Harga Bayangan Sarana Produksi dan Peralatan

5.4.2. Harga Bayangan Lahan

Dalam penelitian ini harga bayangan lahan adalah nilai sewa lahan yang berlaku di daerah setempat. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa mekanisme pasar lahan di pedesaan berjalan dengan baik. Walaupun berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa sebagian besar petani merupakan pemilik lahan baik yang diperoleh secara beli tunai maupun warisan orang tua, namun terdapat pula beberapa petani yang menyewa lahan bahkan di Desa Lolak II Kecamatan Lolak keseluruhan status lahan petani adalah penggarap sewa karena lahan di lokasi tersebut berstatus Hak Guna Usaha HGU. Sehingga untuk perhitungan harga bayangan ditempuh cara menyeragamkan ke dalam nilai sewa lahan, dimana untuk Desa Lolak II Kecamatan Lolak berlaku ketentuan sewa 5 persen dari hasil panen per tahun, sedangkan untuk empat kecamatan lainnya berlaku 20 persen dari hasil panen per tahun. Secara ringkas harga sewa lahan yang berlaku di lokasi penelitian seperti terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rekap Harga Sewa Lahan Rata-Rata di Lokasi Penelitian Ukuran Lahan ha Rata-Rata Harga Sewa Rp 0.25 - 0.75 701 228 1 - 3 1 280 732 4 2 960 000

5.4.3. Harga Bayangan Sarana Produksi dan Peralatan

Pada penelitian ini ditemukan fakta bahwa para petani setempat saat ini hanya menggunakan dua jenis pupuk yaitu urea dan phonska. Adapun KCl tidak digunakan lagi karena harganya yang sangat mahal dan tidak terjangkau petani kecil mencapai Rp. 800 000 per 50 kg, sedangkan SP-36 sudah sangat jarang ditemukan di pasaran. Harga privat pupuk dalam penelitian ini menggunakan harga jual aktual harga pasaran di lokasi penelitian Tabel 13. Sedangkan penentuan harga bayangan pupuk urea dan phonska dilakukan pendekatan yang berbeda. Harga bayangan pupuk urea mengacu pada harga FOB pupuk urea produksi PT. Pupuk Kaltim di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya posisi harga tahun 2008 sebesar Rp. 4 100 per kg, sesuai data dari Forum Tani 2009. Kemudian ditambah dengan biaya bongkar muat sebesar Rp. 19 per kg, biaya angkut dari pelabuhan ke kota propinsi sebesar Rp. 70 per kg dan dari kota propinsi ke kecamatan sebesar Rp. 70, sesuai data dari Pelindo Bitung 2009. Sehingga diperoleh harga pupuk urea di tingkat petani sebesar Rp. 4 250 per kg Tabel 13. Harga sosial pupuk phonska dalam analisis PAM menggunakan pendekatan harga pupuk tersebut di pasar bebas. Hal ini dilakukan karena sulitnya mencari border price pupuk phonska, yang tersedia hanya harga border bahan- bahan baku untuk pembuatan pupuk sehingga sulit menentukan border price harga pupuk tersebut. Untuk itu, dilakukan pendekatan pada harga NPK 15-15-15 yang dipasarkan oleh PT. Anugrah Tambang Pratama sebesar Rp. 5 000 per kg Tabel 13. Hal ini dapat dilakukan karena pupuk phonska produksi PT. Petrokimia Gresik merupakan jenis pupuk majemuk NPK 15-15-15. Selain itu karena harga sosial merupakan harga yang bebas dari pengaruh distorsi harga dalam ini kebijakan subsidi, sehingga produk yang tidak terkena subsidi harga jualnya di lepas ke mekanisme pasar pasar bebas, maka pendekatan harga sosial phonska melalui harga jual dipasar bebas dapat dilakukan. Harga bayangan benih jagung didekati dari harga bayangan komoditi tersebut sebagai output, namun karena memiliki aspek quality control maka harga bayangan benih lebih besar dibanding harga bayangannya sebagai output. Sehingga harga bayangan sosial benih pada Tabel 13 dihitung berdasarkan rata- rata harga aktual harga privat benih jagung di lokasi penelitian, kemudian dibagi dengan rata-rata harga jual aktual jagung pipilan output di lokasi penelitian rata-rata Rp. 2 138 per kg, selanjutnya dikali dengan harga bayangan jagung pipilan output sebesar Rp. 2 785 per kg. Cara yang sama dilakukan untuk harga bayangan benih padi, dimana acuan harga adalah harga privat atau harga aktual setempat yaitu sebesar Rp. 2 734 per kg. Hanya saja untuk benih padi perlu mempertimbangkan faktor konversinya yaitu 1 kg padi = 0.64 kg beras. Tabel 13. Rekap Harga Privat dan Sosial Sarana Produksi Usahatani Jagung di Lokasi Penelitian No. Uraian Satuan Harga Privat Rp Harga Sosial Rp 1. Benih hibrida kg 30 941 41 127 2. Pupuk urea kg 1 476 4 259 3. Pupuk phonska kg 2 505 5 000 4. Herbisida cair liter 76 424 76 424 5. Pestisida cair liter 66 882 66 882 6. Sewa alat pipil Rpkg 56 56 7. Penyusutan alat : sekop, cangkul dan parang 60 313 60 313 Untuk komponen herbisida dan pestisida cair, harga privat dan sosial harga bayangan merupakan harga beli di lokasi penelitian harga pedagang pengumpul desa toko saprodi setempat Tabel 13. Hal ini didasari asumsi bahwa border price hanya pada komponen atau bahan baku pembuatan pestisida dan herbisida tersebut, sehingga sulit untuk menentukan harga bayangan berdasarkan border price bahan baku. Selain itu karena baik herbisida maupun pestisida merupakan input sarana produksi yang tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah, sehingga harga jual di lepas ke mekanisme pasar pasar bebas. Untuk itu harga sosial harga bayangan sama dengan harga privatnya harga aktualnya. Terlihat pada Tabel 13 bahwa untuk sewa alat pipil menggunakan satuan Rp per kg. Hal ini karena perhitungan sewa alat pipil berdasarkan jumlah koli kg jagung pipilan yang dihasilkan. Dimana untuk pembayaran sewa alat rata-rata dihargai sebesar Rp. 56 per kg jagung pipilan. Biasanya pembayaran dalam bentuk uang tunai namun ada pula penyewa alat yang membayar dalam bentuk natura jagung pipilan, hal ini terjadi sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

5.4.4. Harga Bayangan Tenaga Kerja