155
Lain halnya dengan masyarakat yang bermukim di desa non-KKM memperlihatkan partisipasi secara aktif yang rendah dalam melakukan
penanaman pohon yang telah ditebang. Hal ini disebabkan karena masyarakat lokal yang ada di desa non-KKM lebih cenderung memanfaatkan sumberdaya
lahan yang terdapat dalam kawasan dengan menanam tanaman kakao. Selain itu rendahnya partisipasi aktif masyarakat yang ada di desa non-KKM untuk
menanam pohon sebagai tanaman pengganti dari pohon yang ditebang karena merasa kepentingannya belum terpenuhi kepentingan akan pengakuan dari
sumberdaya lahan yang terdapat dalam kawasan yang selama ini masyarakat di desa non-KKM kelola sebagai sumber pendapatan. Oleh sebab itu agar
masyarakat di desa non-KKM dapat berpartisipasi dalam pengelolaan kawasan TNLL, maka masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan tersebut seyogyanya
memperoleh manfaat dari kegiatan yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soekmadi 2002 bahwa apabila partisipasi
dipandang sebagai meningkatnya tanggung jawab yang diberikan kepada penduduk lokal, tetapi tidak diiringi dengan meningkatnya hak-hak atau akses
yang dapat memberikan manfaat bagi mereka, maka partisipasi seperti itu akan menjadi beban yang biasanya ditolak atau diterima dengan pasif.
5.4.2. Partisipasi Masyarakat pada Pengamanan Kawasan
Partisipasi masyarakat pada pengamanan kawasan dilihat pada partisipasi masyarakat dalam mengawasi masyarakat luar agar tidak mengambil
kayu, rotan, anggrek hutan, pandan hutan, dan tanaman obat, yang terdapat dalam kawasan, melindungi anoa, rusa, babi rusa, tarsius, burung alo, dan maleo
yang terdapat dalam kawasan dari pemburupenjerat. Keterlibatan masyarakat dalam kelompok pengamanan kawasan sebagai Tondo Ngata, Panimpu Ngata,
dan Hondohanua ditunjukkan pada Tabel 35. Tabel 35 menunjukkan bahwa partisipasi aktif masyarakat pada kelompok
desa KKM dalam mengawasi masyarakat luar agar tidak mengambil kayu, rotan, anggrek hutan, pandan hutan, dan tanaman obat yang terdapat dalam kawasan
taman nasional, berada pada kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena keinginan masyarakat yang berada di desa KKM untuk tetap mengelola lahan adat mereka
di dalam kawasan sudah diakomodir oleh pihak BTNLL melalui kesepakatan konservasi yang telah dibangun. Terakomodirnya keinginan masyarakat untuk
mengolah lahan adatnya memberikan rasa aman bagi masyarakat untuk dapat
156
Tabel 35 Partisipasi masyarakat lokal pada pengamanan kawasan
Jenis Kegiatan Partisipasi masyarakat lokal pada dua kelompok desa
Desa KKM Desa Non-KKM
PA PP
PN Total
PA PP
PN Total
Mengawasi masyarakat luar agar
tidak membuka kebun dalam
kawasan, mengambil kayu, rotan, anggrek
hutan, pandan hutan, dan tanaman obat,
yang terdapat dalam kawasan
86,67 11,11
2,22 100,00
13,33 15,56
71,11 100,00
Mengawasi para pemburupenjerat
anoa, rusa, babi rusa, burung alo, dan
maleo yang terdapat dalam kawasan
73,33 22,22
4,45 100,00
22,22 11,11
66,67 100,00
Terlibat dalam kelompok
pengamanan kawasan Tondo
Ngata, Panimpu Ngata, dan
Hondohanua 53,33
37,78 8,89
100,00 8,89
24,44 66,67
100,00
Rata-rata 71,11
23,70 5,19
100,00 14,81
17,04 68,15
100,00 Keterangan : - PA = Partisipasi Aktif; PP = Partisipasi Pasif; PN = Partisipasi Negatif.
- Jumlah responden masyarakat lokal di desa KKM dan desa non-KKM masing-masing: 45 orang.
mengakses sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya memungut hasil tanaman kopi, rotan, pandan hutan sebagai bahan kerajinan, dan tanaman obat
untuk dijadikan ramuan. Selain itu pengakuan BTNLL terhadap lahan adat masyarakat yang ada di desa KKM berarti memberikan kejalasan hak bagi
masyarakat sesuai dengan kepentingannya. Konsekuensi dari pemenuhan kebutuhan tersebut maka tanggungjawab
yang harus dilaksanakan oleh masyarakat di desa KKM yakni keikut sertaan mereka secara aktif dalam pengamanan kawasan baik secara individu maupun
secara berkelompok. Partisipasi masyarakat di desa KKM dalam pengamanan kawasan ditandai pula dengan adanya kelompok pengamanan kawasan yang
dibentuk oleh masyarakat lokal dikenal dengan Tondo Ngata, Panimpu Ngata, dan Hondohanua. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok pengamanan
kawasan Tondo Ngata dapat dilihat pada Gambar 27 dan Gambar 28.
157
Gambar 27 dan 28 memperlihatkan kegiatan yang akan dilakukan oleh Tondo Ngata untuk pengamanan kawasan diantaranya:
kegiatan illegal loging dan perambahan hutan, baik yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di desa
KKM itu sendiri maupun anggota masyarakat yang berasal dari desa di luar desa KKM. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Golar 2007 dalam suatu
penelitian tentang penangkapan seorang warga desa KKM yang sedang membuka lahan kebun di dalam kawasan TNLL. Ketika ditanya oleh petugas
Tondo ngata bahwa mengapa melakukan perambahan? Alasan yang dikemukakan bahwa anggota masyarakat tersebut tidak memiliki lahan garapan,
dan menurutnya ia tidak tahu kalau yang diolah sebagai kebun itu merupakan kawasan pangale.
Kejadian tersebut sangat mengejutkan bagi pihak Tondo ngata, sebab selama ini perambahan hutan hanya dilakukan oleh warga di luar desa KKM.
Tapi kini mereka mendapati warga desa KKM yang merambah hutan. Atas kesepakatan Totua ngata, warga yang melakukan perambahan disidang secara
adat, dan dijatuhi sanksi sesuai mekanisme penjatuhan sanksi yang telah diatur dalam aturan main pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan dan hutan
di desa KKM. Salah satu faktor yang turut mendukung keberhasilan Tondo ngata dalam
menjaga kelestarian hutan di wilayah hukum adat adalah kepedulian dan komitmen masyarakat dalam membantu tugas Tondo ngata. Misalnya dengan
memberikan laporan apabila mereka menjumpai pelanggaran di dalam hutan, walaupun yang melakukan pelanggaran adalah warga masyarakat desa KKM
Gambar 27
Anggota Tondo ngata melakukan persiapan sebelum menjalankan
tugasnya Foto: Golar 2005.
Gambar 28
Anggota Tondo ngata berangkat ke dalam hutan Foto: Golar 2005.
158
sendiri. Perilaku yang ditunjukkan oleh masyarakat tersebut merupakan gambaran partisipasi masyarakat yang ada di desa KKM sangat tinggi. Hal ini
memberikan indikasi bahwa pemenuhan kebutuhan atau adanya manfaat yang dinikmati dari suatu kegiatan akan mendorong seseorang atau kelompok untuk
berpartisipasi pada kegiatan tersebut termasuk kegiatan konservasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan Rahardjo 2003 dan Slamet 2003 yang
mengemukakan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan bukan hanya keikutsertaannya dalam menyumbangkan input,
akan tetapi lebih kepada manfaat yang dapat dinikmati dari hasil pembangunan. Masyarakat yang ada di desa non-KKM memperlihatkan partisipasi yang
rendah pada kegiatan untuk mengawasi masyarakat luar agar tidak mengambil kayu, rotan, anggrek hutan, pandan hutan, dan tanaman obat yang terdapat
dalam kawasan diakibatkan oleh karena masyarakat yang ada di desa non-KKM masih berkisar pada keinginan untuk memperjelas status kepemilikan lahan atau
sumberdaya yang ada dalam kawasan taman nasional. Menurut mereka ketidak jelasan tersebut memberikan dampak ketidak nyamanan dalam pemanfaatan
sumberdaya yang merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat lokal. Apabila kebutuhan dasar tersebut tidak terpenuhi maka konflik antara masyarakat lokal
dengan pihak BTNLL belum dapat terselesaikan. Karena itu prioritas kepentingan yang harus dipenuhi adalah penyelesain masalah lahan yang merupakan
kebutuhan dasar bagi masyarakat. Selanjutnya Tabel 35 memperlihatkan pula bahwa partisipasi masyarakat
pada desa KKM dalam mengawasi para pemburupenjerat satwa endemik yang dilindungi seperti anoa, rusa, babi rusa, tarsius, burung alo, dan maleo
memperlihatkan partisipasi yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya pemasangan jerat lagi di dalam kawasan tanaman nasional baik
yang dilakukan oleh masyarakat di desa KKM sendiri maupun anggota masyarakat yang berasal dari luar desa KKM. Sementara partisipasi masyarakat
di desa non-KKM dalam mengawasi satwa endemik dari para pemburupenjerat memperlihatkan partisipasi negatif yang tinggi. Salah satu indikator yang dapat
dilihat dari tingginya partisipasi negatif masyarakat di desa non-KKM dalam melindungi satwa endemik yakni: kondisi faktual yang dapat dilihat dilapangan
tentang rusaknya ekosistem dari satwa endemik yang dilindungi di desa non- KKM adalah rusaknya ekosistem air panas yang sebelumnya merupakan habitat
maleo Macrocephalon maleo Sall Muller dan sekarang telah berubah menjadi
159
kebun cacao. Perlu ditambahkan pula bahwa tingkat partisipasi masyarakat di desa non-KKM dalam kelompok pengamanan kawasan juga masih rendah.
5.4.3. Partisipasi pada Kagiatan PelatihanPenyuluhan