jadi petani, dia harus menjadi seorang petani yang lebih baik dari orangtua dan orang-orang yang belum pernah mengikuti jenjang pendidikan Perguruan Tinggi
terutama di IPB. Selain itu, sebelum kuliah di IPB para mahasiswa menyatakan bahwa
pekerjaan pertanian dianggap kurang menantang namun pandangan itu berubah. Mereka lebih memandang pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang sangat
sulit. Mereka juga menyatakan bahwa tidak mudah untuk bersaing dengan bidang pertanian untuk bekerja di sektor pertanian harus benar-benar mempunyai modal,
baik uang dan pengetahuan. Akan tetapi, meskipun pandangan mereka terhadap pekerjaan pertanian bernilai tidak baik dan tidak buruk tidak memberi tanda
bahwa nantinya setelah lulus akan menekuni pertanian.
6.2.2 Hubungan Aktivitas Sosial Dengan Nilai Kerja Pertanian
Secara keseluruhan maka disimpulkan bahwa aktivitas sosial tidak berhubungan dengan nilai kerja pertanian. Hal ini dapat dilihat dari pengujian chi-
square terhadap seluruh dimensi yang hasilnya chi-square hitung 2,684 lebih kecil dari chi-square tabel yaitu 9,488 sehingga terbukti bahwa tidak ada
hubungan antara kegiatan ekstrakulikuler dengan nilai kerja pertanian. Rata-rata mahasiswa yang mengikuti organisasi memberikan nilai tidak baik serta tidak
buruk juga terhadap kerja pertanian. Secara singkat Tabel 36 menggambarkan hubungan aktivitas sosial dengan nilai kerja pertanian.
Tabel 36. Nilai Kerja Pertanian Menurut Aktivitas Sosial, 2008
Nilai Kerja Pertanian Buruk
Tidak baik dan tidak buruk
Baik Total
Aktivitas sosial N N N N
Rendah 1 9,1
9 81,8
1 9,1
11 100
Sedang 10 18,4
60 69,0
17 19,5
87 100 Tinggi 1
12,5 7
87,5 8
100
Mereka memandang pertanian memiliki peranan yang penting terhadap keberlangsungan sebuah negara. Bila tidak ada yang bekerja di pertanian maka
bagaimana untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Seorang petani sangat berjasa. Mereka mengakui bahwa keterlibatan dengan organisasi di kampus tidak
ada hubungannya dengan nilai kerja pertanian karena menurut mereka organisasi hanya berfungsi untuk mengasah softskill yang mereka miliki, menambah
wawasan dan memperluas jaringan sehingga nantinya diharapkan memudahkan mencari pekerjaan.
6.2.3 Hubungan Karakteristik Individu Dengan Nilai Kerja Pertanian
Dalam masyarakat Batak diketahui bahwa anak laki-laki sebagai penerus keturunan dan seringkali diidentikkan untuk menjadi gambaran keberhasilan
orangtua atau diharapkan memberikan status sosial bagi keluarganya. Selain itu, anak sulung juga cenderung menjadi gambaran bagi adik-adiknya terutama ketika
anak sulung tersebut berjenis kelamin laki-laki, maka bebannya pun bertambah yaitu menjadi gambaran bagi adik-adiknya sekaligus dapat memberikan status
sosial bagi keluarganya. Secara singkat Tabel 37 menggambarkan hubungan karakteristik individu dengan nilai kerja pertanian.
Tabel 37. Nilai Kerja Pertanian Menurut Karaktersitik Individu, 2008
Nilai Kerja Pertanian
Buruk Tidak baik
dan tidak buruk
Baik Total
Karaktersitik Individu
N N N N Jenis Kelamin
Laki-laki 7
17,9 26
66,7 6
15,4 39
100 Perempuan 5
7,5 50
74,6 12
17,9 67
100 Posisi Anak
Tunggal 0,0
6 85,7
1 14,3
7 100
Sulung 4 11,8
24 70,6
6 17,6
34 100
Tengah 4 10,0
29 72,5
7 17,5
40 100
Bungsu 4 16,0
17 68,0
4 16,0
25 100
Fakultas Pertanian
2 16,7
9 75,0
1 8,3
12 100
Kedokteran Hewan 0,0
2 100
0,0 2
100 Perikanan dan Ilmu Kelautan
1 8,3
8 66,7
3 25,0
12 100
Peternakan 1 14,3
5 71,4
1 14,3
7 100
Kehutanan 1 5,6
13 72,2
4 22,2
18 100
Teknologi Pertanian 4
36,4 6
54,4 1
9,1 11
100 Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam 2
11,1 13
72,2 3
16,7 18
100 Ekonomi Manajemen
1 4,8
16 76,2
4 19,0
21 100
Ekologi Manusia 0,0
4 80,0
1 20,0
5 100
Berdasarkan pernyataan-pernyataan dari responden mengenai nilai kerja pertanian terkait dengan jenis kelamin, maka tidak terdapat hubungan antara jenis
kelamin dengan nilai kerja pertanian. Ditinjau dari posisi anak maka secara keseluruhan diketahui bahwa posisi anak tidak berhubungan dengan nilai kerja
pertanian. Hal ini dibuktikan dengan uji chi-square yang nilai chi-square hitung lebih kecil 1,652 dari chi-square tabel sebesar 12,592. Dari diskusi dengan
responden diperoleh informasi bahwa dalam keluarganya tidak ada lagi perbedaan anak laki-laki dan perempuan, semuanya ditekankan untuk menjadi terbaik.
Memang anak laki-laki sebagai penerus keturunan, namun terlepas dari itu dalam keluarga Batak sekarang ini memandang perempuan dan laki-laki sama saja tapi
ketika akan berkeluarga nanti anak perempuan diarahkan patuh kepada suami sebagai kepala keluarga.
Melihat hasil tabulasi silang dan hasil analisis statistik chi-squarenya maka dapat dikatakan bahwa Fakultas tidak berhubungan dengan nilai kerja
pertanian. Hal ini dibuktikan dengan pengujian statistik chi-square dengan seluruh nilai kerja yang nilai chi-square hitung sebesar 13,303 lebih kecil dari chi-square
tabel yaitu 26,296. Seperti yang telah disampaikan bahwa tahun pertama kuliah IPB telah diberikan mata kuliah dasar pertanian sehingga mereka semua memiliki
pengetahuan dasar seputar dunia pertanian dan mereka juga mengutarakan bahwa pelajaran di IPB tidak sepenuhnya tentang pertanian. Selain itu, mereka juga
menyatakan bahwa IPB memiliki keistimewaan karena ilmu pertanian dan non- pertanian diperoleh saat kuliah.
Tabel 38 secara ringkas menunjukkan hubungan antara proses sosialisasi, aktivitas sosial dan karakteristik individu dengan nilai kerja pertanian. Dari hasil
uji statistik yang dilakukan diperoleh informasi bahwa proses sosialisasi, aktivitas sosial dan karakteristik individu berhubungan tidak nyata dengan nilai kerja
pertanian. Namun, dari diskusi kelompok diperoleh informasi yang berbeda seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa dalam budaya Batak terdapat
usaha untuk mendapatkan status sosial sehingga meskipun dari pengujian statistik menunjukkan tidak ada hubungan nilai budaya dengan nilai kerja pertanian namun
para orangtua masih menjalankan sosialisasi nilai budaya tersebut kepada keturunan melalui kata-kata pengharapan atau permintaan langsung dari orangtua
bahkan melalui cerita-cerita tentang keberhasilan orang lain. Secara singkat Tabel 38 menggambarkan hasil uji statistik antara proses sosialisasi nilai kerja pertanian
dengan nilai kerja pertanian.
Tabel 38. Hasil Pengujian Chi-square Proses Sosialisasi, Aktivitas Sosial dan Karakteristik Responden Terhadap Nilai Kerja, 2008
Nilai Kerja Pertanian Hasil
Proses Sosialisasi
1. Dimensi lahan
2. Dimensi tenaga kerja
3. Dimensi modal
4. Dimensi pasar, komoditi dan
transportasi 5.
Dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja
6. Dimensi hubungan dengan teman dan
kerabat 7.
Dimensi harapan-harapan Tidak Berhubungan
Tidak Berhubungan Tidak Berhubungan
Tidak Berhubungan Tidak Berhubungan
Tidak Berhubungan Tidak Berhubungan
Aktivitas Sosial
a. Dimensi lahan
b. Dimensi tenaga kerja
c. Dimensi modal
d. Dimensi pasar, komoditi dan
transportasi e.
Dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja
f. Dimensi hubungan dengan teman dan
kerabat g.
Dimensi harapan-harapan Tidak Berhubungan
Tidak Berhubungan Tidak Berhubungan
Tidak Berhubungan Tidak Berhubungan
Tidak Berhubungan Tidak Berhubungan
Karakteristik Individu
a. Dimensi lahan
b. Dimensi tenaga kerja
c. Dimensi modal
d. Dimensi pasar, komoditi dan
transportasi e.
Dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja
f. Dimensi hubungan dengan teman dan
kerabat g.
Dimensi harapan-harapan Tidak Berhubungan
Tidak Berhubungan Tidak Berhubungan
Tidak Berhubungan
Tidak Berhubungan Tidak Berhubungan
Tidak Berhubungan
BAB VII KESIMPULAN