Prosedur Penelitian dan Metode Pengambilan Contoh

4.3. Prosedur Penelitian dan Metode Pengambilan Contoh

Secara garis besar prosedur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Studi pustaka berupa pengumpulan berbagai bahan bacaan baik dari berbagai buku, makalah, laporan, jurnal, web site serta bahan lain yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Data dan informasi yang diperoleh dalam tahap ini merupakan himpunan data sekunder. 2. Menyangkut kegiatan persiapan pelaksanaan penelitian lapangan. Kegiatan ini mencakup pembuatan daftar kuisioner, diskusi dengan pihak-pihak terkait dan para pakar yang berkaitan dengan kegiatan ini, pengurusan perijinan, pemantapan tim kerja peneliti, serta negosiasi dengan calon responden tentang penetapan waktu penelitian dan wawancara. 3. Pelaksanaan dilapangan, yaitu kegiatan wawancara dengan responden dan observasi lapangan serta pengumpulan data sekunder pendukung. Dalam wawancara, kepada responden diajukan sejumlah pertanyaan sesuai dengan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan. Sedangkan observasi lapangan digunakan untuk menggali data fisik yang diperlukan untuk melengkapi data yang tidak terhimpun dalam kuesioner berupa wawancara terbuka tanpa kuisioner. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan potensi pengembangan usahatani jagung berupa tingkat produktivitas serta jarak ke Ibukota Propinsi Manado dan kota kabupaten Kotamobagu. Hal ini penting karena pertimbangan walaupun suatu kecamatan memiliki luas areal tanam maupun panen yang cukup besar namun jika jauh dari pusat-pusat ekonomi daerah, maka akan memperlemah posisi tawar produk yang bersangkutan. Usahatani jagung diambil sebagai tolok ukur penentuan lokasi penelitian karena dalam penelitian ini memang fokus utamanya adalah usahatani jagung, sehingga pemilihan lokasi pun disesuaikan dengan daerah sentra pengembangan jagung di Kabupaten Bolaang Mongondow. Berdasarkan hal tersebut diperoleh 5 kecamatan dari 12 kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow yang dapat memenuhi kriteria potensi pengembangan jagung dan jarak ke pusat ekonomi, yaitu Kecamatan Poigar produktivitas usahatani jagung 3.44 ton per ha per tahun, Bolaang Timur produktivitas usahatani jagung 3.46 ton per ha per tahun, Bolaang produktivitas usahatani jagung 3.46 ton per ha per tahun, Lolak produktivitas usahatani jagung 3.47 ton per ha per tahun, dan Lolayan produktivitas usahatani jagung 3.41 ton per ha per tahun, dimana kelima kecamatan tersebut memiliki jarak rata-rata ke ibukota propinsi 50 – 80 km dan ke kota Kotamobagu 10 – 30 km Badan Pusat Statistik Bolaang Mongondow, 2008. Pada tiap kecamatan kemudian ditentukan desa-desa sampel dengan rasio sampling sebesar 5 persen, sehingga diperoleh rata-rata satu desa tiap kecamatan yang dapat mewakili sejumlah desa pada masing-masing kecamatan. Selanjutnya desa mana yang akan dijadikan sampel tiap kecamatan ditentukan secara purposive berdasarkan informasi dan rekomendasi dari Balai Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan, yaitu Desa Nonapan I Kecamatan Poigar, Desa Bolaang Kecamatan Bolaang Timur, Desa Langagon Kecamatan Bolaang, Desa Lolak II Kecamatan Lolak dan Desa Lolayan Kecamatan Lolayan. Selanjutnya pada tiap desa diambil 20 petani responden yang melakukan kegiatan usahatani utama jagung, sehingga jumlah total responden sebesar 100 responden. Pengamatan dilakukan di tingkat Rumahtangga Tani RTT. Penentuan petani sampel dilakukan menurut kriteria acak sederhana. Sedangkan untuk informan kunci seperti Penyuluh Pertanian Lapangan PPL, aparat desa, dan tokoh masyarakat ditentukan secara sengaja purposive dengan maksud untuk mempermudah perolehan informasi yang lebih mendalam dan terarah. Dalam penelitian ini menitikberatkan pengamatan dan pengambilan data pada kegiatan usahatani jagung, disamping itu sebagai pembanding digali pula informasi mengenai usahatani lain yang juga dilakukan di lahan petani yang bersangkutan.

4.4. Metode Analisis