kampung halaman untuk bekerja atau melanjutkan pekerjaan orangtuanya. Besar harapan orangtua agar anaknya dapat meraih kesuksesan dimanapun mereka
berada.
2.7 Kerangka Pemikiran
Nilai kerja merupakan pandangan masyarakat terhadap salah satu sektor pekerjaan yaitu sektor pertanian dan non-pertanian. Tjakrawati 1988
mendefinisikan bahwa nilai kerja pertanian terkait dalam konteks pelaku sosial memberi penilaian terkait konsepsi baik atau buruknya tentang kerja pertanian
yang dianut sebagian besar masyarakat. Dalam studi ini, nilai kerja pertanian pada mahasiswa Batak Toba yang didefinisikan sebagai konsep baik buruknya kerja
pertanian yang diukur melalui tujuh dimensi, seperti yang dikemukakan oleh Tjakrawati 1988 yaitu dimensi lahan, dimensi tenaga kerja, dimensi modal,
dimensi pasar, komoditi dan transportasi, dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja, dimensi hubungan dengan teman dan kerabat, dimensi harapan-
harapan. Dengan demikian, nilai kerja yang dihasilkan ini akhirnya mempengaruhi keputusan mahasiswa dalam memilih untuk bekerja di sektor
pertanian atau tidak. Nilai individu terhadap suatu obyek dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dalam mempelajari sosialisasi tentunya akan membicarakan siapa yang menjadi agen sosialisasi. Keluarga dalam hal ini orangtua merupakan agen sosialisasi yang
memiliki peran yang sangat besar dalam sosialisasi Soe’oed, 1999. Dalam penelitian ini, akan dikaji tentang pengaruh sosialisasi keluarga dalam menilai
pekerjaan pertanian. Faktor-faktor yang akan dikaji dalam studi ini meliputi
karakteristik orangtua yang terdiri dari pendidikan, pendapatan, pekerjaan, domisili, kepemilikan lahan. Karakteristik orangtua ini diduga berhubungan dalam
mensosialisasikan nilai budaya termasuk nilai kerja kepada anaknya. Proses sosialisasi nilai budaya dari orangtua kepada generasinya akan mempengaruhi
mahasiswa dalam memberikan penilaian terhadap obyek tertentu seperti pekerjaan pertanian. Proses sosialisasi nilai kerja berkaitan dengan pelaksanaan budaya
tersebut yang dilakukan orangtua terhadap anaknya diduga akan mempengaruhi mahasiswa dalam menilai pekerjaan pertanian ataupun non-pertanian. Proses
sosialisasi inilah yang dianggap penting oleh peneliti untuk dikaji sejauh mana proses sosialisasi budaya terkait dengan pekerjaan pertanian mampu sebagai cara
untuk mencapai nilai-nilai yang terkandung dalam budaya yang dianutnya. Nilai budaya Batak Toba yang merupakan konsep mengenai kehidupan yang dicita-
citakan sebagai anggota dari komunitas Batak tercermin dalam 3H, yaitu hagabeon, hamoraon dan hasangapon. Dalam ketiga cita-cita tersebut terkandung
harapan orangtua kepada anaknya untuk memberikan status sosial yang berarti anaknya harus jauh lebih baik daripada kondisi orangtuanya.
Peranan orangtua merupakan agen yang penting dalam perkembangan segala aspek kepribadian anak-anaknya. Tingkat pendidikan yang ditempuh
seseorang secara formal merupakan faktor terpenting yang sangat menunjang dalam perkembangan segala aspek kepribadian individu sekaligus sebagai salah
satu syarat dalam memperoleh kesempatan kerja. Tingkat pendidikan yang tinggi yang dimiliki oleh orangtua diduga akan mempengaruhi individu atau anaknya
dalam memberikan nilai terhadap jenis pekerjaan. Mahasiswa yang memiliki orangtua dengan latar belakang pendidikan yang tinggi diduga akan memiliki nilai
yang buruk terhadap pekerjaan pertanian dibanding mahasiswa yang memiliki orangtua dengan tingkat pendidikan yang rendah. Orangtua pada umumnya
menginginkan anaknya nantinya akan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi darinya yang secara langsung orangtua berharap pekerjaannya pun akan lebih
baik. Selain itu, tingkat pendapatan pada orangtua juga akan mempengaruhi
generasinya dalam memberikan nilai dan pengambilan keputusan pilihan pekerjaannya. Diduga, mahasiswa yang memiliki orangtua dengan pendapatan
tinggi akan memberikan nilai yang buruk terhadap pekerjaan pertanian. Sebaliknya mahasiswa yang memiliki orangtua dengan pendapatan rendah akan
memberikan nilai baik terhadap pekerjaan pertanian. Pekerjaan orangtua juga diduga turut mempengaruhi mahasiswa dalam memberikan nilai terhadap
pekerjaan pertanian. Mahasiswa yang memiliki orangtua yang bekerja di dunia pertanian diduga akan memberikan nilai yang baik terhadap pekerjaan pertanian
dan sebaliknya. Selain itu, kepemilikan lahan juga akan mempengaruhi dalam menentukan nilai kerja pertanian pada mahasiswa. Adanya pola pewarisan lahan
pertanian dalam masyarakat mempengaruhi dalam menetapkan nilai kerja pertaniannya. Diduga mahasiswa yang memperoleh warisan lahan pertanian akan
memberikan nilai yang baik terhadap pekerjaan pertanian. Domisili orangtua juga diduga dapat mempengaruhi nilai kerja pertanian.
Selain itu, karakteristik individu dan karakteristik sosial atau aktivitas sosial akan mempengaruhi menilai pekerjaan pertanian Rogers dan
Shoemaker,1971. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktivitas sosial melalui kegiatan ekstrakulikuler yaitu keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi
di kampus akan mempengaruhi nilai kerja karena nilai kerja tersebut dapat ditentukan dari seberapa jauh mereka mengetahui tentang kerja pertanian dan
dampak berupa keuntungan maupun kerugian dari kerja pertanian. Adanya interaksi sosial yang dilakukan dan informasi tentang dunia pertanian akan
mempengaruhinya dalam memberikan penilaian terhadap pekerjaan tertentu. Mahasiswa dapat memberikan nilai baik atau buruk terhadap pekerjaan pertanian
tergantung bagaimana mereka menyikapi informasi tersebut. Dalam masyarakat patrineal, anak laki-laki memiliki nilai lebih daripada
perempuan. Oleh karena itu, laki-laki dipandang menjadi harapan bagi orangtua dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Terkait dengan harapan orangtua
kepada anak laki-lakinya, diduga harapan tersebut akan mempengaruhi seorang anak untuk memilih pekerjaan. Selain itu, diduga posisi anak dalam keluarga turut
mempengaruhi dalam memberikan nilai kerja. Selanjutnya, setiap individu dalam menilai suatu pekerjaan pertanian akan dipengaruhi oleh sekolah tempat menimba
ilmu Fuller dan Jacob Sunarto, 1933. Penelitian ini akan meneliti nilai kerja pertanian pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor, sehingga faktor fakultas perlu
diteliti mengingat Institut Pertanian Bogor yang terdiri dari sembilan fakultas.
Gambar 5. Kerangka Pemikiran
Keterangan : : berhubungan
2.8 Hipotesis Penelitian