Metode Analisis Kualitas Lingkungan Fisik Ekologi Pelabuhan

Gambar 12 Peta Titik Stasiun Lokasi Pengambilan Sampel Analisis Kualitas Air Perairan Pelabuhan Tanjung Priok 2004-2008 66 67 67 Evaluasi kualitas udara pada titik 1 sampai titik 11 pendataan di darat Pelabuhan Tanjung Priok disajikan pada Lampiran 16 sampai Lampiran 26. Penetapan paramater-paramater dasar untuk menghitung Indeks Standar Pencemar Udara ISPU dan periode waktu pengukuran, penetapan Angka dan Kategori Indeks Standar Pencemar Udara ISPU, Pengaruh ISPU untuk Setiap Parameter Pencemar dan Batas ISPU Dalam Satuan SI dalam bentuk tabel dan grafik disajikan pada Tabel 8, Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11. Tabel 8 Parameter-Parameter Dasar Untuk Indeks Standar Pencemar Udara ISPU dan Periode Waktu Pengukuran No. PARAMETER WAKTU PENGUKURAN KET 1. Partikulat PM10 24 jam Periode pengukuran rata-rata 2. Sulfur Dioksida SO2 24 jam Periode pengukuran rata-rata 3. Carbon Monoksida CO 8 jam Periode pengukuran rata-rata 4. Ozon O3 1 jam Periode pengukuran rata-rata 5. Nitrogen Dioksida NO2 1 jam Periode pengukuran rata-rata Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Tentang: Pedoman Teknis Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara Nomor: kep-107kabapedal111997 Catatan :  Hasil pengukuran untuk pengukuran kontinyu diambil harga rata-rata tertinggi waktu pengukuran.  ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari data rata-rata sebelumnya 24 jam sebelumnya.  Waktu terakhir pengambilan data dilakukan pada pukul 15.00 Waktu Indonesia Bagian Barat WIBB.  ISPU yang dilaporkan kepada masyarakat berlaku 24 jam ke depan pkl 15.00 tgl n sampai pkl 15.00 tgl n+1 Tabel 9 Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara ISPU untuk Setiap Parameter Pencemar Kategori Ren- tang Carbon Monoksida CO Nitrogen NO2 Ozon O3 Sulfur Dioksida SO2 Partikulat Baik 0-50 Tidak ada efek Sedikit berbau Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat Kombinasi Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi Tidak ada efek Kategori Ren- tang Carbon Monoksida CO Nitrogen NO2 Ozon O3 Sulfur Dioksida SO2 Partikulat dengan SO2 Selama 4 Jam dengan O3 Selama 4 Jam Sedang 51 - 100 Perubahan kimia darah tapi tidak terdeteksi Berbau Luka pada Babarapa spesies tumbuhan Luka pada Beberapa spesies lumbuhan Terjadi penurunan pada jarak pandang Tidak Sehat 101-199 Peningkatan pada kardiovaskularp ada perokok yang sakit jantung Bau dan kehilangan warna. Peningkatan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma Penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih keras Bau, Meningkatnya kerusakan tanaman Jarak pandang turun dan terjadi pengotoran debu di mana- mana Sangat Tidak Sehat 200-299 Maningkat nya kardiovaskular pada orang bukan perokok yang berpanyakit Jantung, dan akan tampak beberapa kalemahan yang terlihat secara nyata Meningkatnya sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronhitis Olah raga ringan mangakibat kan pengaruh parnafasan pada pasien yang berpenyaklt paru-paru kronis Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asthma dan bronhitis Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asthma dan bronhitis Berbahaya 300 - lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Tentang: Pedoman Teknis Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara Nomor: kep-107kabapedal111997 Dalam bentuk tabel : Tabel 10 Batas Indeks Standar Pencemar Udara ISPU Dalam Satuan SI Indeks Standar Pencemar Udara 24 jam PM10 ugm3 24 Jam SO2 ugm3 B jam CO ugm3 1 jam O3 mgm3 1 jam NO2 ugm3 10 50 80 5 120 2 100 150 365 10 235 2

200 350

800 17 400 1130 300 420 1600 34 800 2260 400 500 2100 46 1000 3000 500 600 2620 57.5 1200 3750 Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Tentang: Pedoman Teknis Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara Nomor: kep-107kabapedal111997 Batas Indeks Standar Pencemar Udara ISPU 1 Berdasarkan Perhitungan Konsentrasi nyata ambient Xx = ppm, mgm3, dan lain-lain. Angka nyata ISPU 1 Contoh Perubahan Angka Secara Perhitungan : Diketahui konsentrasi udara ambient untuk jenis parameter SO2, adalah : 322 ugm3. Konsentrasi tersebut jika dirubah ke dalam angka Indeks Standar Pencemar Udara adalah sebagai berikut: Tabel 11 Batas Indeks Standar Pencemar Udara Dalam Satuan SI Indeks Standar Pencemar Udara 24 Jam PM10 ugm3 8 Jam SO2 ugm3 8 Jam CO ugm3 1 Jam O3 ugm3 1 Jam NO2 ugm3 50 50 80 5 120 100 150 365 10 253

200 350

800 17 400 1130 300 420 1600 34 800 2260 400 500 2100 46 1000 3000 500 600 2620 57.5 1200 3750 Maka : Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran 322 ugm3  322 ugm3 Ia = ISPU batas atas 100 baris 3  100 baris 3 Ib = ISPU batas bawah 50 baris 2  50 baris 2 Xa = Ambien batas atas 365 baris 3  365 baris 3 Xb = Ambien batas bawah 80 baris 2  80 baris 2 Sehingga angka-angka tersebut dimasukan dalam rumus menjadi: = 92.45 = 92 Pembulatan Jadi konsentrasi udara ambien S02 322 mgm3 dirubah menjadi Indeks Standar Pencemar Udara ISPU : 92 I = ISPU terhitung Xa = Ambien batas atas Ia = ISPU batas atas Xb = Ambien batas bawah Ib = ISPU batas bawah Xx = Kadar Ambien byata hasil pengukuran 2 Berdasarkan Grafik Contoh: Jika diketahui konsentrasi urtuk paremeter PM10 adalah 250 ugm3 konesntrasi ini jika dirubah dalam Indeks Standar Pencemar Udara dengan menggunakan grafik adalah sebagai berikut: Dari kurva batas angka indeks standar pencemar udara dalam satuan matriks, sumbu X di angka 250 ditarik ke atas sampai menyentuh garis dan ditarik ke kiri sampai meryentuh sumbu Y didapat angka 150. Sehingga konsentrasi PM10 250 dirubah menjadi angka Indeks Standar Pencemar Udara menjadi 150. Untuk lebih jelas disajikan pada Gambar 14. Indeks standar pencemaran udara dalam grafik untuk setiap parameter pencemaran udara disajikan pada Lampiran 27. c. Metode Analisis Kondisi Kebersihan dan Penghijauan Parameter untuk menilai kondisi kebersihan, dan penghijauan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dalam studi ini, terdiri dari : 1 Parameter Kondisi Kebersihan Parameter yang dinilai adalah ketersediaan sarana kebersihan dan pengolahan limbah serta pola pengumpulan dan pengangkutan sampah yang dilakukan setiap hari di bagian daratan, maupun di bagian perairan Pelabuhan Tanjung Priok. Penilaian terhadap ketersediaan sarana kebersihan dan pengolahan limbah didasarkan terhadap jumlah dan kapasitas yang dimiliki oleh PT Pelindo II Persero Cabang Pelabuhan Tanjung Priok dengan perusahaan- Gambar 14 Kurva Batas Angka Indeks Standar Pencemar Udara ISPU dalam Satuan Matriks perusahaan yang memiliki kantor di dalam pelabuhan. Penilaian terhadap pola pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan secara diskriptif, berdasarkan wadah dan letak titik pengumpulan sampah yang dapat dibedakan menjadi :  Pola individual langsung dan tidak langsung  Pola komunal langsung dan tidak langsung Ineffisiensi dapat terjadi pada sistem pengumpulan sampah ini, sehingga sampah masuk ke dalam air perairan. Tinjauan visual dilakukan terhadap titik- titik yang potensial menjadi tempat masuknya sampah. Metode analisis secara kwantitatif dilakukan dengan cara menganalisis prosentase, kemampuan mengumpulkan dan membuang sampah dari dalam kawasan pelabuhan ke luar kawasan sesuai ketentuan akan menentukan klasifikasi kondisi kebersihan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok. Kondisi kebersihan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok eksisting tahun 2009 di dalam analisis studi penelitian ini diklasifikasikan atas kategori :  Kondisi kebersihan sangat baik : Ketersediaan sarana dan prasarana 80 - 100 dari standar ideal dan volume sampah yang terangkut 90 - 100 dari volume sampah yang ada.  Kondisi kebersihan baik : Ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan 70 - 80 dari standar ideal dan volume sampah yang terangkut atau diproses melalui 3R adalah 80 - 90 dari volume sampah yang ada.  Kondisi kebersihan sedang : Ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan 60 - 70 dari standar ideal dan volume sampah yang terangkut atau diproses melalui 3R adalah 70 - 90 dari volume sampah yang ada.  Kondisi kebersihan rendah : Ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan di bawah 60 dari standar ideal dan volume sampah yang terangkut atau diproses melalui 3R adalah di bawah 70 dari volume sampah yang ada. 2 Parameter Kondisi Penghijauan Parameter kondisi penghijauan yang dinilai adalah penghijauan dalam bentuk jalur hijau greenbelt eksisting tahun 2009 di bagian daratan pelabuhan dibandingkan dengan standar rencana penghijauan kawasan privat sesuai Undang-Undang Penataan Ruang. Kondisi penghijauan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok di dalam analisis ini akan diklasifikasikan atas kategori :  Kondisi penghijauan sangat baik : 20 sampai 30  Kondisi penghijauan sedang baik : 10 sampai 20  Kondisi penghijauan rendah : 0 sampai 10 Prosentase ketersediaan penghijauan jalur hijau di dalam studi penelitian ini ditekankan pada jumlah luasan ruang terbuka hijau terkait dengan peran dan fungsinya sebagai buffer zone untuk memberikan nuansa asri, teduh dan nyaman serta mengurangi tingkat pemanasan bumi di kawasan pelabuhan.

d. Metode Analisis Tingkat Sedimentasi Perairan Pelabuhan

Untuk melihat besaran Sedimentasi digunakan persamaan DPMA 1983 yaitu : Qs = Qi x C x K Dimana : Qs = Debit Sedimen kghari Qi = Debit aliran rata-rata m 3 detik C = Konsentrasi TSS mgl K = 0,08564 konstanta pengubah dimensi satuan Berdasarkan nilai persamaan tersebut di atas, kemudian dikonversikan ke dalam besaran tonhatahun : Qsthn = Qs x D CA Dimana : Qsthn = Besaran sedimentasi selama satu tahun tonhatahun D = Jumlah hari selamat setahun 365 hari CA = Luas catchment area ha Setelah besaran sedimentasi diketahui, kemudian dibandingkan dengan klasifikasi tingkat sedimentasi untuk mengetahui nilai sedimentasinya. Klasifikasi tersebut di dalam analisis studi ini adalah sebagai berikut : 1 Besaran sedimentasi 20 tontahun : Sangat rendah 2 Besaran sedimentasi 20 – 60 tontahun : Rendah 3 Besaran sedimentasi 60 – 180 tontahun : Sedang 4 Besaran sedimentasi 180 tontahun : Tinggi Selanjutnya dalam pengklafisikasian secara umum, tingkat sedimentasi dapat diukur dari frekuensi pengerukan untuk kolam perairan dan alur pelayaran, yaitu : 1 Tingkat sedimentasi rendah : Pengerukan kolam perairan dan alur pelayaran satu kali di atas 5 tahun. 2 Tingkat sedimentasi sedang : Pengerukan kolam perairan satu kali dalam 5 tahun dan alur pelayaran per 3 tahun. 3 Tingkat sedimentasi tinggi : Pengerukan kolam perairan di bawah 5 tahun dan alur pelayaran di bawah 3 tahun. 3.6.2 Metode Analisis Aspek Sosial Pertumbuhan Pelabuhan Penelitian aspek sosial kondisi eksisting di dalam pelabuhan dan kawasan penyangga mengacu pada data-data sekunder dari instansi-instansi yang terkait dan survei lapangan. Data-data sosial ekonomi di kawasan penyangga sekitar Pelabuhan Tanjung Priok yaitu Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja, dan Kecamatan Cilincing yang akan dianalisis adalah: a Tingkat pendidikan responden, b Pertumbuhan Penduduk, c Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan kepelabuhanan d Pendapatan masyarakat responden, e Jenis mata pencaharian penduduk dan pertumbuhan kegiatan usahaekonomi sebagai efek ganda dari keberadaan pelabuhan, f Tingkat pengetahuan penduduk terhadap lingkungan dan kepelabuhanan, g Tanggapan masyarakat terhadap keberadaan dan rencana pengembangan pelabuhan, h Program bina lingkungan dari pengelola pelabuhan terhadap kawasan sektor pelabuhan, i Data kecelakaan kerja di pelabuhan dan j Data keamanan pelabuhan . Parameter aspek sosial pelabuhan yang dimulai dalam studi ini adalah analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan penyangga pelabuhan yaitu tingkat pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan standar penilaian dari Badan Pusat Statistik dan Keputusan Gubernur tentang Upah Minimum Propinsi UMP, persepsi masyarakat terhadap keberadaan dan rencana pengembangan pelabuhan, bina lingkungan dan tingkat kerawanan sosial masyarakat di sekitar pelabuhan. Analisis sosial di dalam pelabuhan meliputi tingkat Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan K3 para pekerja dan tingkat keamanan pelabuhan ISPS-Code. Analisis deskriptif kualitatif ini merupakan kegiatan penelitian yang meliputi hasil analisis terhadap data-data yang dikumpulkan dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Penelitian deskriptif menentukan dan melaporkan keadaan sekarang. Penelitian deskriptif tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol lingkungan ditinjau dari aspek sosial meliputi dampak pertumbuhan pelabuhan terhadap peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendidikan masyarakat kawasan sekitar pelabuhan, persepsiperan masyarakat sekitar pelabuhan dan stakeholder di dalam pelabuhan terhadap kegiatan kepelabuhanan dan rencana pengembangannya, serta penyiapan lembaga layanan pemerintah untuk memberi akses, pengolahan dan pemasaran produk kepelabuhanan kepada masyarakat sekitar kawasan penyangga Pelabuhan Tanjung Priok.

3.6.3 Metode Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang dengan Masterplan Pelabuhan Tanjung Priok

a. Metode Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Daratan Pelabuhan

Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang dan kriteria fisikteknis fungsi- fungsi yang ada di dalam pelabuhan, baik di daratan pelabuhan maupun di perairan Pelabuhan Tanjung Priok. Kesesuaian pemanfaatan ruang daratan pelabuhan ditinjau terhadap Master Plan Tata Ruang Pelabuhan Tanjung Priok dan Rencana Tata Ruang wilayah DKI Jakarta, sedangkan kesesuaian kondisi fisik dan teknis saranaprasarana perairan pelabuhan ditinjau dari standar dan pedoman perencanaan pelabuhan ecoport sesuai Tabel 36. Untuk menganalisis kesesuaian pemanfaatan ruang daratan pelabuhan digunakan metode analisis Geographic Information System atau Sistem Informasi Geografis. Sistem Informasi Geografis Geographyc Information System adalah “an organized collection of computer hardware, software, geographic data, and personnel designed to efficiently capture, store, update manipulate, analyze, and display all forms of geographically referenced information Burrough, 1986”. Pada proses analisis ini, metode SIG dilakukan untuk menganalisis kesesuaian pemanfaatan ruang daratan eksisting, tahap awal dilakukan pemetaan fungsi-fungsikegiatan eksisting existing land-use di dalam kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dan menghitung luasan masing-masing fungsi. Selanjutnya 75 dilakukan analisis superimpose masing-masing fungsi dengan rencana peruntukan sesuai Masterplan Tata Ruang Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga didapat gambaran kesesuaian pemanfaatan ruanglahan zoning dalam kawasan pelabuhan terhadap Masterplan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok. Indikator penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut : 1 S1 : Sesuai. Ruang ini memiliki parameter-parameter kesesuaian tanpa pembatas restriction ataupun memerlukan perlakuan khusus untuk dapat digunakan sesuai dengan rencana pemanfaatannya. 2 S2 : Kurang sesuai. Ruang ini memiliki satu atau dua lebih parameter yang memiliki pembatas atau memerlukan perlakuan khusus sesuai dengan rencana pemanfaatannya. 3 N : Tidak sesuai. Ruang ini memiliki pembatas yang permanen sehingga tidak dapat digunakan sesuai dengan rencana pemanfaatannya.

b. Metode Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Perairan Pelabuhan

Kesesuaian teknis dan saranaprasarana perairan Pelabuhan Tanjung Priok, untuk teknis fungsional kepelabuhanan dan alur keselamatan pelayaran disesuaikan dengan parameter-parameter teknis fungsional kepelabuhanan dan keselamatan alur pelayaran. Teknis fungsional kepelabuhanan dan alur keselamatan pelayaran meliputi kedalaman laut, seabed material, jarak ke mulut pelabuhan, arus, gelombang, angin, jarak ke daerah sensitif, tingkat sedimentasi perairan dan sedimentasi alur pelayaran, halangan dan ada tidaknya daerah terlarang. Indikator penilaian kesesuaian pemanfaatan perairan untuk teknis fungsional kepelabuhanan dan alur keselamatan pelayaran untuk setiap parameter dikelompokkan dalam tiga 3 kategori, yaitu : 1 S1 : Sesuai. 2 S2 : Kurang Sesuai. 3 N : Tidak Sesuai. Kategori-kategori Sesuai, Kurang Sesuai dan Tidak Sesuai tersebut di atas dalam studi ini berlaku untuk seluruh parameter penilaian teknis fungsional kepelabuhanan dan keselamatan alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok. Hasil analisis tentang kesesuaian pemanfaatan perairan untuk teknis fungsional kepelabuhanan dan alur keselamatan pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok untuk lebih jelasnya disajikan dalam bentuk Matrik pada Tabel 12. Tabel 12 . Matrik Kesesuaian Pemanfaatan Perairan untuk Teknis Fungsional Kepelabuhanan dan Alur Keselamatan Pelayaran No Parameter S1 Sesuai S2 Sesuai bersyarat N Tidak Sesuai 1 Kedalaman Cukup aman untuk alur dan labuh kapal Terlalu dalam Kedalaman tidak cukup 2 Seabed material Lempung berpasir, pasir berlumpur Lumpur Karang 3 Jarak ke mulut pelabuhan Dekat Membutuhkan olah gerak tambahan Terlalu jauh 4 Arus Arus lambat, aman olah gerak kapal dan lego jangkar Arus agak kencang tetapi olah gerak kapal masih memungkinkan Arus kencang, tidak mungkin labuh, lego jangkar 5 Gelombang 1,0 m 1,0-1,5 1,5 m 6 Angin Calm- 12 knot 12-20 20 knot 7 Jarak ke daerah sensitif Jauh Dekat, tapi dapat melakukan tindakan penanggulangan Tidak sempat untuk tindakan penaggulangan 8 Sedimentasi perairan Sedimentasi rendah, pengerukan dalam jangka panjang Sedimentasi, perlu pengerukan rutin 5 tahun Sedimentasi perairan tinggi Sedimentasi alur pelayaran Sedimentasi rendah, pengerukan dalam jangka panjang Sedimentasi, perlu pengerukan rutin 3 tahun Sedimentasi alur pelayaran tinggi 9 Halangan Tidak ada halangan yang mengganggu olah gerak kapal Terdapat halangan tetapi masih dapat dihindari oleh kapal Banyak halangan membahayakan keselamatan pelayaran 10 Daerah Terlarang Tidak ada larangan Terdapat jaringan pipakabel bawah laut dan perlu rambu-rambu Terdapat jaringan pipakabel dasar laut dan sangat beresiko untuk dilewati kapal atau lego jangkar Sumber: Diolah dari Agerschou 1983, JICA 2003, OCDI 1991, Quinn 1972, UNTACD 2000

3.6.4 Metode Analisis Pertumbuhan Arus Barang dan Kapasitas Ruang Pengembangan Pelabuhan

a. Metode Analisis Pertumbuhan Arus Barang

Kondisi eksisting aspek ekonomi mengacu pada data-data sekunder dari instansi-instansi yang terkait. Parameter ekonomi yang akan dianalisis adalah pertumbuhan arus barang dikaitkan dengan analisis kinerja Pelabuhan Tanjung Priok yang dipengaruhi kinerja pelayanan kapal dan kinerja pelayanan pelabuhan barang ekspor-impor dan antar pulau. Perhitungan proyeksi pertumbuhan arus barang di dalam studi ini menggunakan data sekunder dari Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok 2030 sesuai Kep. Menhub No. 422011. Perhitungan proyeksi ini menggunakan Metode Multiple Regression Model, perluasan Simple Regression, yaitu proyeksi dengan berdasarkan kepada trend perkembangan satu periode sebelumnya, misalnya periode 5 tahun. Metoda ini tetap memperhatikan keterkaitannya dengan variabel pertumbuhan populasi, PDRB total ataupun sektor PDRB dari daerah belakangnya. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa karakteristik data sangatlah penting dalam menentukan metoda yang dapat dipakai ataupun cara yang akan dipakai. Berdasarkan pemahaman terhadap karakteristik data yang ada, maka daerah belakang hinterland Jabotabek sangatlah dominan dalam menentukan perkiraan aliran kargo di masa datang di Pelabuhan Tanjung Priok. Sesuai dengan hasil kalkulasi, maka didapatkan keterkaitan antara beberapa jenis kargo terhadap nilai PDRB maupun jumlah populasi dari wilayah hinterland Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu Jabotabek. Wilayah Jabotabek dipilih sebagai daerah belakang hinterland utama, dikarenakan konsentrasi penyebaran kawasan industri dan perdagangan yang cukup tinggi dan dengan konsentrasi penduduk di wilayah Jabotabek. Untuk proyeksi pertumbuhan arus barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan proyeksi kapasitas ruang pengembangan di dalam studi ini, rentang waktu digunakan periode waktu sebagai berikut : 1 Periode jangka pendek tahun 2011 - 2015 2 Periode jangka menengah tahun 2011 - 2020 3 Periode jangka panjang tahun 2011 - 2030 Analisis pertumbuhan arus kargo barang kontainer dan non kontainer dan kunjungan kapal-kapal angkutan barang dan kapal roro, di dalam studi ini dibagi atas proyeksi tahap jangka pendek pendek, jangka menengah dan jangka panjang, sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok. Proyeksi pertumbuhan arus barang dan kunjungan kapal adalah untuk memprediksi : 1 kebutuhan ruang yang penggunaannya untuk dermaga, saranaprasarana bongkar-muat berdasarkan jenis kargo dan distribusi ruangnya serta fasilitas pendukungnya, 2 distribusi aliran kargo secara ruang dalam pelabuhan, terkait dengan pola aliran barang angkutan truk jalan raya dan angkutan rel kereta api. Rumus proyeksi pertumbuhan arus barang, kapal dan angkutan barang ke dan dari Pelabuhan Tanjung Priok, ada hubungannya dengan perkembangan ekspor imporarus barang dari kegiatan industri dan perdagangan dari daerah belakang utama pelabuhan wilayah Jabotabek.

b. Metode Analisis Kapasitas Kebutuhan Ruang Pengembangan

Pelabuhan Untuk menghitung kapasitas kebutuhan ruang Pelabuhan Tanjung Priok eksisting tahun 2009 dan pengembangannya, khususnya lahan lapangan penimbunan kontainer sebagai fungsi utama di kawasan pelabuhan, di dalam studi penelitian ini digunakan rumus dari Ligteringen 2009 tentang Ports and Terminals bagian Planing and Design Container Terminal, yaitu: Di mana : O = Luas Area yang dibutuhkan m 2 Ci = Jumlah pergerakan kontainer per tahun per tipe stock TEUs t d = Rata-rata waktu timbun dwell time per hari F = Area yang dibutuhkan untuk kontainer per TEUs termasuk jalur pergerakan per m 2  = Rata-rata tinggi stacking 0,6 ke 0,9 m i = YOR 0,65 ke 0,70 Perhitungan dengan menggunakan rumus ini sudah diterapkan dalam perencanaan pengembangan pelabuhan di negara-negara berkembang dan di dalam studi disertasi ini, rumus ini dinilai cocok untuk diterapkan dalam menganalisis kapasitas kebutuhan ruang pelabuhan eksisting dan kebutuhan ruang untuk pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selanjutnya penggunaan standar Yard Occupantie Ratio YOR dalam rumus H. Ligteringen sebesar 0,65 65 sampai 0,70 70 dinilai cocok digunakan dalam studi ini untuk pendekatan analisis pengembangan Ci  t d  F   365  m i O = pelabuhan berwawasan lingkungan ecoport dengan studi kasus Pelabuhan Tanjung Priok.

3.6.5 Metode Analisis Kelembagaan Pengelolaan Pelabuhan

Parameter atau variabel aspek kelembagaan yang dianalisis meliputi : a Preferensi stakeholders tentang pengelolaan dan pengoperasian kegiatan kepelabuhanan, b Pembagian tugas dan wewenang dalam pengelolaan kepelabuhanan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, c Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah yang berkaitan dengan prosedur dan kelembagaan penyusunan dan pengesahan Rencana Induk Pelabuhan, penyusunan dan penetapan Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, pengawasan pembangunan fisik dan pengendalian lingkungan di dalam pelabuhan, termasuk pengendalian lingkungan di luar kawasan pelabuhan tetapi mempunyai dampak besar terhadap pencemaran pelabuhan. Selanjutnya untuk keberlanjutan pengembangan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok yang berwawasan lingkungan ditinjau dari aspek kelembagaan, akan dilakukan analisis terhadap peraturan tentang pengelolaan lingkungan, ketersediaan personil penegak hukum lingkungan, keadilan dalam hukum pengelolaan lingkungan dan transparansi dalam kebijakan pengelolaan lingkungan. Dalam studi penelitian ini, aspek kelembagaan dianalisis berdasarkan kajian terhadap Struktur Organisasi dan Kelembagaan Pengelolaan Pelabuhan sesuai Undang-Undang No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran. Dalam aspek kelembagaan, studi disertasi ini akan memfokuskan analisis effektifitas penerapan Undang-Undang No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran dikaitkan dengan Undang- Undang No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah, ditinjau dari hak dan kewajiban penanganan aspek-aspek pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan pada aspek kepelabuhanan. 3.6.6 Metode Analisis Penataan Ruang dan Rencana Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan Ecoport. Analisis penataan ruang kawasan pelabuhan eksisting dan rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok berwawasan lingkungan ecoport menggunakan pendekatan :