Ruang Lingkup Penelitian PENGEMBANGAN PELABUHAN BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECOPORT) DALAM RANGKA PENGELOLAAN PESISIR TERPADU (Studi Kasus Pelabuhan Tanjung Priok)
24
bergantung pada permasalahan yang menjadi fokus pengelolaan wilayah pesisir, misalnya pencemaran dan sedimentasi atau hutan mangrove. Batas ke arah laut 1
secara ekologis, kawasan laut yang masih dipengaruhi proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan seperti aliran sungai, limpahan air permukaan,
sedimentasi dan bahan pencemar; 2 secara administratif jarak 4 mil, 8 mil, dan 12 mil dari garis pantai; dan 3 segi perencanaan, suatu kawasan yang bergantung
pada permasalahannya yaitu kawasan yang masih dipengaruhi oleh dampak pencemaran atau sedimentasi, atau proses-proses ekologi lainnya Bengen, 2001.
Pelabuhan laut sebagai jasa pendukung kehidupan, merupakan salah satu fungsi pokok kehidupan masyarakat berdasarkan prinsip ekosistem pesisir dan laut.
Fungsi pokok lain ekosistem pesisir dan laut adalah sebagai penyedia sumber daya alam, sebagai penerima limbah, dan sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan
amenity. Pengembangan pelabuhan tidak terlepas kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir. Di wilayah pesisir dan lautan terdapat bebagai sumber daya alam
dan sumber daya jasa-jasa kelautan lainnya. Sumber daya pesisir dan kelautan ini ada yang bisa diperdagangkan dan ada yang tidak bisa diperdagangkan kegiatan
jasa kepelabuhanan termasuk sumber daya yang bisa diperdagangkan, sedangkan ekosistim mangrove, terumbu karang dan ekosistim lainnya tidak bisa
diperdagangkan. Kedua komponen ini sama-sama memiliki nilai ekonomis yang harus diperhitungkan dalam kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan adalah bagaimana menilai menilai suatu sumber daya alam secara komprehensif. Dalam hal ini tidak
saja marketvalue dari barang yang dihasilkan oleh suatu sumber daya, melainkan dari jasa yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut Fauzi, 1999. Kesulitan
penilaian ekonomi tersebut lebih nyata pada suatu wilayah, khususnya barang dan jasa diwilayah pesisir yang tidak diperdagangkan di pasar, sehingga aplikasi dari
penilaian sumber daya yang tidak dipasarkan non market valuationperlu dilakukan, agar trade off pemanfaatan dari barang dan jasa yang disediakan oleh
lingkungan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan wilayah pesisir secara lestari Kusumastanto, 1999.
Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan wilayah pesisir, termasuk pengelolaan kepelabuhanan dan aktivitas-aktivitas lainnya beragam.Dengan
25
terbitnya Undang-Undang nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Undang-Undang nomor 17 tahun 2008 tentang
Pelayaran, makapengelolaan wilayah pesisir, termasuk kawasan pelabuhan akan terpadu satu dengan yang lainnya. Di dalam Undang-Undang No.27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Bab I Pasal 1, terdapat beberapa pengaturan yang ada kaitannya dengan “pengembangan kepelabuhanan
dalam hal berwawasan lingkungan”, yaitu:
1 Daya dukung wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah kemampuan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Pelabuhan sebagai salah satu sumber daya
pesisir harus mampu mendukung kehidupan masyarakat wilayah pesisir. 2
Pengembangan pelabuhan erat kaitannya dengan reklamasi. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang, dalam rangka meningkatkan
manfaat sumber daya lahan, ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan dan pengeringan lahan atau drainase.
3 Pencemaran pesisir adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat energi danatau komponen lain ke dalam lingkungan pesisir akibat adanya kegiatan orang, sehingga kualitas lingkungan wilayah pesisir dan
lautan turun sampai ke tingkat tertentu. Penurunan kualitas lingkungan wilayah pesisir dan lautan menyebabkan kegiatan di bagian wilayah ini
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peranannya. Salah satu penyebab pencemaran wilayah pesisir dan lautan adalah tingginya kegiatan pelabuhan,
tanpa diimbangi dengan pengelolaan dan pengendalian lingkungan yang baik. Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok berwawasan lingkungan
dalam konteks pembangunan harus memenuhi dimensi lingkunganekologi yaitu meliputi kesesuaian kualitas lingkungan perairan, udara dan daratan
sesuai dengan standar Batas Ambang Mutu BAM yang ditetapkan, dimensi sosial yaitu peningkatan kualitas lingkungan sosial masyarakat
pekerja di dalam kawasan pelabuhan dan kawasan penyangga, dimensi ekonomi yaitu ketersediaan ruang pelabuhan menampung pertumbuhan
barang dan keterpaduan kebijakan pengembangan, pengelolaan dan
26
pengoperasian pelabuhan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan Institusi Pengelola Pelabuhan.