peralatan dengan jumlah yang lebih banyak daripada petani padi inbrida. Hal itu dibuktikan dengan biaya sewa peralatan yang ditanggung petani padi hibrida lebih
besar daripada biaya sewa peralatan yang ditanggung petani padi inbrida. Biaya sewa yang ditanggung petani padi inbrida adalah Rp 13.530,83.Sementara biaya
sewa peralatan yang ditanggung petani padi hibrida adalah Rp 26.970,96.
Iuran Pengairan
Iuran pengairan yang ditanggung petani padi hibrida lebih besar daripada iuran pengairan yang ditanggung oleh petani padi inbrida. Biaya iuran pengairan
yang ditanggung petani padi inbrida adalah Rp 22.058,33. Sementara biaya iuran pengairan yang ditanggung petani padi hibrida adalah Rp 18.649,57. Iuran
tersebut dibayarkan petani kepada petugas dengan alat pembayaran berupa gabah.
Biaya Reparasi Alat
Biaya perbaikan alat yang ditanggung petani padi inbrida adalah Rp 7.277,84. Sementara petani padi hibrida tidak mengeluarkan biaya perbaikan alat.
Biaya perbaikan alat petani padi inbrida yang lebih tinggi tersebut dinilai wajar karena jumlah peralatan yang dimiliki petani padi inbrida lebih banyak daripada
peralatan yang dimiliki petani padi hibrida. Petani responden padi hibrida tidak mengeluarkan biaya reparasi karena mereka tidak melakukan reparasi atas
peralatan mereka yang rusak. Begitu peralatan yang lama rusak, mereka mengganti peralatan tersebut dengan yang baru.
6.1.3 Pendapatan Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani. Dengan demikian, petani akan memperoleh pendapatan usahatani
jika penerimaan usahatani lebih besar daripada biaya usahatani. Dalam penelitian
ini pendapatan dibagi menjadi dua macam yaitu pendapatan atas biaya dibayarkan dan pendapatan atas biaya total usahatani. Pendapatan atas biaya dibayarkan
merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya dibayarkan usahatani. Sementara pendapatan atas biaya total adalah hasil pengurangan biaya
total usahatani dari penerimaan usahatani. Usahatani padi inbrida menghasilkan penerimaan usahatani yang lebih
besar daripada penerimaan usahatani padi hibrida di Kecamatan Cibuaya. Penerimaan yang diperoleh petani padi inbrida adalah Rp 11.753.283,11 dan
penerimaan yang diperoleh petani padi hibrida adalah Rp 11.473.659,17 Tabel 21.
Tabel 21. Pendapatan Usahatani Padi Inbrida dan Padi Hibrida perhektar Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang Jawa Barat pada Musim
Rendeng 20062007 Usahatani Padi Inbrida
Usahatani Padi Hibrida Keterangan
Nilai Keterangan
Nilai Penerimaan Rp
11.753.283,11 Penerimaan Rp 11.473.659,17
Biaya Dibayarkan Rp 5.601.202,54 Biaya Dibayarkan Rp
7.089.122,62 Biaya Total Rp
10.136.380,90 Biaya Total Rp 12.041.388,33
Pendapatan atas Biaya Dibayarkan
Rp 6.152.080,57
Pendapatan atas biaya Dibayarkan
Rp 4.384.536,55
Pendapatan atas biaya total Rp
1.616.902,21 Pendapatan atas biaya
total Rp -567.729,16
Jika diperhatikan pada Tabel 21, tampak bahwa usahatani padi hibrida mempunyai biaya yang lebih tinggi daripada usahatani padi inbrida baik dalam
biaya dibayarkan maupun biaya total. Pada usahatani padi inbrida, besarnya biaya dibayarkan dan biaya total, masing-masing adalah Rp 5.601.202,54 dan Rp
10.136.380,90. Sementara pada usahatani padi hibrida, biaya dibayarkan yang
ditanggung petani adalah sebesar Rp 7.089.122,62 dan besarnya biaya total adalah Rp 12.041.388,33.
Penerimaan usahatani padi hibrida yang lebih rendah daripada penerimaan usahatani padi inbrida dan biaya padi hibrida yang lebih tinggi dibandingkan
biaya usahatani padi inbrida menyebabkan pendapatan yang diterima petani padi hibrida lebih kecil daripada pendapatan petani padi inbrida. Baik pendapatan atas
biaya yang dibayarkan maupun pendapatan atas biaya total pada usahatani padi inbrida lebih besar daripada pendapatan atas biaya yang dibayarkan maupun
pendapatan atas biaya total pada usahatani padi hibrida. Pendapatan atas biaya dibayarkan usahatani padi inbrida dan padi hibrida adalah Rp 6.152.080,57 dan
Rp 4.384.536,55. Usahatani padi inbrida mempunyai pendapatan atas biaya total yang bernilai Rp 1.616.902,21. Sementara pendapatan atas biaya total usahatani
padi hibrida bernilai negatif yang berarti bahwa petani justru mengalami kerugian sebesar Rp 567.729,16. Atau dengan kata lain, jika semua sumberdaya yang
digunakan dalam usahatani dinilai maka usahatani padi hibrida tidak mampu membayar semua sumberdaya tersebut. Jadi usahatani padi inbrida yang
dilaksanakan pada Kecamatan Cibuaya Musim Rendeng 20062007 lebih menguntungkan daripada usahatani padi hibrida.
6.1.4 Analisis Imbangan Penerimaan Dan Biaya