129
Tabel 24 menunjukkan bahwa berbagai aktivitas telah dilakukan oleh LSM lokal maupun internasional terkait dengan taman nasional bertujuan untuk
kelestarian TNLL, hanya saja kegiatan tersebut tidak memberikan manfaat tanpa dukungan dari stakeholder lainnya terutama masyarakat lokal di sekitar TNLL.
Terkait dengan aktivitas LSM yang telah ditunjukkan pada Tabel 23, maka kepentingan LSM terkait dengan TNLL dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Kepentingan dari stakeholder LSM terkait dengan pengelolaan TNLL 2007
No. Kepentingan stakeholder
Persentase jumlah stakeholder LSM berdasarkan pilihan
kepentingan Total
LSMMSK LSMYTP
1. Menumbuhkan kesadaran pentingnya kelestarian
taman nasional bagi semua pihak
83,33 16,67
100,00 2. Kemudahan akses untuk
pendidikanpenelitian 83,33
16,67 100,00
3. Konservasi flora dan fauna 66,67
33,33 100,00
4. Advokasi hak-hak tradisional
66,67 33,33
100,00 5. Penguatan ekonomi
masyarakat 66,67
33,33 100,00
Rata-rata 73,33
26,67 100,00
Keterangan: - LSMMSK = LSM yang memilih sebagai suatu kepentingan - LSMYTP = LSM yang tidak memberikan pilihan.
Tabel 25 memperlihatkan bahwa kepentingan LSM yang memiliki kegiatan di sekitar TNLL diantaranya adalah menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya kelestarian taman nasional bagi semua pihak, konservasi flora dan fauna, advokasi hak-hak tradisional, dan penguatan ekonomi masyarakat.
Kegiatan yang telah dilakukan oleh para LSM khusus untuk kegiatan advokasi hak-hak tradisional terkait dengan pengelolaan TNLL adalah berperan dalam
memfasilitasi Kesepakatan Konservasi Masyarakat KKM pada beberapa desa yang berbatasan langsung dengan TNLL. Kesepakatan konservasi yang telah
terbentuk pada 31 desa Lampiran 2 di sekitar TNLL diharapkan menjadi dasar untuk pengembangan co-management dalam pengelolaan TNLL.
5.3.7. Kepentingan Pelaku Bisnis
Secara umum, stakeholder pelaku bisnis yang memiliki hubungan dengan masyarakat lokal di sekitar taman nasional dapat dibagi menjadi: pelaku
130
bisnis yang fokus kegiatannya pada perdagangan kayu, pelaku bisnis untuk komoditi rotan, dan komoditi pertanian. Perdagangan kayu merupakan bisnis
illegal, jika kayu yang diperdagangkan tersebut merupakan hasil tebangan yang berasal dari kawasan taman nasional. Jumlah
Pelaku bisnis berdasarkan komoditi utama yang diperdagangkan secara rinci ditunjukkan pada Tabel 26.
Tabel 26 Jumlah dan persentase pelaku bisnis berdasarkan komoditi utama yang
diperdagangkan 2007. No.
Uraian Jumlah
orang Persentase
1. Pelaku bisnis untuk kayu
14 10,37
2. Pelaku bisnis untuk rotan
32 23,70
3. Pelaku bisnis untuk komoditi pertanian
sayuran, kopi, dan kakao 89
65,93 Total
135 100,00
Sumber : BPS Kab. Donggala 2006; BPS Kab. Poso 2006, setelah diolah. Tabel 26 menunjukkan bahwa pelaku bisnis untuk komoditi pertanian
berjumlah lebih banyak dibanding dengan pelaku bisnis lainnya. Rotan merupakan pula hasil hutan yang memiliki nilai pasar yang cukup penting dengan
harga rata-rata Rp800kg dan telah berkembang sejak adanya jalan yang dapat menghubungkan daerah di sekitar kawasan taman nasional dengan Kota Palu
Ibu Kota Propinsi Sulawesi Tengah. Pedagang rotan sebagian besar adalah
para pendatang yakni etnis Cina sebanyak 19 orang dan etnis Bugis berjumlah 13 orang, sementara kegiatan pengambilan rotan merupakan pekerjaan
tradisional dari masyarakat lokal untuk sekedar memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi aktifitas ini telah meluas sejak rotan memiliki nilai pasar dan menjadi
alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat lokal dengan pendapatan sebesar Rp400.000bulanKK. Hubungan antara masyarakat lokal sebagai
perotan dengan pembeli dalam kegiatan bisnis untuk komoditi rotan tersebut cenderung sebagai pekerja ketimbang sebagai pemilik. Hal ini dapat dilihat dari
cara pebisnis rotan membangun sistem yang sangat solid pada tingkat desa supaya dengan mudah pemungutan rotan dapat dikontrol. Sistem yang dibangun
oleh pedagang rotan sebagai pemilik modal yakni: mempekerjakan penduduk lokal sekitar 20 orang berdasarkan kontrak sebelumnya dimana pengumpul rotan
menerima uang muka yang besarnya disesuaikan dengan permintaan pengumpul rotan. Uang muka ini seringkali digunakan untuk membeli barang-
131
barang seperti: beras, gula, minyak goreng, ikan asin, dan sabun, sehingga hampir semua pedagang rotan memiliki warung untuk memenuhi kebutuhan
harian pengumpul rotan. Stakeholder pelaku bisnis lainnya yang terkait dengan komoditas
pertanian seperti kakao juga sebagian adalah pendatang yakni Etnis Bugis 38 orang. Hal ini disebabkan karena masyarakat lokal yang ada di sekitar
TNLL tidak memiliki pengalaman dalam kegiatan bisnis, sehingga sebagian besar dari mereka tidak terlibat dalam aktifitas ini. Dampak lain dari kurangnya
pengalaman masyarakat lokal dalam dunia bisnis adalah lemahnya posisi tawar penduduk asli terhadap pemasaran produk pertaniannya juga terhadap
pembelian barang-barang konsumsi. Kondisi ini berpeluang menciptakan konflik antara penduduk asli dengan para pedagang yang mayoritas bukan penduduk
asli pendatang. Sebagai upaya untuk mengantisipasi terjadinya konflik yang justru akan
berdampak pada kerugian materi yang tidak sedikit nilainya, maka perlu adanya pendekatan
yang dapat
mempertemukan kepentingan masing-masing
stakeholder terkait dengan kegiatan di TNLL termasuk kepentingan dari pelaku bisnis. Kepentingan stakeholder pelaku bisnis terkait dengan TNLL ditunjukkan
pada Tabel 27.
Tabel 27 Kepentingan dari stakeholder pelaku bisnis terkait dengan pengelolaan
TNLL 2007
No. Kepentingan stakeholder
Persentase jumlah stakeholder pelaku bisnis
berdasarkan pilihan kepentingan
Total PBMSK
PBYTP 1. Mendapatkan keuntungan
dari berbagai peluang bisnis dengan pengambilan hasil
hutan oleh masyarakat 83,33
16,67 100,00
2. Memperoleh keuntungan bisnis dari hasil pertanian
66,67 33,33
100,00 Rata-rata
75,00 25,00
100,00 Keterangan: - PBMSK = Pelaku bisnis yang memilih sebagai suatu kepentingan
- PBYTP = Pelaku bisnis yang tidak memberikan pilihan.
132
Tabel 27 memperlihatkan bahwa kepentingan pelaku bisnis terkait dengan TNLL adalah mendapatkan keuntungan dari berbagai peluang bisnis
dengan pengambilan hasil hutan oleh masyarakat dan keuntungan bisnis yang diperoleh dari hasil pertanian. Keinginan lain dari pelaku bisnis yakni
menginginkan adanya peluang usaha hendaknya diakomodir oleh pihak BTNLL yang dipadukan dengan keinginan Pemda untuk mengembangkan sumberdaya
yang berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata dengan melibatkan pelaku bisnis yang tertarik untuk mengembangkan usaha di bidang pariwisata.
Pengembangan objek wisata di wilayah TNLL dengan melibatkan pengusaha pelaku bisnis sebagai pemilik modal, diharapkan memberikan kesempatan kerja
bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar taman nasional agar ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan diharapkan dapat berkurang,
sehingga pada suatu saat TNLL akan terhindar dari perambahan. Terhindarnya kawasan taman nasional dari perambahan, merupakan salah satu jaminan
kelestarian kawasan TNLL.
5.3.8. Kepentingan AkademisiPeneliti