124
anggota masyarakat yang melanggar lebih dirasakan sebagai “pantangan” sehingga anggota masyarakat akan lebih berhati-hati untuk tidak melakukan hal-
hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat. Hal ini didukung oleh McKean 1992 dan Li 2000 yang mengemukakan bahwa sanksi
adat terkait erat dengan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu komunitas masyarakat adat tertanam pada setiap individu, sehingga lebih bertahan dan
lebih dipatuhi bila dibandingkan sanksi-sanksi formal bentukan pemerintah. Oleh karena itu, apabila sanksi-sanksi adat tersebut dipatuhi dan diterapkan secara
konsisten, akan menjadi “garansi” terhadap kelestarian TNLL.
Terkait dengan pemberlakuan sanksi adat maupun kejelasan dari wilayah hukum adat yang diperjuangkan oleh masyarakat lokal untuk diakui hak-hak
tradisionalnya maka keterlibatan Lembaga Adat dalam penetapan batas kawasan sebagai lembaga yang banyak mengetahui tentang sejarah para leluhurnya
dalam memanfaatkan “areal” sebutan masyarakat untuk kawasan TNLL sebelum ditunjuk sebagai taman nasional pada tahun 1993, merupakan salah
satu faktor yang diharapkan memberikan dukungan dalam mewujudkan taman nasional yang sustainable.
5.3.4. Kepentingan Kepala Desa
Kepala desa merupakan kelompok stakeholder yang terkait dengan pengelolaan TNLL. Konflik yang terjadi di sekitar taman nasional dalam hal
pemanfaatan sumberdaya terutama sumberdaya lahan, juga dipicu oleh penetapan pal batas yang ditetapkan secara sepihak oleh petugas dari
Departemen Kehutanan tanpa penjelasan yang memadai kepada masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan taman nasional. Menurut kepala desa, untuk
mengatasi konflik yang setiap saat dapat terjadi di sekitar taman nasional ada beberapa komponen kepentingan yang perlu diperhatikan. Komponen
kepentingan yang dimaksud ditunjukkan pada Tabel 23. Tabel 23 menunjukkan bahwa hal penting yang diharapkan oleh para
kepala desa yang ada di sekitar TNLL untuk mengantisipasi konflik yang setiap saat dapat terjadi adalah adanya pengakuan dari pihak BTNLL terhadap lahan
adat yang terdapat dalam kawasan. Lahan adat tersebut diklaim sebagai kawasan taman nasional, sehingga masyarakat lokal yang merasa memiliki hak
atas lahan tersebut menuduh bahwa pihak BTNLL-lah yang menyerobot lahan masyarakat yang sudah dimanfaatkan secara turun temurun jauh sebelum
kawasan taman nasional ditetapkan. Indikator yang bisa dilihat adalah umur
125
tanaman kopi masyarakat diperkirakan 12 tahun lebih tua dari umur TNLL berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 736MentanX1982
tanggal 14 Oktober 1982 tentang pengumuman gabungan dari tiga kawasan konservasi sebagai calon taman nasional. Namun demikian, sejak penetapan
kawasan taman nasional, masyarakat yang masuk ke dalam kawasan untuk mengolah lahan, maupun untuk memetik hasil tanaman kopinya di tuduh sebagai
perambah.
Tabel 23 Kepentingan untuk stakeholder kepala desa terkait dengan pengelolaan TNLL 2007
No. Kepentingan stakeholder
Persentase jumlah stakeholder kepala desa berdasarkan pilihan kepentingan
Total KDMSK
KDYTP 1. Pengakuan atas lahan adat
masyarakat untuk tetap dapat diolah
83,33 16,67
100,00 2. Terjaminnya keamanan di
sekitar kawasan dengan adanya pengakuan terhadap
hak adathak kelola 66,67
33,33 100,00
3. Anggota masyarakat yang turut aktif dalam pengamanan
kawasan diberikan insentif 33,33
66,67 100,00
Rata-rata 61,11
33,89 100,00
Keterangan: - KDMSK = Kepala desa yang memilih sebagai suatu kepentingan - KDYTP = Kepala desa yang tidak memberikan pilihan.
Selanjutnya pemberian insentif bagi masyarakat yang turut aktif dalam kegiatan pengamanan kawasan merupakan salah satu faktor yang diharapkan
dapat berpengaruh pada kelestarian kawasan taman nasional sekaligus diharapkan mengeliminir terjadinya konflik. Menurut kepala desa, pemberian
insentif ini akan cenderung memberikan motivasi pada kelompok masyarakat yang aktif dalam pengamanan kawasan terutama masyarakat yang bermukim di
desa KKM, sebab apabila masyarakat yang turut serta dalam kegiatan pengamanan kawasan tidak mendapatkan konpensasi dari tenaga yang mereka
sumbangkan, akan berpeluang besar menimbulkan kecemburuan sosial terhadap polisi hutan yang memang secara otomatis mendapatkan gajihonor
dari setiap kegiatan yang mereka lakukan.
5.3.5. Kepentingan Pemda PropinsiKabupaten