Hal ini dikarenakan mereka memiliki modal berupa biaya dan akademis dan alasan lain adalah dari kakak beradik tidak semuanya menyukai untuk kuliah atau
bahkan tidak memiliki kemampuan akademis dan masih banyak pertimbangan lainnya. Responden lebih banyak berada di Fakultas Ekonomi Manajemen, yaitu
19,81 persen. Sebagian besar dari responden menyatakan bahwa pemilihan Fakultas ini sebenarnya bukan dari diri sendiri melainkan dari IPB terkait sistem
mayor-minor sehingga responden yang terpilih di Fakultas Pertanian tidak seluruhnya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk belajar bertani atau karena
pertanian dianggap sebagai bidang yang menarik.
4.1.2 Aktivitas Sosial Individu Responden
Aktivitas sosial pada mahasiswa dalam penelitian dilihat dari kegiatan ekstrakulikuler yaitu aktivitas dalam mengikuti organisasi di dalam kampus.
Hampir seluruh mahasiswa 88,68 persen mengikuti organisasi di kampus yang terdiri dari organisasi keagamaan, organisasi keprofesian, organisasi keterampilan,
organisasi daerah, dan organisasi Badan Eksekutif Kemahasiswaan dan organisasi lainnya. Mereka yang mengikuti organisasi merasakan manfaat dalam mengikuti
organisasi misalnya latihan kepemimpinan atau mengasah softskill, lebih komunikatif dan memperluas jaringan. Selain itu, dengan mengikuti organisasi
terutama organisasi komunikatif dalam mengembangkan ilmu yang diperoleh dari kuliah sehingga memperdalam ilmunya melalui kegiatan pelatihan-pelatihan
ataupun fieldtrip. Bagi mereka yang tidak mengikuti organisasi memiliki alasan tidak suka berorganisasi, lebih senang berorganisasi di luar kampus, takut
mengganggu studi, tidak mampu menyampaikan pendapat serta tidak tertarik
dengan organisasi kampus. Gambaran singkat dan jelas mengenai jumlah dan persentase responden berdasarkan aktivitas sosial dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keikutsertaan dalam Organisasi di Kampus, 2008
Mengikuti organisasi di Kampus Jumlah Persentase Ya 94
88,68 Tidak
12 11,32
4.1.3 Karakteristik Orangtua Responden
Dilihat dari Tabel 5, jumlah orangtua baik ayah atau ibu yang berpendidikan tinggi tidak jauh berbeda dengan tingkat pendidikan sedang. Selisih
dari persentase ayah dan ibu dengan tingkat pendidikan sedang terhadap persentase ayah dan ibu dengan tingkat pendidikan tinggi sama-sama 1,89 persen.
Dengan pendidikan tersebut, orangtua responden hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai petani, para orangtua lebih banyak berada di sektor non-pertanian.
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa responden memiliki orangtua dengan tingkat pendidikan yang rata-rata berada pada pendidikan yang sedang, yaitu
berada pada tingkat SMP sampai SMU dan tinggi yaitu perguruan tinggi. Dilihat dari tingkat pendidikan ayah hanya 1,89 persen yang berada pada tingkat
pendidikan yang tergolong rendah, dan tidak jauh berbeda dengan persentase jumlah ibu yang tergolong pendidikan rendah, yaitu 3,77 persen. Tingkat
pendidikan pada orangtua responden dapat dikatakan baik. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa orangtua yang tingkat pendidikannya rendah
dikarenakan kesulitan biaya pada zaman dulu dan keberadaan sekolah masih terbatas. Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orangtua berada pada
kategori sedang dan tinggi. Gambaran singkat dan jelas mengenai jumlah dan persentase orangtua responden berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, jenis pekerjaan, kepemilikan lahan dan domisili dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Karakteristik Orangtuanya, 2008
Karakteristik Jumlah
Persentase Tingkat Pendidikan
Ayah Tinggi
Sedang Rendah
Ibu Tinggi
Sedang Rendah
51 53
2 50
52 4
48,11 50,00
1,89 47,17
49,06 3,77
Tingkat Pendapatan Ayah
Tinggi Sedang
Rendah Tidak memiliki
pendapatan
Ibu Tinggi
Sedang Rendah
Tidak memiliki pendapatan
3 28
61 14
9 51
46 2,83
26,42 57,55
13,21
0,00 8,49
48,11 43,40
Jenis Pekerjaan Ayah
Petani Non-Petani
Tidak Bekerja Meninggal
Ibu Petani
Non-Petani Tidak Bekerja
Meninggal 1
97 3
5
2 101
3 0,94
91,51 2,83
4,72
1,89 95,28
2,83 Kepemilikan Lahan
Memiliki Lahan Tidak Memiliki Lahan
44 62
41,50 58,50
Domisili Tapanuli
Luar Tapanuli 58
48 54,72
45,28
Karakteristik orangtua yang kedua adalah tingkat pendapatan. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang seringkali dijadikan alasan untuk
menekuni suatu bidang pekerjaan tertentu. Dalam penelitian ini diperoleh informasi tentang tingkat pendapatan yang diperoleh oleh orangtua responden.
Dilihat dari Tabel 5, diperoleh informasi bahwa pendapatan orangtua, baik ayah maupun ibu dominan berada pada tingkat rendah. Tingkat pendapatan ini dilihat
dari kisaran pendapatan seluruh orangtua. Tingkat pendapatan rendah berada antara Rp.0,- sampai Rp. 2,5 juta, tingkat pendapat dikatakan sedang jika berada
pada Rp. 2,6 sampai Rp. 5 juta serta pendapatan tinggi lebih dari Rp.5 juta. Meskipun pendapatan orangtuanya rendah namun dengan jumlah pendapatan itu,
kebutuhan hidup sehari-hari tercukupi bahkan dapat menyekolahkan anak- anaknya dan masih dapat menabung. Persentase ayah dengan pendapatan rendah
adalah 57,55 persen sedangkan persentase ibu dengan pendapatan rendah adalah 48,11 persen.
Ditinjau dari segi jenis pekerjaan orangtua, sebagian besar orangtua responden baik ayah atau ibu sama-sama memilih pekerjaan sebagai PNS sebagai
pekerjaan utama.Pekerjaan yang paling banyak mendominasi orangtua, baik ayah atau ibu responden adalah pekerjaan sebagai PNS atau Pegawai Negeri Sipil
Lampiran 2. Dari hasil survei yang dilakukan, ayah responden yang berkerja sebagai petani berjumlah satu orang dan ibu yang bekerja sebagai petani
berjumlah dua orang. Pekerjaan pada sektor pertanian terutama sebagai petani hanya dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.
Berdasarkan kepemilikan lahan, diketahui bahwa orangtua responden sebesar 58,5 persen memiliki lahan yang berasal dari warisan maupun membeli
sendiri. Lahan ini digunakan untuk usaha pertanian baik dikelola oleh orangtua secara langsung maupun disewakan kepada saudara umumnya maupun orang lain.
Meninjau tempat asal masyarakat Batak maka domisili dibagi menjadi dua bagian yaitu domisili Tapanuli dan luar Tapanuli. Ternyata perbandingan domisili
orangtua responden yang berdomisili dari Tapanuli dengan luar Tapanuli berbeda tipis, yaitu 9,44 persen. Orangtua responden yang berdomisili di daerah Tapanuli
sebesar 54.72 persen sedangkan yang berasal dari luar Tapanuli sebesar 45,28 persen.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Batak Toba tersebar di seluruh penjuru Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Simanjuntak 1986
bahwa meskipun masyarakat Batak minoritas namun terdapat dipelosok Indonesia layaknya yang dilakukan oleh responden yang merantau untuk melangsungkan
pendidikan di IPB. Di antara mereka banyak yang berkeinginan kelak setelah lulus lebih memilih menetap di Jawa untuk ‘mengadu nasib’. Hanya sedikit
diantara mereka yang berkeinginan untuk pulang ke daerah. Hal ini pun dikemukakan oleh responden yang mendapat kesempatan kuliah dari beasiswa
utusan daerah BUD. Selain itu, mahasiswa yang berkeinginan untuk kembali ke daerah asal setelah lulus kuliah dikarenakan keinginan dari orangtua atau
keluarga.
BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN