jasa menjadi sumber dominan dari keunggulan kompetitif. Sedangkan faktor investasi besar dalam infrastruktur, administrasi negara yang baik, insentif
terhadap investasi dan akses yang baik pada kapital menciptakan produktivitas yang baik. Investment-driven economy dikonsentrasikan pada manufaktur dan
jasa-jasa eksport. Pada tahap innovation-driven, kemampuan inovasi produk dan jasa menjadi terdepan. Dengan menggunakan beberapa metode lanjutan, maka hal
ini menjadi sumber yang dominan dari keunggulan kompetitif. Institusi dan insentif mendukung inovasi dengan baik. Perusahaan-perusahaan bersaing dengan
produk-produk strategis secara global. Pada tahap ini ekonomi memiliki high share
dari jasa-jasa dalam ekonomi dan tahan terhadap external shock.
2.2. Kebijakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
RPPK merupakan salah satu dari Triple Track Strategy Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran, serta
peningkatan daya saing ekonomi nasional. Target penurunan kemiskinan dari 16.6 persen tahun 2004 menjadi 8.2 persen tahun 2009 dan penurunan pengangguran
terbuka dari 9.7 persen tahun 2004 menjadi 5.1 persen tahun 2009, mengharuskan dilakukannya berbagai usaha pembangunan ekonomi untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi rata-rata hingga 6.6 persen per tahun, rasio investasi terhadap PDP harus naik dari 16 persen pada tahun 2004 menjadi 24.4 persen
pada tahun 2009 www.aphi-net.com, diakses pada 26 Agustus 2008 jam 14:00. Triple Track Strategy
tersebut yaitu: 1 stabilisasi ekonomi makro mendukung pertumbuhan 6.6 persen per tahun, 2 menggerakkan kembali sektor
riil, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM, dan 3 revitalisasi
pertanian dan perekonomian pedesaan. Sebagai konsekuensi maka diperlukan kebijakan yang mensinergikan sektor pertanian, industri dan jasa. Berkaitan
dengan hal tersebut, Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan RPPK ditetapkan sebagai salah satu program pembangunan, dengan maksud:
1. Menegaskan komitmen pemerintah terhadap revitalisasi pertanian, perikanan,
dan kehutanan Indonesia. 2.
Mensosialisasikan arah dan strategi revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan Indonesia.
3. Memberi arah dan mendorong investasi di bidang pertanian, perikanan, dan
kehutanan, baik investasi publik, investasi swasta, maupun investasi masayarakat.
4. Menjadi awal bagi perumusan dan implementasi rangkaian kebijakan di bidang
pertanian, perikanan, dan kehutanan. 5.
Menfasilitasi komunikasi antar petani, nelayan, pengusaha pertanian, investor, pemerintah, akademisi dan stakeholder lainnya Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2008. Sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat tersebut, maka Pemerintah
Propinsi Sulawesi Utara meluncurkan Crash Program Agribisnis pada tahun 2005, dimana salah satunya adalah program revitalisasi komoditas jagung.
Pemilihan jagung dengan alasan bahwa kebutuhan Indonesia terhadap jagung mencapai 11 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru mencapai 9
juta ton, sedangkan impor jagung setiap tahun mencapai 2 juta ton. Produksi jagung Sulawesi Utara sekitar 140 ribu ton pada tahun 2004, sementara lahan
yang potensial untuk pertanaman jagung sebesar 200 ribu hektar. Sehingga
pemerintah menargetkan 50 ribu hektar diantaranya dapat dikelola secara intensif dengan target produksi 400 ribu ton per tahun. Hal ini diharapkan selain dapat
memenuhi permintaan nasional, juga diorientasikan untuk penyediaan bahan baku bagi pabrik pakan ternak yang akan dibangun di Sulawesi Utara dengan
kebutuhan sekitar 150 ribu ton per tahun. Disamping itu masyarakat Sulawesi Utara sangat familiar dengan tanaman jagung, hal ini ditunjukkan dengan adanya
varietas unggul lokal yang bernama “Manado Kuning” Manado Post, 10 November 2005.
Secara umum kebijakan dan strategi Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan adalah sebagai berikut:
1. Pengurangan kemiskinan dan kegureman, pengurangan pengangguran, serta
pencapaian skala keekonomian usaha Pertanian, Perikanan dan Kehutanan PPK terutama melalui pengelolaan pertanahan, tataruang dan keagrariaan;
fasilitasi pengembangan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha diluar usahatani diwilayah pedesaan, pengembangan agroindustri pedesaan,
diversifikasi kegiatan produksi PPK, pengembangan infrastruktur, dan pengembangan kelembagaan usaha petani, nelayan dan petani-hutan serta
pemenuhan hak-hak dasar petani, nelayan dan petani-hutan. 2.
Peningkatan daya saing, produktivitas, nilai tambah dan kemandirian produksi dan distribusi PPK terutama melalui praktek usaha pertanian yang baik good
agriculture practices , pengembangan usaha baru dan multiproduk,
pengembangan agroindustri pedesaan, pengembangan infrastruktur, pengembangan kelembagaan usaha petani, nelayan dan petani hutan,
pengembangan dan peningkatan akses terhadap berbagai layanan usaha,
pengurangan hingga penghilangan berbagai hambatan usaha dan sumber ekonomi biaya tinggi, serta perlindungan usaha atas persaingan tidak adil.
3. Pelestarian dan pemanfaatan lingkungan hidup dan sumberdaya alam secara
berkelanjutan, terutama melalui pengelolaan konservasi, pengelolaan pertanahan, tata-ruang dan keagrariaan serta mendorong pengembangan usaha,
penerapan teknologi dan kelembagaan yang ramah lingkungan serta penegakkan hukum www.aphi-net.com, diakses pada 26 Agustus 2008 jam
14:00.
2.3. Penelitian Terdahulu