Struktur Pendapatan Petani dan Kepemilikan Lahan

Tabel 9. Status dan Peranan Anggota Keluarga Anggota keluarga Sekolah Bekerja Tidak Kerja belum sekolah Suami KK 100 Istri 0 71 29 Anak 15 tahun 68 1 18 Anak 15 tahun 44 20 14 Tanggungan lain 15 tahun 5 0 2 Tanggungan lain 15 tahun 1 1 4 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa umumnya para istri membantu para suami melakukan kegiatan usahatani, disamping itu sebagian lagi ada yang berdagang ataupun menjadi pegawai karyawan.

5.3. Struktur Pendapatan Petani dan Kepemilikan Lahan

Petani responden di lima kecamatan lokasi penelitian semuanya bermata pencaharian utama dari kegiatan usahatani, baik tanaman pangan, peternakan maupun perkebunan. Dimana sebagian besar merupakan pemilik lahan, hanya satu kecamatan saja yang keseluruhan petaninya tidak memiliki lahan atau hanya menggarap yaitu di Kecamatan Lolak Desa Lolak II. Lahan di Desa Lolak II merupakan milik perusahaan perkebunan kelapa daerah sehingga statusnya Hak Guna Usaha HGU, sedangkan para petani merupakan keturunan keempat dari penduduk asal Sangihe Talaud yang bertransmigrasi bedol desa karena bencana alam Gunung Awu dan Gunung Karangetang pada tahun 50-an. Pada lahan HGU tersebut diberlakukan ketentuan pembayaran sewa sebesar 5 persen dari hasil penjualan komoditi jagung dan padi per tahunnya yang disetorkan ke mandor perusahaan. Selengkapnya mengenai status dan penguasaan lahan pertanian oleh petani di lokasi penelitian seperti terlihat pada Tabel 10. Tabel 10. Sebaran Petani Responden Menurut Luas Lahan Garapan Usahatani Jagung di Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2009 No. Luas Lahan ha Jumlah petani orang Persentase 1. 0.25 - 0.75 24 24 2. 1 - 2 70 70 3. 3 - 4 4 4 4. 4 2 2 Total 100 100 Keseluruhan petani responden melakukan kegiatan usahatani jagung dan padi sebagai sumber mata pencaharian utama, disamping sebagian kecil berusahatani kedelai, peternakan sapi, kambing dan babi dan perkebunan kelapa-kopra. Hal ini didasari pada curahan waktu kerja pada kegiatan usahatani jagung dan padi sebanyak 8 – 10 jam per hari. Sedangkan pendapatan rumahtangga tani yang berasal dari off farm adalah buruh tani harian dan pemanjat kelapa musiman serta penangkar benih pohon. Sebagian lagi petani responden memiliki alternatif usaha di luar kegiatan usahatani non-farm diantaranya berdagang, karyawan swasta, Pegawai Negeri Sipil PNS, TNIPolri, penjahit, tukang bangunan dan pengendara angkutan. Selengkapnya mengenai struktur pendapatan petani responden seperti terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Struktur Pendapatan Rumahtangga Tani Responden Sumber pendapatan Rasio petani Pendapatan rata-rata per Periode Rp On Farm : 1. UT Jagung MT 2. UT Padi MT 3. UT kedelai MT 4. Perkebunan kwartal 5. Peternakan musiman 100 69 4 20 20 3 771 776 8 367 037 1 217 250 6 131 825 3 863 158 Off Farm : 1. Buruh tani mingguan 2. Buruh pengumpulpemanjat kelapa mingguan 3. Penangkar benih pohon bulanan 26 5 1 679 194 270 000 700 000 Non Farm : 1. Dagang mingguan 2. Karyawan bulanan 3. PNSTNIPOLRI bulanan 4. Penjahit mingguan 5. Tukang bangunan mingguan 6. Angkutan mingguan 16 1 6 1 5 7 804 688 4 000 000 1 191 667 1 140 000 772 000 817 500 Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa secara umum pendapatan rata-rata rumahtangga tani responden dari kegiatan usahatani masih rendah, terutama dari usahatani jagung. Sehingga jika rumahtangga tani hanya melakukan satu usahatani monokultur saja, misalnya hanya jagung saja, maka dapat dipastikan akan terjadi kesulitan keuangan dalam rumahtangga. Hal ini biasanya diatasi petani dengan cara meminjam atau mengijon terlebih dahulu usahataninya pada pedagang pengumpul desa toko pertanian. Dari lima desa lokasi penelitian diperoleh data Desa Nonapan I Kecamatan Poigar memiliki tingkat pendapatan rumahtangga tani terendah, yaitu hanya Rp. 19 972 850 per tahun atau rata-rata per bulan Rp. 1 664 404 dan umumnya petani responden hanya menggantungkan hidup pada satu sampai dua alternatif usaha untuk menghidupi rumahtangganya. Sedangkan yang tertinggi pendapatan rumahtangga taninya adalah Desa Langagon Kecamatan Bolaang yang rata-rata pendapatan rumahtangga taninya Rp. 38 758 188 per tahun atau rata-rata per bulan Rp. 3 229 849 dengan dua sampai empat alternatif usaha untuk menghidupi rumahtangganya. Selengkapnya rata-rata pendapatan rumahtangga tani masing-masing responden pada lima lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

5.4. Justifikasi Harga Bayangan