159
kebun cacao. Perlu ditambahkan pula bahwa tingkat partisipasi masyarakat di desa non-KKM dalam kelompok pengamanan kawasan juga masih rendah.
5.4.3. Partisipasi pada Kagiatan PelatihanPenyuluhan
Partisipasi masyarakat pada kegiatan pelatihanpenyuluhan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kelestarian
taman nasional dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Partisipasi masyarakat di dua kelompok desa yang ada di sekitar taman nasional
pada kegiatan pelatihanpenyuluhan dilihat dari keikut sertaannya pada penyuluhan tentang dampak yang ditimbulkan dari kerusakan hutan, mengikuti
training tentang upaya pencegahan kerusakan hutan, dan keikut sertaannya pada penyuluhan tentang cara bercocok tanam tanaman semusim maupun
tanaman tahunan, dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36 Partisipasi masyarakat lokal pada kegiatan pelatihanpenyuluhan
Jenis Kegiatan Tingkat Partisipasi masyarakat lokal pada dua kelompok desa
Desa KKM Desa Non-KKM
PA PP
PN Total
PA PP
PN Total
P Mengikuti penyuluhan
tentang dampak yang ditimbulkan
dari kerusakan hutan
77,78 8,89
13,33 100,00
20,00 24,24
55,56 100,00
P Mengikuti training tentang
upaya pencegahan
kerusakan hutan 71,11 22,22
6,67 100,00
15,56 22,22
62,22 100,00
Mengikuti penyuluhan
tentang cara bercocok tanam
tanaman semusim padi
dan jagung maupun
tanaman tahunan kakao,
kopi, dan vanili
55,56 33,33 11,11
100,00 37,78
53,33 8,89
100,00
Rata-rata
68,15 21,48 10,37
100,00 24,45
33,26 42,29
100,00
Keterangan : - PA = Partisipasi Aktif; PP = Partisipasi Pasif; PN = Partisipasi Negatif. - Jumlah responden masyarakat lokal di desa KKM dan desa non-KKM masing-masing: 45 orang.
160
Tabel 36 menunjukkan bahwa partisipasi aktif masyarakat lokal di desa KKM dalam mengikuti penyuluhan tentang cara bercocok tanam tanaman
semusim dan tanaman tahunan, berada pada kategori tinggi dan untuk masyarakat yang bermukim di desa non-KKM berada pada kategori rendah.
Animo masyarakat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan penyuluhan pada desa KKM, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat dalam mengelola usahatani mereka baik yang mengusahakan tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Meningkatnya keterampilan
masyarakat di desa KKM diharapkan dapat meningkatkan produksi usataninya yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat.
Meningkatnya pendapatan masyarakat akan mengurangi akses mereka untuk memanfaatkan sumberdaya yang terdapat dalam kawasan dan bagi masyarakat
yang telah memanfaatkan sumberdaya lahan di dalam kawasan, diharapkan cenderung untuk tidak memperluas kebun yang sudah ada, agar kerusakan dari
bagian kawasan taman nasional yang terdapat pada kelompok desa KKM dapat dihindari, sehingga ekosistem flora maupun satwa endemik dapat dipertahankan
yang akhirnya sustainability dari TNLL dapat dipertahankan. Keikut sertaan masyarakat di desa KKM untuk kegiatan penyuluhan
tentang dampak yang ditimbulkan dari kerusakan hutan maupun partisipasi masyarakat dalam mengikuti training tentang upaya pencegahan kerusakan
hutan berada pada kategori tinggi. Sementara partisipasi masyarakat di desa non-KKM berada pada kategori rendah. Hal ini erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dari masyarakat yang bermukim di kedua kelompok desa tersebut. Rendahnya partisipasi masyarakat di desa non-KKM pada setiap kegiatan
penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat memberikan indikasi bahwa masyarakat di desa tersebut masih
memfokuskan kegiatannya pada upaya untuk menuntut hak pemanfaatan lahan yang dijanjikan oleh pemerintah seluas 2 ha untuk setiap kepala keluarga. Dari
hasil wawancara dengan masyarakat yang bermukim di desa non-KKM terungkap bahwa setiap kepala keluarga di desa non-KKM hanya memiliki lahan
rata-rata 0,8 ha untuk setiap kepala keluarga atau hanya sekitar 40 dari luas lahan yang pernah dijanjikan oleh pemerintah pada saat mereka akan
dipindahkan dari desa asal mereka pada pertengahan tahun 1970an desa asal mereka saat ini menjadi kawasan hutan lindung. Secara umum partisipasi
161
masyarakat lokal di desa KKM dan desa non-KKM pada upaya pengelolaan TNLL ditunjukkan pada Tabel 37.
Tabel 37 Partisipasi masyarakat di desa KKM dan desa non-KKM pada upaya
pengelolaan taman nasional 2007. Jenis Kegiatan
Tingkat Partisipasi masyarakat lokal pada dua kelompok desa Desa KKM
Desa Non-KKM PA
PP PN
Total PA
PP PN
Total P Pelestarian
kawasan 61,11
23,70 15,19 100,00 20,00 21,85
58,15 100,00
P Pengamanan kawasan
71,11 23,70
5,19 100,00 14,81
17,04 68,15
100,00 Pelatihanpe-
nyuluhan 68,15
21,48 10,37 100,00 24,45 33,26
42,29 100,00
Rata-rata
66,69 23,56 9,72 100,00 19,75
24,05 56,20
100,00
Keterangan : - PA = Partisipasi Aktif; PP = Partisipasi Pasif; PN = Partisipasi Negatif. - Jumlah responden masyarakat lokal di desa KKM dan desa non-KKM masing-masing: 45 orang.
Tabel 37 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat di desa KKM pada tiga komponen kegiatan dalam upaya pengelolaan kawasan: kegiatan pelestarian
kawasan, pengamanan
kawasan, dan
kegiatan pelatihanpenyuluhan
memperlihatkan partisipasi yang tinggi sementara partisipasi masyarakat yang bermukim di desa non-KKM secara umum berada pada kategori rendah.
Penyebab utama dari rendahnya partisipasi masyarakat di desa non-KKM yakni masyarakat merasa bahwa keberadaan taman nasional belum memberikan
manfaat bagi mereka, tapi justru sebaliknya masyarakat merasa tidak lagi memiliki hak untuk mengakses sumberdaya yang terdapat di dalam kawasan
yang selama ini mereka manfaatkan terutama mengambil rotan dan damar yang merupakan salah satu kepentingan masyarakat lokal. Kondisi faktual yang dapat
dilihat dari kepentingan masyarakat yang belum terakomodir dari keberadaan taman nasional dapat dilihat pada Gambar 29 dan Gambar 30.
Gambar 29 memperlihatkan pembakaran pondok dan hasil damar yang dipungut oleh masyarakat di dalam kawasan taman nasional disita oleh polhut di
salah satu bagian kawasan taman nasional yang terdapat di desa non-KKM dan Gambar 30, rotan hasil pungutan masyarakat yang disita oleh polhut di salah
satu bagian kawasan taman nasional juga terjadi di desa non-KKM. Kondisi seperti ini akan memicu terjadinya konflik yang lebih besar kalau para
stakeholder terkait tidak mengantisipasinya dengan cara duduk bersama untuk
162
Gambar 29 Pembakaran pondok dan damar hasil pungutan masyarakat di
dalam kawasan yang disita oleh Polhut Dokumentasi BTNLL 2006.
mensinergikan perbedaan kepentingan diantara para stakeholder. Hasil penelitian ini sejalan dengan Fisher 1995 yang mengemukakan bahwa dalam
pengelolaan sumberdaya hutan dibutuhkan suatu kesepakatan antara pihak pengelola dengan masyarakat lokal agar masyarakat lokal berperan dalam hal
pengelolaan sumberdaya hutan, sebagai imbalannya masyarakat mempunyai akses untuk memanfaatkan hasil-hasil hutan.
Gambar 30 Rotan hasil pungutan masyarakat yang disita oleh polhut Dokumentasi BTNLL 2006
163
5.5. Penerapan Prinsip Dasar Co-management dalam Pengelolaan TNLL pada Kondisi Saat ini