berjalan lancar. Jika salah satu komponen tidak tersedia atau tidak memberikan peranannya dengan baik maka pelaksanaan usahatani akan terganggu. Akibatnya,
hasil yang diperoleh dari usahatani tidak seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peran petani dalam usahatani sangat penting yaitu
sebagai pengelola atau manajer usahatani. Hernanto 1989 menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu usahatani yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang melekat pada pelaku usahatani ataupun
usahatani itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang muncul dari luar usahatani. Contoh faktor internal adalah faktor petani
pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah keluarga. Faktor
eksternal antara lain meliputi tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani, fasilitas
kredit, dan penyuluhan bagi petani.
3.5 Konsep Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani yang merupakan selisih antara penerimaan usahatani dan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani merupakan indikator penting terhadap
keberhasilan suatu usahatani. Bagaimanapun juga, petani melaksanakan usahatani untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Pendapatan usahatani yang lebih tinggi
memungkinkan petani untuk mencukupi kebutuhannya dengan lebih baik. Return Cost Ratio
yang biasa disingkat dengan RC merupakan imbangan antara penerimaan dengan biaya. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara
kuantitas hasil panen dengan harga hasil penen persatuan yang berlaku. Sedangkan biaya usahatani merupakan nilai dari barang dan jasa yang
dialokasikan untuk usahatani. Nilai RC dapat digunakan sebagai ukuran dalam menilai efisiensi suatu usahatani. Semakin besar RC yang dihasilkan oleh suatu
usahatani maka tingkat efisiensi usahatani tersebut juga semakin besar. Soekartawi 2002 menjelaskan bahwa jika diperoleh RC lebih dari satu
maka usahatani dikatakan menguntungkan. Sedangkan jika usahatani mempunyai RC kurang dari satu maka usahatani tersebut tidak menguntungkan untuk
diusahakan. Adapun ketika RC sama dengan nol, usahatani tidak untung atau rugi.
Soekartawi 2002 mengatakan bahwa biasanya akan lebih baik kalau analisis RC ini dibagi dua, yaitu RC yang menggunakan data pengeluaran biaya
produksi yang secara riil dikeluarkan oleh petani dan RC yang juga melibatkan biaya diperhitungkan. Dengan cara seperti ini, ada dua macam RC, yaitu:
a. RC berdasarkan data biaya yang benar-benar dibayarkan petani RC tipe 1.
b. RC berdasarkan data biaya yang juga memperhitungkan biaya tenaga kerja
dalam keluarga, sewa lahan andaikan lahan dianggap menyewa, alat-alat pertanian andaikan alat pertanian diangap sewa, dan sebagainya RC tipe 2.
Dengan cara seperti ini, nilai RC tipe 1 selalu lebih besar dibandingkan nilai RC tipe 2.
3.6 Kerangka Pemikiran Operasional