24 tersebut, dapat didefinisikan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang didapatkan
seseorang dari pembelajaran yang telah dilakukan baik berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Penelitian ini difokuskan untuk mengukur hasil belajar psikomotorik karena menulis merupakan kegiatan yang mengukur keterampilan siswa. Oleh karena
itu, penelitian ini tidak hanya mengukur seberapa besar pengetahuan siswa dalam menulis, namun kemampuan siswa dalam mengungkapkan pikirannya dalam
bentuk tulisan.
2.1.5 Karakteristik Siswa Usia Sekolah Dasar
Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan dasar. Sekolah dasar membelajarkan berbagai pengetahuan serta keterampilan dasar penting sebagai
bekal siswa di masa mendatang. Pada umumnya siswa sekolah dasar berusia antara 7 hingga 1213 tahun. Piaget 1988 dalam Rifa’i dan Anni 2011:26-30
menyebutkan terdapat empat tahap perkembangan kognitif berdasar usia, yakni 1 tahap sensorimotor 0-2 tahun; 2 tahap praoperasional 2-7 tahun; 3
tahap operasional konkret 7-11 tahun; dan 4 tahap operasional formal 11 tahun ke atas.
Berdasarkan tahapan kognitif tersebut, siswa sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret. Umumnya anak masih belum bisa memahami berbagai
hal abstrak. Siswa baru bisa berpikir konkret sesuai dengan kenyataan yang ia lihat, dengar, dan rasakan. Contohnya siswa akan lebih mudah mendefinisikan
berbagai hal yang sudah ia lihat dibandingkan hal-hal yang belum pernah mereka lihat. Hal ini dikarenakan siswa baru bisa mendefinisikan sesuatu yang sesuai
25 dengan pengalaman yang telah dilalui. Dalam tahapan ini siswa lebih banyak
meniru apa yang mereka lihat dan dengar dibandingkan menjalankan logikanya. Logika anak sebenarnya sudah mulai berkembang, namun masih belum sempurna.
Iskandarwasid dan Sunendar 2013:143-5 menjelaskan bahwa siswa sekolah dasar mengalami perkembangan yang berbeda-beda. Namun, pada
umumnya siswa sekolah dasar sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, belajar dari pengalaman-pengalaman, berkelompok, memiliki
minat yang menjadi kekuatan motivasi, serta memiliki tokoh idola. Desmita 2012:35 menjelaskan bahwa anak usia sekolah memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Karakteristik tersebut yaitu senang bermain, bergerak, bekerja secara kelompok, dan senang merasakan atau
melakukan sesuatu secara langsung. Sesuai tahap perkembangan anak, siswa sekolah dasar umumnya masih
senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru merancang pembelajaran yang menyenangkan dan memungkinkan ada unsur permainan di dalamnya.
Karakteristik siswa sekolah dasar lainnya yaitu senang bergerak. Siswa sekolah dasar merupakan makhluk aktif, yang memiliki kemauan sendiri, dorongan untuk
berbuat sesuatu, dan aspirasinya sendiri Dimyati dan Mudjiono, 2009: 44. Hal ini menyebabkan siswa aktif bergerak. Mereka dapat duduk tenang paling lama
hanya 30 menit, sehingga guru dituntut untuk merancang pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa.
Karakteristik siswa selanjutnya yaitu siswa senang bekerja kelompok. Siswa sekolah dasar lebih senang bergaul dengan teman sebayanya. Keinginan siswa
untuk masuk dalam kelompok dan diterima sebagai anggota kelompok semakin
26 meningkat Iskandarwassid dan Sunendar, 2013:144. Saat siswa berkelompok,
mereka dapat belajar tentang sosialisasi, sehingga guru dituntut untuk merancang pembelajaran dengan melibatkan siswa dalam suatu kelompok. Siswa memiliki
karakteristik yaitu senang merasakan sesuatu secara langsung. Suatu konsep cepat dikuasai siswa, apabila siswa dilibatkan langsung melalui praktik yang diajarkan
guru. Siswa yang mengalami praktik langsung dalam pembelajaran, menimbulkan pengalaman yang berarti sehingga lebih bertahan lama dalam ingatan jangka
panjangnya. Karakteristik ini menuntut guru untuk merancang pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, guru dituntut untuk dapat merancang model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Model pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan siswa. Materi pembelajaran hendaknya dikaitkan dengan
pengalaman siswa, sehingga materi yang dipelajari tidak bersifat abstrak dan bermakna bagi siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah model pembelajaran
yang inovatif. Salah satu model yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran mind mapping.
Model mind mapping memiliki karakteristik yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Di dalam pembelajarannya, siswa dapat
memainkan imajinasi mereka dengan bantuan warna saat membuat cabang-cabang mind mapping. Pembuatan mind mapping dapat dilaksanakan secara kelompok
ataupun individu. Model mind mapping memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif baik dalam kelompok maupun klasikal di kelas. Siswa akan
menyampaikan hasil mind mapping-nya di depan kelas, sehingga siswa harus aktif