Kepentingan Lembaga Adat Kepentingan Stakeholder

123 terintegrasi, sehingga berpeluang menyebabkan terjadinya kesalahpahaman yang pada akhirnya memunculkan konflik diantara stakeholder TNLL.

5.3.3. Kepentingan Lembaga Adat

Keterlibatan stakeholder lembaga adat dalam pengelolaan taman nasional terutama dalam pemanfaatan lahan dan hasil hutan hingga pengawasan terhadap wilayah hukum adat diharapkan kelestarian kawasan TNLL akan lebih terjamin. Hasil wawancara dengan para ketua lembaga adat, terungkap bahwa agar kawasan taman nasional terlindungi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni: kejelasan tentang batas`kawasan, pengakuan atas wilayah hukum adat, dan pemberlakuan sanksi adat bagi setiap pelanggaran. Porsi dari masing-masing kepentingan tersebut pada dua kelompok desa dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Kepentingan untuk stakeholder lembaga adat terkait dengan pengelolaan TNLL 2007 No. Kepentingan stakeholder Persentase jumlah stakeholder lembaga adat berdasarkan pilihan kepentingan Total LAMSK LAYTP 1. Kejelasan tata batas kawasan 83,33 16,67 100,00 2. Pemberlakuan sanksi adat bagi setiap pelanggaran 83,33 16,67 100,00 3. Pengakuan terhadap wilayah hak adathak kelola 66,67 33,33 100,00 Rata-rata 77,78 22,22 100,00 Keterangan: - LAMSK = lembaga adat yang memilih sebagai suatu kepentinga - LAYTP = Lembaga adat yang tidak memberikan pilihan. Kepentingan lembaga adat yang ditunjukkan pada Tabel 22, memper- lihatkan bahwa kejelasan tata batas kawasan taman nasional berada pada urutan pilihan kepentingan yang tertinggi dibanding dengan kepentingan yang lain sebab menurut lembaga adat, kejelasan tata batas merupakan wujud kepastian hak masyarakat terhadap wilayah hak adatnya dan hak kelola yang selama ini diklaim sebagai wilayah TNLL. Kejelasan hak tersebut masyarakat adat tahu sumberdaya mana yang dapat diakses oleh mereka dan mana yang dilarang. Selanjutnya hal lain yang diharapkan oleh lembaga adat dalam upaya pelestarian TNLL adalah dengan pemberlakuan sanksi adat bagi setiap pelanggaran yang didasarkan pada nilai yang berkembang di kalangan masyarakat lokal. Menurut ketua lembaga adat, sanksi adat yang dijatuhkan bagi 124 anggota masyarakat yang melanggar lebih dirasakan sebagai “pantangan” sehingga anggota masyarakat akan lebih berhati-hati untuk tidak melakukan hal- hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat. Hal ini didukung oleh McKean 1992 dan Li 2000 yang mengemukakan bahwa sanksi adat terkait erat dengan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu komunitas masyarakat adat tertanam pada setiap individu, sehingga lebih bertahan dan lebih dipatuhi bila dibandingkan sanksi-sanksi formal bentukan pemerintah. Oleh karena itu, apabila sanksi-sanksi adat tersebut dipatuhi dan diterapkan secara konsisten, akan menjadi “garansi” terhadap kelestarian TNLL. Terkait dengan pemberlakuan sanksi adat maupun kejelasan dari wilayah hukum adat yang diperjuangkan oleh masyarakat lokal untuk diakui hak-hak tradisionalnya maka keterlibatan Lembaga Adat dalam penetapan batas kawasan sebagai lembaga yang banyak mengetahui tentang sejarah para leluhurnya dalam memanfaatkan “areal” sebutan masyarakat untuk kawasan TNLL sebelum ditunjuk sebagai taman nasional pada tahun 1993, merupakan salah satu faktor yang diharapkan memberikan dukungan dalam mewujudkan taman nasional yang sustainable.

5.3.4. Kepentingan Kepala Desa