panen. Sementara kebanyakan usahatani padi hibrida mendapatkan beban bawon sebesar seperdelapan dari hasil panen. Akibatnya biaya pemanenan yang dibayar dengan bawon untuk padi inbrida lebih besar daripada padi hibrida Biaya dan kerja untuk penanaman padi hibrida hampir sama dengan biaya dan kerja untuk penanaman padi inbrida. Tabel 17 menunjukkan bahwa penanaman memerlukan biaya sebesar Rp 451.409,42 dan kerja sebesar 12,66 HOK. Pemberantasan gulma memerlukan kerja sebesar 18,14 HOK dan Tabel 17 menunjukkan bahwa pemberantasan gulma membutuhkan biaya sebesar Rp 475.524,58. Jika dibandingkan antara banyaknya kerja untuk pemberantasan gulma antara usahatani padi inbrida dan padi hibrida maka akan didapatkan selisih sekitar 12 HOK. Dalam hal ini, kerja untuk pemberantasan gulma usahatani padi inbrida lebih tinggi daripada kerja untuk pemberantasan gulma pada usahatani padi hibrida. Kondisi ini diduga terjadi karena penggunaan herbisida oleh kebanyakan petani padi hibrida. Penyemprotan herbisida oleh petani padi hibrida untuk membasmi gulma dapat menurunkan kerja memberantas gulma baik dengan cara ngerambet atau menggunakan alat gasrok. Akibatnya jumlah kerja untuk pekerjaan memberantas gulma pada usahatani padi inbrida lebih besar daripada untuk padi hibrida. Jenis pekerjaan berupa pengolahan tanah, persemaian, dan pemupukan yang dilakukan pada usahatani padi hibrida mempunyai jumlah kerja dan besaran upah yang mirip dengan jumlah kerja dan besaran upah pada usahatani padi inbrida. Pengolahan tanah pada usahatani padi hibrida membutuhkan kerja sebanyak 25,27 HOK. Untuk kerja sebanyak itu, biaya yang harus ditanggung oleh petani padi hibrida adalah sebesar Rp 938.680,43. Jumlah kerja dan biaya upah untuk persemaian adalah 2,19 HOK dan Rp 80.168,62. Pada usahatani padi hibrida, besarnya upah untuk pekerjaan menebarkan pupuk adalah sebesar Rp 102.893,17 dan jumlah kerja untuk jenis pekerjaan tersebut hanya 2,78 HOK. Pada usahatani padi hibrida satu hektar yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Cibuaya, kerja sebanyak 13,84 HOK diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan penyemprotan obat. Kerja sebanyak itu memerlukan biaya senilai Rp 516.448,96. Jika dibandingkan dengan jumlah kerja dan besaran upah penyemprotan obat untuk usahatani padi inbrida maka usahatani padi hibrida memerlukan kerja dan upah untuk penyemprotan obat hampir dua kali lipat lebih besar. Hal itu disebabkan karena padi hibrida di Kecamatan Cibuaya menunjukkan sifat yang mudah mendapat serangan hama dan penyakit tanaman dan rentan terhadap hama dan penyakit utama padi. Salah satu hama yang menyerang tanaman padi hibrida dengan serangan yang hebat adalah wereng punggung putih. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat serangan hebat dari hama dan penyakit, petani padi hibrida melakukan penyemprotan pestisida dengan intensif. Akibatnya, jumlah kerja dan besaran biaya untuk pekerjaan penyemprotan obat usahatani padi hibrida lebih besar daripada usahatani padi inbrida. Biaya Obat-Obatan Setelah membahas biaya TKLK yang merupakan biaya terbesar kedua, pembahasan berlanjut kepada biaya terbesar ketiga dalam usahatani padi inbrida dan padi hibrida yaitu biaya obat-obatan. Di antara kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang, Kecamatan Cibuaya dikenal sebagai kecamatan yang menggunakan pestisida untuk pertanian dengan intensitas tinggi. Hal itu tampak dari kenyataan bahwa Kecamatan Cibuaya sering menjadi sasaran formulator pestisida untuk mempromosikan produknya. Berbagai produsen pestisida saling berlomba untuk mendapatkan petani menggunakan produk mereka. Data yang diperoleh dari petani respoden, obat-obatan yang diaplikasikan petani padi di Kecamatan Cibuaya mencapai 53 nama dagang. Nama dan kegunaan obat-obatan tersebut tercantum pada Lampiran 4. Biaya obat-obatan yang dikeluarkan petani untuk usahatani padi hibrida sekitar dua kali lebih besar daripada biaya obat-obatan usahatani padi inbrida. Biaya obat-obatan untuk usahatani padi inbrida mencapai Rp 915.604,12 atau 9,03 dari biaya total. Sedangkan biaya obat-obatan untuk usahatani padi hibrida mencapai 15,29 dari biaya total usahatani padi hibrida atau senilai Rp 1.841.725,90. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa padi hibrida mempunyai penampilan yang mudah mendapat serangan dari hama dan penyakit. Padi hibrida Arize Hibrindo R1 yang ditanam pada Kecamatan Cibuaya pada Musim Rendeng 20062007 rentan terhadap hama dan penyakit utama yaitu wereng dan hawar daun bakteri. Selain hama dan penyakit tersebut, padi hibrida tersebut juga menunjukkan sifat yang lebih rentan terhadap serangan hama tikus daripada padi inbrida. Karakteristik padi hibrida tersebut menyebabkan logis apabila pengeluaran petani padi hibrida untuk obat-obatan dua kali lipat daripada pengeluaran petani padi inbrida untuk obat-obatan. Biaya Pupuk Biaya untuk pupuk merupakan biaya terbesar berikutnya setelah biaya obat-obatan yang ditanggung oleh petani kedua jenis padi tersebut. Data penggunaan pupuk masing-masing petani padi inbrida dan hibrida terdapat pada Lampiran 11 dan 12. Biaya pupuk untuk usahatani padi inbrida mencapai Rp 621.526,38 atau 6,13 dari biaya total. Sedangkan biaya pupuk untuk usahatani padi hibrida mencapai 7,23 dari biaya total usahatani padi hibrida atau senilai Rp 870.257,83. Ternyata biaya pupuk untuk usahatani satu hektar padi hibrida lebih besar daripada biaya pupuk untuk padi inbrida. Petani padi hibrida sangat berkeinginan untuk mencapai potensi hasil padi hibrida yang sangat tinggi. Oleh karena itu, mereka berusaha menempuh upaya-upaya yang dinilai dapat menghantarkan pada cita-cita mereka tersebut. Salah satunya adalah mengaplikasikan pupuk untuk padi hibrida dengan dosis lebih banyak daripada dosis untuk padi inbrida yang biasa mereka pakai. Tindakan petani padi hibrida tersebut dikatakan tepat karena pada umumnya status varietas yang unggul membutuhkan lebih banyak pupuk agar bisa menunjukkan keunggulannya seperti dalam hal produktivitas. Tabel 18. Penggunaan Pupuk untuk Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida perhektar Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang Jawa Barat pada Musim Rendeng 20062007 Padi Inbrida Padi Hibrida Jenis Pupuk Kuantitas Kg Nilai Rp Kuantitas Kg Nilai Rp Urea 262,46 331.324,91 302,90 370.693,48 SP-36 145,88 254.101,47 151,80 279.017,86 KCl 3,57 14.285,71 NPK 18,10 36.100,00 100,16 206.260,77 Total 621.526,38 870.257,83 Tabel 18 menunjukkan penggunaan pupuk oleh petani padi inbrida dan padi hibrida yang diperinci berdasarkan jenis pupuk yang diaplikasikan petani. Secara umum, jenis pupuk yang banyak digunakan petani padi di Kecamatan Cibuaya adalah Urea, SP-36, dan NPK. Pupuk jenis KCl jarang dipakai oleh petani padi di lokasi penelitian. Hanya satu responden yaitu seorang petani padi hibrida yang mengaplikasikan pupuk KCl pada tanaman padinya. Pada semua jenis pupuk, kuantitas pupuk yang diaplikasikan petani padi inbrida lebih rendah daripada kuantitas yang diaplikasikan petani padi hibrida. Petani padi inbrida menerapkan tiga jenis pupuk yaitu Urea, SP-36, dan KCl masing-masing dengan kuantitas 262,46 kg, 145,88 kg, dan 18,10 kg. Jika dibandingkan dengan dosis pupuk yang dianjurkan Tabel 19 maka dosis pupuk yang diberikan petani padi inbrida sudah tepat pada jenis pupuk N Urea dan pupuk P SP-36. Akan tetapi dosis pupuk K dari KCl atau dari NPK yang diberikan petani masih jauh di bawah anjuran sehingga padi inbrida yang mereka usahakan belum mendapatkan pasokan unsur kalium dari pupuk KCl maupun NPK dengan kuantitas yang cukup. Secara berurutan, besaran biaya yang dikeluarkan petani padi inbrida untuk pupuk Urea, SP-36, dan KCl adalah Rp 331.324,91, Rp 254.101,47, dan Rp 36.100,00. Tabel 19. Anjuran Dosis Pupuk untuk Usahatani Padi Secara Umum Varietas Inbrida Pupuk Tunggal Pupuk Majemuk Nama Pupuk Dosis KgHa Dosis KgHa Dosis KgHa Urea 250 50 - 100 150 SP-36 100 - 150 - - KCl 50 - 100 - - NPK Kujang - 350 - NPK Phonska - - 300 Sumber: PPL Kecamatan Cibuaya Untuk usahatani padi hibrida, petani menggunakan pupuk Urea dengan kuantitas 302,90 kg senilai Rp 370.693,48. Pupuk TSP diaplikasikan dengan kuantitas 151,80 kg dengan nilai Rp 279.017,86. Rata-rata pupuk KCl yang dipakai petani padi hibrida sangat kecil yaitu 3,57 kg dengan nilai Rp 14.285,71. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pupuk KCl merupakan jenis pupuk yang jarang dipakai oleh petani padi Kecamatan Cibuaya. Ternyata petani padi hibrida mengaplikasikan pupuk majemuk NPK dengan kuantitas sekitar satu kuintal untuk lahan seluas satu hektar. Biaya pupuk NPK yang ditanggung petani padi hibrida mencapai Rp 206.260,77. Dengan pemakaian pupuk NPK tersebut, berarti tanaman padi mendapatkan pasokan unsur kalium walaupun pupuk KCl sebagai sumber kalium tidak diaplikasikan oleh sebagian besar petani. Tabel 20 menunjukkan dosis pupuk yang dianjurkan untuk padi hibrida. Jika dibandingkan dengan Tabel 20, maka dosis pupuk yang diberikan petani padi hibrida terlalu berlebihan untuk jenis pupuk N dan P karena tanaman mendapatkan pasokan unsur pupuk dari NPK padahal unsur pupuk dari Urea dan SP-36 sudah mencukupi. Akan tetapi, dosis pupuk K yang diberikan petani masih dibawah anjuran yang diberikan Departemen Pertanian. Dosis pupuk K yang diberikan petani tersebut hanya mencukupi sekitar sepertiga dari kebutuhan tanaman. Dosis petani akan mendekati dosis anjuran jika petani tidak menggunakan pupuk NPK dan menggantinya dengan pupuk KCl dengan dosis sekitar 100 kg perhektar. Tabel 20. Anjuran Dosis Pupuk untuk Usahatani Padi Hibrida Nama Pupuk Dosis KgHa Urea 300 SP-36 100 KCl 100 Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 Biaya Benih Benih merupakan input usahatani pokok yang membedakan antara usahatani padi inbrida dan usahatani padi hibrida. Usahatani padi dikatakan sebagai usahatani padi inbrida jika benih yang dipakai adalah benih dengan varietas bukan hibrida bisa berupa varietas lokal, varietas unggul baru, varietas unggul tipe baru, atau jenis lainnya selama bukan jenis varietas hibrida. Sebaliknya, suatu usahatani padi dikatakan usahatani padi hibrida jika benih yang dipakai termasuk varietas hibrida. Saat ini di Indonesia sudah ada 31 varietas hibrida yang sudah dilepas oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. Perincian tentang nama varietas dan karakter utama ke-31 varietas hibrida tersebut tercantum pada Lampiran 1. Biaya benih untuk usahatani padi hibrida mencapai hampir lima kali lipat dari biaya benih untuk usahatani padi inbrida. Pengeluaran benih untuk petani padi hibrida senilai Rp 116.006,74 atau sebesar 1,14 dari total biaya usahatani padi inbrida. Untuk usahatani padi hibrida, biaya benih yang dikeluarkan adalah Rp 577.841,71 atau mempunyai proporsi 4,80 dari total biaya usahatani padi hibrida. Biaya benih untuk padi hibrida mencapai lima kali lebih besar daripada biaya benih padi inbrida karena harga benih padi hibrida jauh lebih tinggi daripada harga benih padi hibrida. Harga benih padi hibrida yang dipakai petani hibrida di Kecamatan Cibuaya adalah Rp 40.000 perkg. Sementara rata-rata harga benih padi inbrida hanya sekitar Rp 4.500 perkg. Iuran Desa Untuk mendapatkan sumber pembiayaan, pemerintahan desa membebankan iuran rutin desa untuk para petani. Besaran biaya tersebut berbanding lurus dengan luas lahan yang dipergunakan untuk usahatani. Iuran desa yang ditanggung oleh petani padi inbrida dan padi hibrida masing-masing adalah Rp 178.166,67 dan Rp 217.343,75. Perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan lokasi penanaman padi inbrida dan padi hibrida. Lokasi tempat usahatani padi inbrida dilaksanakan membebankan iuran desa yang lebih rendah daripada desa yang ditempati untuk usahatani padi hibrida. Biaya Penyusutan Peralatan Penyusutan peralatan petani padi inbrida adalah Rp 40.242,9. Sedangkan biaya penyusutan peralatan untuk petani padi hibrida adalah Rp 32.678,42. Biaya penyusutan yang ditanggung petani padi inbrida yang lebih tinggi daripada petani padi hibrida tersebut mengindikasikan bahwa petani padi inbrida mempunyai peralatan usahatani yang lebih banyak. Karena petani padi hibrida mempunyai peralatan yang lebih sedikit, akibatnya petani padi hibrida harus menyewa peralatan dengan jumlah yang lebih banyak daripada petani padi inbrida. Hal itu dibuktikan dengan biaya sewa peralatan yang ditanggung petani padi hibrida lebih besar daripada biaya sewa peralatan yang ditanggung petani padi inbrida. Biaya sewa yang ditanggung petani padi inbrida adalah Rp 13.530,83.Sementara biaya sewa peralatan yang ditanggung petani padi hibrida adalah Rp 26.970,96. Iuran Pengairan Iuran pengairan yang ditanggung petani padi hibrida lebih besar daripada iuran pengairan yang ditanggung oleh petani padi inbrida. Biaya iuran pengairan yang ditanggung petani padi inbrida adalah Rp 22.058,33. Sementara biaya iuran pengairan yang ditanggung petani padi hibrida adalah Rp 18.649,57. Iuran tersebut dibayarkan petani kepada petugas dengan alat pembayaran berupa gabah. Biaya Reparasi Alat Biaya perbaikan alat yang ditanggung petani padi inbrida adalah Rp 7.277,84. Sementara petani padi hibrida tidak mengeluarkan biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan alat petani padi inbrida yang lebih tinggi tersebut dinilai wajar karena jumlah peralatan yang dimiliki petani padi inbrida lebih banyak daripada peralatan yang dimiliki petani padi hibrida. Petani responden padi hibrida tidak mengeluarkan biaya reparasi karena mereka tidak melakukan reparasi atas peralatan mereka yang rusak. Begitu peralatan yang lama rusak, mereka mengganti peralatan tersebut dengan yang baru.

6.1.3 Pendapatan Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida