Aspek Fisik Pelabuhan l.ws

Berbagai jenis komoditi non-petikemas yang dilayani oleh pelabuhan Tanjung Priok dengan total volume sebesar 29.097.000 ton 2009 yang terdiri atas: general cargo 23,42 persen, bag cargo 7,22 persen, curah cair 23,01 persen, curah kering 46,21 persen dan lainnya 0,14 persen. Presentase total volume komoditi non-petikemas yang dilayani oleh pelabuhan Tanjung Priok disajikan pada Gambar 21. 23 7 23 46 0.00 10.00

20.00 30.00

40.00 50.00

General Cargo Bag Cargo Curah Cair Curah Kering Lainnya Gambar 21 Persentase Total Volume Non Peti Kemas Sumber: PT. Persero Pelabuhan Indonesia II, 2009 Pertumbuhan arus barang peti kemas di masing-masing dermaga, meliputi JICT, TPK Koja dan Dermaga Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok juga mengalami fluktuasi dalam periode 2004 sampai 2009. Secara umum terjadi peningkatan arus peti kemas dari tahun ke tahun. Lebih jelasnya gambaran fluktuasi peningkatan dan penurunan jumlah arus barang disajikan pada Gambar 22. 50 0 ,0 0 0 1,0 0 0 ,0 0 0 1,50 0 ,0 0 0 2 ,0 0 0 ,0 0 0 2 ,50 0 ,0 0 0 3 ,0 0 0 ,0 0 0 3 ,50 0 ,0 0 0 4 ,0 0 0 ,0 0 0 4 ,50 0 ,0 0 0 2 0 0 4 1,6 3 6 ,2 9 0 1,13 3 ,2 0 2 8 15,2 53 4 3 8 ,571 70 7,6 6 0 8 55,4 52 2 ,9 59 ,2 0 3 2 ,4 2 7,2 2 5 2 0 0 5 1,4 70 ,4 6 7 9 9 4 ,3 52 573 ,8 2 7 3 8 1,9 14 9 9 6 ,6 0 6 1,0 6 0 ,170 3 ,0 4 0 ,9 0 0 2 ,4 3 6 ,4 3 6 2 0 0 6 1,6 18 ,4 9 5 1,0 8 5,9 77 58 3 ,0 6 5 3 9 1,58 2 1,2 17,0 51 1,0 2 2 ,6 71 3 ,4 19 ,6 11 2 ,50 0 ,2 3 0 2 0 0 7 1,8 2 1,2 8 2 1,2 12 ,58 4 70 2 ,8 8 1 4 78 ,8 0 7 1,18 5,6 3 0 8 8 6 ,74 8 3 ,6 8 9 ,79 3 2 ,578 ,13 9 2 0 0 8 1,8 9 6 ,78 1 1,8 4 0 ,8 78 70 4 ,6 18 4 72 ,78 1 1,2 8 3 ,8 70 1,0 6 8 ,8 2 7 3 ,8 8 5,2 6 9 3 ,3 8 2 ,4 8 6 2 0 0 9 1,6 76 ,8 8 6 1,12 8 ,0 4 0 8 2 0 ,172 4 0 8 ,6 4 8 1,6 0 8 ,3 3 8 1,2 8 6 ,3 8 6 4 ,10 5,3 9 6 2 ,8 0 3 ,0 74 Jict T eus Jict B o x T PK Ko ja T eus T PK Ko ja B o x Ko nvensio n al T eus Ko nvensio n al B o x T o t al T eus T o t al B o x Gambar 22. Fluktuasi Arus Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004- 2009 Masing-masing Dermaga Sumber: PT. Persero Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2009 Gambaran lebih jelas fluktuasi arus penumpang di pelabuhan Tanjung Priok baik yang naik dari pelabuhan maupun yang turun menunjukkan penurunan pada periode 2005 hingga 2007. Penurunan terjadi cukup tajam, terutama pada tahun 2007. Fluktuasi arus penumpang di pelabuhan Tanjung Priok disajikan pada Gambar 23 . 200,000 400,000 600,000 800,000 Juml ah o ra ng Turun 270,868 285,208 250,180 237,035 275,605 192,845 Naik 293,848 291,430 235,464 222,109 299,891 227,927 Total 564,716 576,638 485,644 459,144 575,496 420,772 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 23. Fluktuasi Arus Penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-2009 Sumber: PT. Persero Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2009

4.2 Kawasan Penyangga Pelabuhan Tanjung Priok

4.2.1 Aspek Sosial Kependudukan

Kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Cilincing dan Kecamatan Koja. Data- data luas kecamatan, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di kecamatan- kecamatan kawasan penyangga Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2009 disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Tahun 2009 Kecamatan Luas Area km 2 Jenis Kelamin Penduduk Kepadatan Penduduk Tingkat Kepadatan Laki-laki Perempuan Tanjung Priok 25,1255 158.616 153.733 312.349 12.432 Tinggi Cilincing 39,6996 119.966 119.472 239.438 6.031 Sedang Koja 13,2033 119.415 113.301 232.716 17.626 Tinggi Sumber: Kantor Sensus dan Statistik DKI Jakarta, 2009 Ditinjau terhadap kepadatan penduduk rata-rata Wilayah Jakarta Utara yaitu 9.951 jiwakm 2 , maka Kecamatan Koja dan Kecamatan Tanjung Priok mempunyai kepadatan di atas rata-rata atau kepadatan tinggi, sedangkan kecamatan Cilincing termasuk kepadatan sedang. Hal itu menunjukkan bahwa pelabuhan Tanjung Priok mempunyai daya tarik yang kuat untuk menarik penduduk bermukim di kawasan sekitarnya, khususnya kecamatan-kecamatan yang langsung berbatasan dengan pelabuhan Tanjung Priok. Ketersediaan saranaprasarana pendidikan di kecamatan-kecamatan kawasan penyangga Pelabuhan Tanjung Priok cukup tinggi, ditinjau dari ketersediaan sekolah dari mulai SD, SMP sampai SMA, jumlah murid sesuai usia sekolah, maupun ketersediaan guru. Tingkat pendidikan di kawasan penyangga pelabuhan diukur dari parameter rasio murid terhadap guru dan rasio murid terhadap jumlah sekolah. Rasio murid terhadap guru dan rasio murid terhadap sekolah di Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Cilincing dan Kecamatan Koja termasuk tinggi dibandingkan dengan rasio murid terhadap guru di DKI Jakarta. Keanekaragaman agama terdapat di kecamatan-kecamatan kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok ditandai dengan presentase masing- masing agama terhadap total jumlah penduduk dan ketersediaan saranaprasarana peribadatan dari semua aliran agamakepercayaan. Fasilitas kesehatan masyarakat di kecamatan-kecamatan kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok cukup baik, ditandai dengan ketersediaan saranaprasarana kesehatan di kawasan ini, seperti rumah sakit 16 unit dua milik pemerintah dan 14 swasta, puskesmas 49 unit, dan sarana-sarana kesehatan lainnya seperti rumah bersalin dan poliklinik. Jumlah kejadian kriminalitas di wilayah administrasi Jakarta Utara pada tahun 20082009 cukup tinggi mencapai 5.712 kasus, namun turun 8,78 persen dibandingkan dengan tahun 20072008 yang mencapai 6.262 kasus. Jika dilihat menurut jenisnya, kasus terbanyak adalah pencurian kendaraan bermotor sebesar 26,51 persen. Suatu fenomena bahwa di kawasan sekitar pelabuhan di negara manapun di dunia kehidupan dituntut keras dan banyak menyebabkan timbulnya kriminalitas.

4.2.2 Aspek Ekonomi

Tingkat penghasilan penduduk di kawasan penyangga pelabuhan adalah Rp 17.240.000KKtahun. Jenis pekerjaan penduduk di kawasan penyangga pelabuhan terdiri dari pegawai swasta, pedagang, buruh, tukang ojek, pegawai negeri sipil, Di kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok terdapat sarana- sarana ekonominiaga berupa bank, koperasi, pasar dan pertokoan besar. Jumlah bank di kawasan ini yaitu bank pemerintah 24 unit, bank swasta 32 unit, koperasi 171 unit, pasar dan pertokoan. Rincian per kecamatan adalah di Kecamatan Tanjung Priok terdapat sembilan bank pemerintah, 23 bank swasta 125 koperasi dan pasar di Kecamatan Cilincing terdapat enam bank pemerintah, empat bank swasta 25 koperasi dan pasar, sedangkan di Kecamatan Koja terdapat sembilan bank pemerintah, lima bank swasta, 21 koperasi dan pasar. Dari gambaran data-data tersebut di atas, maka di satu sisi di kawasan sekitar kawasan penyangga pelabuhan perilaku masyarakat pada umumnya keras, akan tetapi di sisi lain, jumlah dan jenis pekerjaan lebih banyak dan beragam walaupun demikian, dari hasil penelitian terhadap responden yang dilakukan, sebagian para pekerja di wilayah penelitian, tingkat pendapatannya masih dibawah Upah Minimum Propinsi UMP, dan sebagian juga bekerja disektor informal, terkait langsung dan tidak langsung dengan kegiatan kepelabuhanan.

4.3 Daerah Belakang Utama Pelabuhan Tanjung Priok

4.3.1 Wilayah Jabotabek

Wilayah regional Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi Jabotabek merupakan daerah belakang utama Pelabuhan Tanjung Priok. Kota Depok tidak dimasukkan di dalam batasan daerah belakang pelabuhan Tanjung Priok karena dari data yang diperoleh, maka interaksi kegiatan industri atau perdagangan di wilayah Depok dengan pelabuhan Tanjung Priok relatif kecil. Wilayah Jabotabek secara administrasi memiliki batas masing-masing, namun pada kenyatannya dari kehidupan sehari-hari sudah merupakan suatu gabungan wilayah metropolitan. Terjadi interaksi riil masyarakat setiap hari dari Bogor, Tangerang dan Bekasi dengan Jakarta, dalam bentuk bekerja sebagai penglaju, yaitu menjadi penduduk aktif Jakarta di siang hari, namun tetap berstatus sebagai penduduk formal di wilayah Bogor Tangerang dan Bekasi. Jumlah penglaju tersebut diperkirakan ± 3 juta jiwa perharinya Bappeda Provinsi DKI Jakarta dan LP-IPB, 2002. Selain bentuk bekerja sebagai penglaju, maka penduduk Botabek dalam jumlah cukup besar juga bersekolah di kota Jakarta. Wilayah Propinsi DKI Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki berbagai fungsi, memiliki jumlah penduduk  9 juta 2009, terdiri dari 5 wilayah Perkembangan wilayah Jabotabek sangat pesat, di samping konsentrasi penduduk juga sebagai pusat kawasan industri, perdagangan dan jasa terbesar di Indonesia, yang erat hubungannya dengan pertumbuhan arus barang ke dan dari pelabuhan Tanjung Priok. Dari data yang diperoleh dari Himpunan Kawasan Industri pada tahun 2009, maka di wilayah Jabotabek termasuk sebagian kecil di luar Jabotabek terdapat 38 kawasan industri dengan luas 17.715 ha, yaitu di Provinsi DKI Jakarta dengan 3 kawasan industri seluas ± 1176 Ha, di Provinsi Jawa Barat dengan 25 kawasan industri dengan luas 11.596 ha yaitu di Kabupaten Bekasi terbesar, di Kabupaten Bogor, Karawang, Purwakarta, Sumedang dan Cirebon dan di Provinsi Banten dengan 10 kawasan industri seluas ± 4943 ha. Selain industri-industri manufaktur, juga bermunculan industri di luar kawasan industri. Berdasarkan kedudukan dan keberadaan geografis pelabuhan Tanjung Priok dan keberadaan kawasan-kawasan industri, maka ekspor-impor sebagian besar dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Priok.

4.3.2 Wilayah Nasional

Pertumbuhan ekonomi regional, khususnya pertumbuhan ekonomi wilayah Jabotabek sebagai daerah belakang utama Pelabuhan Tanjung Priok dan pertumbuhan ekonomi nasional yang ditandai dengan tingginya pertumbuhan arus barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok sangat mempengaruhi perkembangan Pelabuhan Tanjung Priok hingga saat ini dan pengembangannya ke masa depan, baik untuk periode Jangka Menengah 2020, maupun untuk periode Jangka Panjang 2030. Salah satu permasalahan strategis yang dialami oleh pertumbuhan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia selama ini adalah keterkaitan dengan pengelolaan pesisir lokasi pelabuhan secara terpadu, kawasan pelabuhan seolah- olah berdiri sendiri terpisah dari kawasan penyangga pelabuhan. Secara nasional pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semula tumbuh 7 persen per tahun akibat krisis ekonomi merosot hingga negatif pada tahun 1998. Akan tetapi sejak tahun 1999, dengan berbagai upaya dan program dan terobosan yang signifikan di bidang moneter dan kebijakan di berbagai sektor