Karakteristik Petani Responden Analisis keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung dan padi di kabupaten Bolaang Mongondow propinsi Sulawesi Utara

Tabel 6. Luas Tanam Usahatani Tanaman Pangan Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2007 No. Kecamatan Luas Tanam ha Padi sawah + ladang Jagung Ubi Kayu Kacang Tanah 1. Passi Timur 330 1 740 29 43 2. Passi Barat 221.5 502 20.5 19.5 3. Bilalang 221.5 502 20.5 19.5 4. Lolayan 7 298 1 515 33 64 5. Dumoga Utara 13 262 2 907 31 59 6. Dumoga Timur 13 003 3 007 4 127 7. Dumoga Barat 7 980 3 025 38 69 8. Poigar 4 012 935 48 36 9. Bolaang 503.5 893 16.5 47 10. Bolaang Timur 503.5 893 16.5 47 11. Lolak 3 139 3 875 47 44 12. Sangtombolang 2 414 2 213 45 44 T O T A L 52 888 22 007 349 619 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow 2008 diolah Berdasarkan data pada Tabel 6 tersebut terlihat bahwa Kecamatan Dumoga Utara, Timur dan Barat memiliki areal pertanaman padi sawah dan ladang paling luas di Kabupaten Bolaang Mongondow. Hal ini tidak mengherankan karena sejak dulu Kecamatan Dumoga sebelum dimekarkan sudah menjadi lumbung beras bagi Bolaang Mongondow khususnya dan propinsi Sulawesi Utara pada umumnya. Sedangkan tanaman jagung luas areal pertanamannya umumnya merata pada setiap kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow.

5.2. Karakteristik Petani Responden

Secara umum karakteristik petani responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan terakhir, pengalaman berusaha tani, status anggota keluarga, potensi usahatani yang dimiliki diusahakan serta sumber-sumber pendapatan rumahtangga tani baik dari on farm, off farm maupun dari non farm. Pengertian on farm dalam penelitian ini adalah setiap pendapatan rumahtangga tani yang berasal langsung dari hasil usahatani yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga rumahtangga tani. Sedangkan off farm adalah setiap pendapatan rumahtangga tani yang berasal dari hasil usaha yang masih berhubungan dengan kegiatan usahatani yang dilakukan, seperti buruh tani, pengolah hasil pertanian dan lain-lain. Adapun non farm merupakan hasil pendapatan rumahtangga tani yang berasal dari kegiatan selain atau tidak berhubungan dengan kegiatan usahatani yang dilakukan, seperti berdagang, karyawan swasta, pegawai negeri, dan lain-lain. Dari 100 orang petani responden diperoleh hasil usia rata-rata sebesar 45 tahun dengan pendidikan terakhir umumnya sekolah dasar 49 persen. Tabel 7 memberikan gambaran umum mengenai kondisi usia para petani responden. Tabel 7. Karakteristik Usia Petani Responden Usia Persentase 20 -30 tahun 7 30 - 40 tahun 36 40 - 50 tahun 28 50 - 60 tahun 22 60 tahun 7 Total 100 Berdasarkan Tabel 7 tersebut dapat dikemukakan bahwa kondisi usia para petani responden rata-rata masih pada usia produktif usia kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat peluang untuk mengembangkan lagi usahatani yang sudah ada. Faktor pendidikan sangat memegang peranan penting dalam suatu manajerial usaha. Hal ini dapat terlihat dari kemampuan membaca peluang usaha yang dilakukan masing-masing petani responden. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 100 orang petani responden hanya satu orang petani yang memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi sarjana ekonomi. Dimana petani tersebut memiliki total pendapatan rumahtangga tani tertinggi yaitu Rp. 129 840 000 per tahun. Selengkapnya mengenai kondisi pendidikan petani responden seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Pendidikan Terakhir Petani Responden Pendidikan Terakhir Persentase Perguruan Tinggi 1 SMA 27 SMP 21 SD 49 Tidak Lulus SD 2 Total 100 Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa sebagian besar petani responden berpendidikan SD. Hal ini berpengaruh pada kemampuan dan kesempatan untuk memperoleh alternatif usaha guna pemenuhan pendapatan rumahtangga tani. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa dari 100 orang petani responden terdapat 31 orang petani yang menjadi buruh tani tenaga harian dan pemanjat kelapa atau rata-rata terdapat 1 – 2 orang anggota rumahtangga yang menjadi buruh tani. Pilihan menjadi buruh tani di luar kegiatan rutin usahatani terpaksa d s t h u u c y S s s r r h dilakukan k sebagai dam tersebut, ha hubungan k utama yang usahatani c cenderung m yang dimilik Sumber : Pu Gambar Tabe satu rumaht suami sebag rumahtangga rumahtangga hanya 29 per arena merek mpak dari tin asil penelitia koresponden dikelola. Pe campuran, s memilih usah ki oleh para p uspadi et al. r 3. Hubung el 9 memper tangga tani gai pencari n a namun b a tani, diman rsen yang m ka tidak me ngkat pendi an Puspadi nsi antara tin tani yang tin sedangkan p hatani panga petani yang 2005 gan Tingkat P rlihatkan sta di lokasi p nafkah utama berperan pe na terdapat r menjadi ibu ru miliki ketra dikan yang et al. 200 ngkat pendid ngkat pendid petani yang an, hal ini di berpendidik Pendidikan P atus dan per penelitian. D a, ternyata p enting pula rasio sebany umahtangga ampilan lain rendah. Ber 05 menunju dikan petani dikannya rela g tingkat p idasari karen kan lebih ting Petani denga ranan tiap an Dapat dikem osisi istri bu a dalam m ak 71 persen a biasa. selain berta rhubungan d ukkan bahw dengan jeni atif tinggi, b pendidikann na kemajuan ggi Gambar an Jenis Usa nggota kelua mukakan bah ukan hanya s menambah p n istri yang b ani, hal ini dengan hal wa terdapat s usahatani berada pada nya rendah n pola pikir r 3. ahatani arga dalam hwa selain sebagai ibu pendapatan bekerja dan Tabel 9. Status dan Peranan Anggota Keluarga Anggota keluarga Sekolah Bekerja Tidak Kerja belum sekolah Suami KK 100 Istri 0 71 29 Anak 15 tahun 68 1 18 Anak 15 tahun 44 20 14 Tanggungan lain 15 tahun 5 0 2 Tanggungan lain 15 tahun 1 1 4 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa umumnya para istri membantu para suami melakukan kegiatan usahatani, disamping itu sebagian lagi ada yang berdagang ataupun menjadi pegawai karyawan.

5.3. Struktur Pendapatan Petani dan Kepemilikan Lahan