27 dalam pembelajaran. Mind mapping dapat dibuat langsung oleh siswa, sehingga
siswa dapat merasakan secara langsung proses pembelajarannya. Mind mapping yang penuh warna, simbol, dan gambar menarik perhatian siswa saat
pembelajaran.
2.1.6 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri di dunia. Oleh karena itu, sangat penting melakukan interaksi antarmanusia. Untuk
melakukan interaksi tersebut dibutuhkan komunikasi yang baik. Agar komunikasi bisa berjalan dengan lancar, dibutuhkan alat untuk berkomunikasi. Salah satu alat
berkomunikasi yaitu bahasa. Secara universal, bahasa merupakan suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya adalah ujaran. Ujaran inilah yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Surono 2004:3 menyatakan bahasa adalah hasil ciptaan manuisa yang berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan perasaan
dan pikiran seseorang kepada orang lain. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki
peran penting dalam kehidupan manusia sebagai alat komunikasi. Namun, setiap negara memiliki bahasa yang berbeda. Begitu pula dengan Indonesia yang
menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Seperti yang diketahui, meskipun sebagai bahasa negara, Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa
daerah. Hal ini tentu menuntut sekolah-sekolah untuk membelajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua kepada mayarakat Indonesia.
Zulela 2013:5 menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan bersastra serta empat komponen kemampuan berbahasa
28 yakni kemampuan mendengarkan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat kemampuan berbahasa tersebut saling melengkapi satu sama lain. Keempatnya memiliki hubungan yang tak dapat dipisahkan. Keterampilan itu
akan terhubung secara integral dan sistematis. Pada awalnya manusia akan belajar memahami bahasa dengan menyimak. Lambat laun manusia akan belajar
berbicara lantas belajar membaca dan menulis. Keterampilan berbahasa ini tidak dapat dikuasai secara instan. Siswa harus banyak belajar dan berlatih agar dapat
menguasainya, sehingga memudahkan siswa berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, keempat keterampilan tersebut memiliki karakteristik masing-masing.
Tarigan 2008:2 menyebutkan karakteristik berbahasa sebagai berikut: Menyimak merupakan keterampilan berbahasa langsung, apresiatif,
reseptif, dan fungsional. Berbicara merupakan keterampilan langsung, produktif, dan ekspresif. Membaca bercirikan apresiatif, fungsional, dan
merupakan keterampilan berbahasa tak langsung. Menulis merupakan keterampilan tak langsung, produktif dan ekspresif.
Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa fokus
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar yaitu penguasaan keempat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa tersebut disajikan
secara terpadu dalam pembelajaran, namun masih bisa dinilai secara terpisah. Terpadu artinya dalam pembelajaran, siswa mempelajari lebih dari satu
keterampilan. Siswa dapat belajar keempat keterampilan secara bersamaan dalam satu waktu, namun guru masih bisa melakukan penilaian secara terpisah.
2.1.7 Menulis Laporan Pengamatan
Salah satu kemampuan berbahasa yang harus dipelajari oleh siswa adalah kemampuan menulis. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
29 penyampaian pesan komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
atau medianya Suparno dan Yunus, 2007: 1.3. Menulis merupakan keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan
kegiatan yang bersifat produktif dan ekspresif Tarigan, 2008:3. Produktif artinya bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan menghasilkan sebuah tulisan
sebagai media untuk menyampaikan pesan. Ekspresif artinya dengan menulis seorang penulis dapat menyampaikan perasaan emosi melalui tulisan yang
dibuat. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat komponen menulis, yakni penulis seseorang yang menulis untuk menyampaikan pesan, pesan sesuatu
yang disampaikan oleh penulis, alat atau media sesuatu yang digunakan untuk menulis, serta pembaca seseorang yang akan menerima pesan penulis.
Moriss 1964 dalam Tarigan 2008:28-9 mengklasifikasi tulisan dalam 4 bentuk yaitu eksposisi, argumen, deskripsi, dan narasi. Riebel 1972 dalam
Doyin dan Wagiran 2011:23 membagi karangan menjadi dua jenis, yaitu imaginative writing dan factual writing. Imaginative writing merupakan tulisan
imajinasi yang membangkitkan perasaan, sedangkan factual writing merupakan tulisan yang bersumber dari fakta. Factual writing digolongkan menjadi dua yaitu,
scientific writing tulisan ilmiah dan informative writing tulisan bersifat informasi. Tulisan yang tergolong informative writing yaitu berita, kisah
perjalanan, riwayat hidup, dan laporan peristiwa. Salah satu materi yang dibelajarkan pada siswa kelas V SD yaitu laporan
pengamatan. Laporan adalah cara penyampaian informasi kepada seseorang atau suatu instasi yang disusun atas dasar tanggung jawab yang diembannya Kosasih,
2014:61. Kosasih 2014:61 juga mendefinisikan laporan sebagai dokumen yang
30 menyampaikan informasi mengenai suatu masalah atau fakta. Menurut Warsidi
dan Farika 2008:62, “Laporan adalah tulisan yang berisi hasil pengamatan terhadap sebuah tempat atau suatu pekerjaan.”
Laporan pengamatan merupakan tulisan yang menyampaikan atau memberitahukan sesuatu dari hasil yang telah diamati. Kosasih 2014:75
menjelaskan bahwa laporan pengamatan merupakan karangan yang memaparkan suatu fenomena atau kejadian berdasarkan data dan fakta hasil proses pengamatan.
Isi laporan ialah hal-hal penting yang berkaitan langsung dengan kejadian nyata di tempat laporan. Isi laporan juga menjadi tanggung jawab pembuat laporan. Oleh
karena itu, isi laporan harus sesuai dengan fakta-fakta saat pelaksanaan pengamatan, bukan hasil imajinasi pembuat laporan.
Penyusunan laporan didasarkan pada pemberi laporan pelapor, pihak yang menerima laporan, tujuan laporan, dan sifat laporan Kosasih, 2014:61. Pelapor
yaitu orang yang membuat laporan baik perorangan, kepanitiaan, dan lembaga. Pelapor memiliki tanggung jawab terhadap penerima laporan. Penerima laporan
yaitu pihak-pihak yang menerima hasil laporan pengamatan. Pelapor harus memperhatikan sungguh-sungguh tujuan penyusunannya agar sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini karena tujuan laporan merupakan apa yang ingin disampaikan oleh pelapor kepada penerima laporan. Kosasih 2014:62 menyebutkan sifat-sifat
laporan, yaitu: 1 Tidak mengandung imajinasi berkenaan dengan pelapor yang
mengetahui secara tepat pihak yang menerima laporan; 2 Lengkap yang berarti bahwa dalam laporan tidak boleh ada hal-hal penting
yang diabaikan dan tidak memasukkan hal menyimpang; 3 Disajikan secara menarik yang berarti nilai yang ada pada laporan memiliki
bobot dalam bahasa dan isi, serta sistematikanya logis dan mudah dipahami.