5.4.1. Harga Bayangan Output
Harga yang digunakan sebagai dasar penentuan harga bayangan output adalah harga perbatasan border price. Berdasarkan informasi dan data yang
diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Utara bahwa kegiatan ekspor jagung terakhir yang tercatat berlangsung pada tahun
2007. Untuk tahun-tahun selanjutnya produksi jagung hanya diperuntukkan bagi kebutuhan lokal. Sehingga ditempuh pendekatan kegiatan ekspor jagung di
pelabuhan terdekat, yaitu Gorontalo. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Propinsi Gorontalo, diperoleh harga
FOB jagung di Pelabuhan Anggrek Gorontalo pada tahun 2008 sebesar US 275 per ton. Kemudian dikonversi dengan Shadow Exchange Rate SER Rp.9 753.59,
maka diperoleh harga FOB sebesar Rp. 2 682 per kg. Selanjutnya ditambah dengan dengan biaya angkut ke kabupaten dan kecamatan sebesar Rp. 140 per
kg, dan biaya bongkar muat di pelabuhan truck losing sebesar Rp. 19 per kg, sesuai data Pelindo 2009. Sehingga diperoleh harga sosial output jagung pipilan
di tingkat petani sebesar Rp. 2 841 per kg. Harga bayangan beras dilakukan pendekatan pada harga CIF Bangkok 15
persen broken rata-rata tahun 2008 sebesar US 515.8 per ton, sesuai data Harga Komoditi di Pasar Dunia - Bank Indonesia 2009. Setelah dikurangi
dengan bea masuk sebesar Rp. 450 per kg dan PPH impor 2.5 persen maka harga border beras menjadi sebesar Rp. 4 455 per kg. Selanjutnya ditambah dengan
biaya penanganan dan angkutan, maka harga sosial beras di tingkat petani sebesar Rp. 4 614 per kg.
5.4.2. Harga Bayangan Lahan
Dalam penelitian ini harga bayangan lahan adalah nilai sewa lahan yang berlaku di daerah setempat. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa mekanisme
pasar lahan di pedesaan berjalan dengan baik. Walaupun berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa sebagian besar petani merupakan pemilik
lahan baik yang diperoleh secara beli tunai maupun warisan orang tua, namun terdapat pula beberapa petani yang menyewa lahan bahkan di Desa Lolak II
Kecamatan Lolak keseluruhan status lahan petani adalah penggarap sewa karena lahan di lokasi tersebut berstatus Hak Guna Usaha HGU. Sehingga untuk
perhitungan harga bayangan ditempuh cara menyeragamkan ke dalam nilai sewa lahan, dimana untuk Desa Lolak II Kecamatan Lolak berlaku ketentuan sewa 5
persen dari hasil panen per tahun, sedangkan untuk empat kecamatan lainnya berlaku 20 persen dari hasil panen per tahun. Secara ringkas harga sewa lahan
yang berlaku di lokasi penelitian seperti terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rekap Harga Sewa Lahan Rata-Rata di Lokasi Penelitian
Ukuran Lahan ha
Rata-Rata Harga Sewa Rp
0.25 - 0.75 701 228
1 - 3 1 280 732
4 2 960 000
5.4.3. Harga Bayangan Sarana Produksi dan Peralatan