Program dan PedomanTeknis Pengembangan Ecoport di Indonesia

42 kelompok dengan kelompok lain. Aturan di dalam masyarakat dimaksud di atas dapat berbentuk nilai, norma, hukum, dan aturan-aturan khusus. Kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitar kawasan pelabuhan yang dipengaruhi keberadaan dan pertumbuhan ekonomi pelabuhanadalah berupa pertumbuhan kesempatan kerja di berbagai sektor pelabuhan dan non pelabuhan, pertumbuhan tingkat pendapatan masyarakat dan peningkatan kondisi kesehatan masyarakat di kawasan sekitar pelabuhan. Pertumbuhan pelabuhan juga mempengaruhi daya absorbsi masyarakat. Asumsi bahwa suatu lingkungan masyarakat mempunyai suatu daya absorbsi, yaitu daya serap atau peredam terhadap gejolak sosial yang dapat menimbulkan goncangan akibat adanya perubahan dan pertumbuhan yang sangat cepat 1985. Perubahan dan pertumbuhan kawasan yang sangat cepat di sekitar kawasan pelabuhan besar seperti Pelabuhan Tanjung Priok, dapat menimbulkan gejolak sosial masyarakat sekitar pelabuhan. Akan tetapi gejolak sosial masyarakat itu dapat diredam oleh daya absorsi dari masyarakat di lingkungan setempat, walaupun masyarakat tersebut terdiri dari berbagai kelompok dan golongan atau merupakan masyarakat heterogen. Kondisi dan situasi masyarakat disekitar kawasan Pelabuhan Tanjung Priok merupakan salah satu subjek penelitian studi dari analisis dampak sosial ekonomi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priokyang berwawasan lingkungan.

2.6 Penataan Ruang Kawasan Pelabuhan

Batas kawasan pelabuhan yang ditetapkan sesuai PP No.61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan adalahBatas-Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan berdasarkan Rencana Induk yang telah disahkan. Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan pada umumnya ditetapkan dengan koordinat geografi untuk menjamin keselamatan pelayaran. Daerah Lingkungan Kerja Daratan Pelabuhan digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan fasilitas pokok seperti dermaga, gudang, terminal, lapangan penumpukan dan lain-lain serta fasilitas penunjang seperti perkantoran, pengembangan pelabuhan, dan perdagangan. Daerah Lingkungan Kerja Perairan Pelabuhan digunakan untuk kegiatan alur pelayaran, perairan tempat labuh, perairan untuk tempat alih muat antar kapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, 43 kegiatan tempat perbaikan kapal dan lain-lain. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan merupakan perairan pelabuhan di luar daerah lingkungan kerja perairan, yang digunakan untuk alur pelayaran dari dan ke pelabuhan, keperluan keadaan darurat, pengembangan pelabuhan jangka panjang, penempatan kapal mati, kegiatan pemanduan dan fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal. Kawasan pelabuhan sesuai batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan memerlukan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan. Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mendefinisikan tata ruang sebagai wujud struktur ruang dan pola ruang. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Untuk evaluasi perencanaan tata ruang laut termasuk kawasan pelabuhan tidak bisa dilihat ruang per ruang sebagai satu per satu wilayah geografis, melainkan sebagai satu kesatuan yang saling terkait satu sama lain atau memiliki keterpaduan. Isu pembangunan berkelanjutan sejak Agenda 21 mengharuskan penataan ruang untuk mempertimbangkan dasar-dasar pendekatan area kelautan terintegrasi. Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010-2030 pasal 80, dibuat salah satu rencana, yaitu pengembangan kawasan khusus. Penetapan kawasan khusus ini didasarkan pada kedudukan, peran dan fungsi Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dan kekhususan Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Penataan ruang kawasan khusus diselenggarakan guna optimalisasi fungsi-fungsi khusus kawasan-kawasan tertentu yang mempunyai peran dan fungsi mendukung Jakarta sebagai Ibukota Negara RI. Pengelolaan kawasan khusus dapat langsung dilakukan oleh Pemerintah atau dapat dikelola bersama antara Pemerintah dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satu kawasan khusus di DKI Jakarta adalah Tanjung Priok yang ditetapkan sebagai kawasan khusus pelabuhan. 44 Sistem penataan ruang daratan hendaknya terintegrasi dengan sistem penataan ruang laut untuk menjamin terpadunya pengelolaan darat dan lautan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir, maka Tata Ruang Laut dalam definisinya dapat diartikan sebagai sebuah rencana strategis mengenai pengaturan, pengelolaan, dan perlindungan lingkungan laut dari berbagai kepentingan kumulatif, yang berpotensi akan menimbulkan konflik di area penggunaan laut. Perencanaan tata ruang kawasan pelabuhan sebagai salah satu bagian dari wilayah pesisir memerlukan ketersediaan data dan informasi yang akurat, obyektif dan siap dipakai serta mudah diakses dalam bentuk Sistem Informasi Geografis. Untuk perencanaan pengembangan suatu kawasan, termasuk kawasan pelabuhan diperlukan analisis kesesuaian pemanfaatan ruang fungsi-fungsi eksisting dengan Rencana Tata Ruang yang ada dengan metode Sistem Informasi Geografis. Berdasarkan SK Menteri Perhubungan No. PM 42 Tahun 2011, rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok dilakukan berdasarkan tahapan, yaitu: 1 Jangka pendek, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 2 Jangka menengah, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2020 3 Jangka panjang, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2030 Rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan untuk di kawasan ini adalah untuk keperluan peningkatan pelayanan jasa kepelabuhanan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi lainnya serta pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya.

2.7 Kelembagaan Kepelabuhanan

Kelembagaaan merupakan aturan main di dalam suatu kelompok sosial dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, sosial dan politik. Kelembagaan dapat dimaknai sebagai regulasi perilaku yang secara umum diterima oleh anggota- anggota kelompok sosial, untuk perilaku spesifik dalam situasi yang khusus, baik yang diawasi sendiri maupun dimonitor oleh otoritas luar Rutherford, 1994.Kelembagaan memiliki tiga komponen, yakni : 1 Aturan formal formal institusions, meliputi konstitusi, statuta, hukum dan seluruh regulasi pemerintah lainnya. 45 2 Aturan informal informal institusions, meliputi pengalaman, nilai-nilai tradisional, agama dan seluruh faktor yang mempengaruhi bentuk persepsi subjektif individu tentang dunia tempat hidup mereka, 3 Mekanisme penegakan hukum enforcement mechanism. Kelembagaan menyangkut kepelabuhanan mengalami berkali-kali perubahan, terakhir dengan diterbitkannya UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran, pengganti UU No.21 tahun 1992 tentang Pelayaran yang lama dan PP Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan pengganti PP Nomor 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan lama. Terdapat perubahan yang mendasar dari aspek kelembagan di dalam pengelolaan kepelabuhanan, yaitu dipisahkannya antara fungsi regulatorpengaturan dengan fungsi operatorpengoperasian, termasuk diantaranya pemisahan dalam fungsi pengambilan kebijakan dan fungsi operasional pengelolaan dan pengendalian lingkungan di kawasan pelabuhan di Indonesia. Di berbagai negara terdapat berbagai status dan bentuk kelembagaan pengelolaan pelabuhan.Pengelolaan pelabuhan ada yang dikelola Pemerintah Pusat dan ada yang dikelola Pemerintah Daerah atau Kota dan ada yang dikelola Badan Usaha, baik itu Badan Usaha Milik Negara maupun Badan Usaha Milik Swasta, dan ada yang dikelola berupa bentuk Otorita. Beberapa pelabuhan besar di dunia seperti Pelabuhan Rotterdam dikelola oleh Pemerintah DaerahKota Rotterdam dengan membentuk Otorita, yaitu RotterdamPort Of Authority, dan pelabuhan Singapura dikelola oleh Pemerintah Pusat merangkap Pemerintah Kota, karena Singapura selaku sebuah negara sekaligus sebuah kota, dengan membentuk Otorita yaitu Port of Singapore Authority. Untuk kelembagaan pelabuhan di Indonesia dengan diterbitkannya Undang- Undang No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, telah dilakukan pemisahan antara Otoritas Pelabuhan sebagai regulator dan PT Pelindo Persero, Badan Usaha Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan UPP sebagai terminal operator di lingkungan pelabuhan di seluruh Indonesia. Khusus untuk Pelabuhan Tanjung Priok telah dibentuk Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok sesuai dengan dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. PM 632010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas PelabuhanTanjung Priok, sehingga telah ada pemisahan fungsi regulator di Pelabuhan Tanjung Priok dilakukan oleh Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok dan PT Pelindo II Persero berfungsi hanya sebagai terminal operator. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Studi

Pelabuhan sebagai salah satu elemen transportasi memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan regional. Keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok memegang peranan strategis sebagai pintu gerbang gateway Indonesia ditinjau dari kegiatan usaha angkutan barang ekspor-impor. Peranan strategis Pelabuhan Tanjung Priok terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan regional perlu dijaga keberlangsungannya. Sejalan dengan mainstream pembangunan berkelanjutan sustainable development, maka kebijakan sektor perhubungan, yaitu sub sektor perhubungan laut juga mengadopsi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian kebijakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai bagian dari sub sektor perhubungan laut harus mengikuti prinsip-prinsip berwawasan lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan. Penerapan prinsip berkelanjutan dalam konteks kegiatan pelabuhan merupakan upaya menciptakan pelabuhan yang berwawasan lingkungan dengan melaksanakan “Program Ecoport”. Ecoport adalah label generik yang dikenakan pada pelabuhan yang menerapkan upaya-upaya, cara-cara yang sistemik dalam pembangunan, pengembangan dan pengoperasian pelabuhan yang ramah lingkungan. Kebijakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok berwawasan lingkungan merupakan bagian dari kebijakan pembangunan berkelanjutan. Kebijakan pembangunan pelabuhan yang berkelanjutan adalah bagian dari kebijakan pengelolaan terpadu dan berkelanjutan wilayah pesisir Teluk Jakarta, dalam arti pengelolaan sumberdaya alam wilayah pesisir dan lautan, yang mempertimbangkan aspek berkelanjutan. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari Agenda 21 Nasional, tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam yang mempertimbangkan aspek pembangunan sumber daya alam berkelanjutan sustainable development. Bagan Alir Kaitan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan dengan Pembangunan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud, disajikan pada Gambar 5. Pengelolaan Wilayah Pesisir Lautan Pengelolaan Sumberdaya Alam SDA Pesisir dan Lautan Pengelolaan SDA yang mempertimbangkan Aspek Berkelanjutan Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development PP.No.2608 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk Jakarta terpadu dan berkelanjutan Agenda 21 Nasiona l Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir Teluk Jakarta Kriteria Lingkungan Mempertimbangkan Aspek Berkelanjutan Pembangunan kawasan berkelanjutan - UU. No. 17 2008 tentang Pelayaran - PP No.61 2009 tentang Kepelabuhanan Kondisi Eksisting Pelabuhan Kawasan Penyangga Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Pengoperasian Pelabuhan Tanjung Priok Pengembangan Pelabuhan Berwawasan Lingkungan Ecoport Master Plan Pengemba ngan Pelabuhan Gambar 5 Bagan Alir Kaitan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan. Bagan Alir sebagaimana Gambar 5 dijabarkan dan diterjemahkan kedalam Kerangka Pemikiran Studi, yang merupakan rangkaian tahapan penelitian dalam satu rangkuman yang tidak terlepas satu dengan yang lainnya. Pada tahap awal dilakukan penelitian terhadap kondisi eksisting dan pertumbuhan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok yang menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan mendasar dan menimbulkan berbagai dampak, khususnya dampak