Pelarangan kendaraan-kendaraan pengangkut barang yang memiliki
tingkat emisi tinggi memasuki pelabuhan.
Melakukan uji emisi terhadap setiap kendaraan yang akan masuk pelabuhan.
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan dilakukan secara rutin untuk
mendukung operasional kepelabuhan yang sejalan dengan pelestarian lingkungan.
Penanganan secara khusus di area Pos IX yaitu area pintu gerbang dan
persimpangan keluar masuk Pelabuhan Tanjung Priok dari sisi timur karena tingkat Indeks Standar Pencemar Udara ISPU pada titik lokasi
sudah sangat tinggi. 3
Dampak lingkungan pada ekosistem darat. Dampak lingkungan pada ekosistem darat disebabkan pembangunan dan
pengembangan pelabuhan. Untuk menangani dampak lingkungannya perlu ditetapkan kebijakan dengan membuat zonasi area sekitar pembangunan
pelabuhan. Area yang spesifik dan dan memiliki kekhasan tertentu seperti gejala alam, proses geologis seperti sand dune, maupun proses biologis
ditetapkan sebagai zona yang dilindungi. 4
Dampak lingkungan pada ekosistem laut. Dampak lingkungan pada ekosistem laut disebabkan berbagai hal, di
antaranya akibat tumpahnya minyak dari kecelakaantabrakan kapal. Untuk menangani dampak lingkungannya perlu ditetapkan kebijakan
penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Untuk pencegahannya dampak yang
lebih luas perlu ditetapkan kebijakan operasi early warning system. Tahap awal yang perlu dilakukan adalah melatih kemampuan dan ketrampilan
petugas atau tim SAR dan harus selalu siap siaga. Early warning system dapat dipilih dari banyak cara, antara lain : menggunakan noise detector,
sound detector atau smoke detector. Tindakan gawat darurat adalah mempersiapkan segala daya untuk menanggulangi kejadian ini. Upaya
penanggulangan minyak yang tumpah dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : Oil skimmer, Oil trap, Oil boom, Oil dispersence. Tindakan
penanggulangan ini tidak boleh berlama-lama dan harus ditangani sebelum pengaruhnya terhadap biota laut ditemukan. Disamping itu utnuk
mencegah dan menanggulangi kecelakaan atau tabrakan kapal, pelabuhan juga harus dilengkapi dengan instrument suar.
5.5.2 Kebijakan Penataan Ruang dan Prasarana Sarana
Dalam rangka mengendalikan prasarana dan sarana dalam kawasan pelabuhan menuju pelabuhan berwawasan lingkungan ecoport adalah :
1 Pengembalian fungsi pemanfaatan ruang disesuaikan dengan Masterplan
pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok yang terbaru secara bertahap. Tahap pertama adalah pengembalian fungsi yang kurang sesuai menjadi
sesuai dengan Masterplan dengan periode waktu 5 tahunjangka pendek 2010 - 2015. Tahap kedua adalah perubahan dari fungsi-fungsi yang
tidak sesuai menjadi sesuai dengan Masterplan dengan memberi waktu 10 tahunjangka menengah 2010 - 2020. Untuk itu diperlukan strategi dan
kebijakan dari instansi yang lebih tinggi khususnya untuk pemindahan fungsi-fungsi yang tidak sesuai dengan Masterplan.
2 Kebijakan secara terpadu antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, PT Pelindo II Persero dan BUMN lainnya yang terkait perencanaan, pembangunan dan pengembangan
Pelabuhan Tanjung Priok, baik pelabuhan lama maupun pelabuhan baru sesuai RTRW DKI Jakarta dan Penataan Ruang.
3 Pembangunan sarana dan prasarana pendukung Pelabuhan Tanjung Priok
eksisting dan rencana pengembangan pelabuhan baru di Kalibaru Utara dan Marunda sebagai international hub port, dan pengembangan
pelabuhan transhipment di Tarumajaya Bekasi dan Tanjungpasir sesuai hasil studi berupa jalan tol, jalan arterikolektor dan jalan kereta api.
4 Pengembangan pelabuhan transhipment baru berwawasan lingkungan di
Tarumajaya pesisir kabupaten Bekasi dan di Tanjungpasir pesisir kabupaten Tangerang dan saranaprasarana menuju pelabuhan akan
mengembangkan sentra ekonomi baru di kawasan itu untuk revitalisasi kondisi pesisir yang semakin menurun kualitasnya, bagian dari program
pengelolaan terpadu wilayah pesisir Teluk Jakarta.
5.5.3 Kebijakan Penegakan Hukum
Agar kegiatan yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan pelabuhan dapat dikendalikan, maka perlu diadakan program pentaatan hukum, yakni
pentaatan terhadap peraturan yang berlaku bagi semua kegiatan yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan laut di wilayah pelabuhan, misalnya
kegiatan industri, transportasi kapal, pengerukan alur pelabuhan, bongkar muat barang. Dalam upaya pentaatan hukum tersebut, dapat digalakkan perilaku-
perilaku berikut ini : 1
Penegakan hukum terhadap pelanggaran yang merusak lingkungan dalam pengelolaan pelabuhan.
2 Tindakan hukum yang tegas bagi seluruh aparat instansi yang melakukan
tindakan illegal selama kegiatan operasional pelabuhan, karena kegiatan kepelabuhanan yang sangat tinggi sangat rentan untuk disalahgunakan.
3 Pengawasan hukum yang ketat dari pemerintah terhadap tindakan-tindakan
kriminal dalam segala hal, di antaranya pengawasan terhadap setiap tindakan yang merusak dan mencemari lingkungan.
4 Pengawasan yang ketat terhadap arus barang ilegal di dalam pelabuhan.
5 Peningkatan kuantitas dan kualitas aparatur penegakan hukum.
6 Dukungan kebijakan sebagai upaya peningkatan kualitas penegakan
hukum.
5.5.4 Kebijakan Pengembangan Teknologi
Mengingat keterkaitan
pelabuhan dengan
tuntutan globalisasi
perdagangan, maka penerapan program ecoport yang akan diterapkan pada seluruh pelabuhan diharapkan juga diimbangi dengan pengembangan teknologi
dalam lingkungan pelabuhan, di antaranya yang dapat dilakukan adalah : 1
Alih teknologi secara bertahap dan kontinyu, sambil penerapan dan peningkatan kemampuan SDM melalui pelatihan dalam menerima
teknologi baru dalam pengadaan sarana dan prasarana pelabuhan sebagai bagian mewujudkan kepelabuhan bertaraf internasional.
2 Pengembangan teknologi berwawasan lingkungan seperti pengembangan
kendaraan rendah emisi. 3
Pengembangan teknologi rendah emisi terhadap kendaraan operasional pelabuhan.
4 Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dengan meningkatkan
penggunaan energi biodiesel.
5.5.5 Kebijakan Keterpaduan Pengelolaan
Mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok tidak cukup dilakukan oleh regulator Otoritas Pelabuhan Tanjung
Priok dan terminal operator PT Pelindo II Persero dan PT. JICT saja, akan tetapi perlu melibatkan seluruh stakeholder di kawasan pelabuhan secara
partisipatif dari sejak awal, misalnya: 1
Melakukan sosialisasi secara reguler dan konsisten terhadap seluruh stakeholder di kawasan pelabuhan, bersama-sama dengan Instansi Kantor
Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah DKI Jakarta, sekaligus mendapat
masukan tentang:
Penerapan Masterplan Pelabuhan Tanjung Priok dan rencana
pengembangan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW.
Penerapan Peraturan Perundang-undangan mengenai pengelolaan
lingkungan dari Kementerian LH, dan peraturan pelaksanaannya dari Gubernur Propinsi DKI Jakarta.
Penerapan Pedoman teknis pelabuhan berwawasan lingkungan
ecoport dari Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan.
Rencana pengelolaan lingkungan dan program pelaksanaannya dari pengelola Pelabuhan Tanjung Priok dan terminal operator lainnya.
2 Meningkatkan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti pengembangan
sektor-sektor ekonomi masyarakat lokal dari kawasan penyangga
Pelabuhan Tanjung Priok.
3 Meningkatkan kerjasama dan koordinasi lembaga-lembaga masyarakat
untuk mengatasi masalah-masalah dalam pengelolaan pelabuhan dan
rencana pengembangan pelabuhan.
4 Pembentukan wadahlembaga khusus yang memiliki peran seperti
Hubungan Masyarakat Humas dalam pengelolaan kegiatan pelabuhan.
5 Meningkatkan frekuensi angkut membatasi waktu penyimpanan akibat
terjadinya peningkatan arus barang.
6 KESIMPULAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1 Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan penyangganya mengalami
penurunan kualitas lingkungan di berbagai komponen, yaitu kualitas lingkungan fisik ekologi, dan kualitas lingkungan sosial, yaitu kualitas
lingkungan sosial di kawasan penyangga pelabuhan. Kualitas perairan mengalami kecendrungan penurunan kualitas, khususnya pada muara
– muara sungai menuju kolam perairan pelabuhan. Dari 12 titikstasiun
pemantauan, 9 titikstasiun di dalam kolam perairan, 5 titikstasiun telah tercemar dari mulai tercemar ringan sampai tercemar sedang dan berat.
2 Pemanfaatan ruang eksisting di daratan Pelabuhan Tanjung Priok yang
sesuai dengan Master Plan Pelabuhan Tanjung Priok hanya mencapai 32, sementara yang kurang dan tidak sesuai mencapai 68; untuk
memenuhi persyaratan sesuai rencana zoning, maka diprioritaskan untuk mengembalikan fungsi
– fungsi yang kurang sesuai untuk disesuaikan terhadap Rencana Induk, dengan melakukan revitalisasi dan penataan
ruang pelabuhan. Untuk ruang perairan pelabuhan sudah sesuai standar teknis kepelabuhanan dan keselamatan pelayaran untuk pelabuhan
pengumpan, akan tetapi apabila akan dikembangkan menjadi pelabuhan pengumpul internasional diperlukan perluasan pelabuhan melalui
reklamasi bentuk pulau ada pemisah dengan daratan untuk mencapai kedalaman laut
– 18m. 3
Kondisi Pelabuhan Tanjung Priok belum memenuhi persyaratan sebagai pelabuhan berwawasan lingkungan ecoport, apabila menggunakan hasil
analisis perhitungan rumus ecoport yang dirumuskan penulis yang mana Indeks Ecoport Pelabuhan Tanjung Priok adalah 1,74, sedang standar
idealnya adalah Indeks Ecoport antara 2,1 - 3. Oleh sebab itu perlu peningkatan kualitas seluruh komponen lingkungan di Pelabuhan Tanjung
Priok untuk bisa mencapai standar ideal ecoport. 4
Kebijakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan internasional yang berwawasan lingkungan dalam rangka pengelolaan
190
pesisir Teluk Jakarta secara terpadu menimbulkan implikasi luas, baik terhadap lingkungan hidup fisik dan sosial maupun terhadap tata ruang
zoning plan dan master plan. Implikasi tersebut memerlukan penyempurnaan kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan