Analisis sebaran polutan di Kawasan Industri

Tabel 11. Hubungan antara kondisi stabilitas dan nilai konstanta n Kondisi stabilitas Nilai konstanta Large lapse rate Zero or small lapse rate Moderate inversion Large inversion 0,20 0,25 0,33 0,50 Sumber: Wark dan Warner 1981

3.4.2 Analisis sebaran polutan di Kawasan Industri

Analisis sebaran polutan di kawasan industri, dilakukan dengan beberapa tahap, sebagai berikut: 1 Inventarisasi Emisi Kegiatan inventarisasi emisi dilakukan untuk memperoleh gambaran secara rinci dan lengkap mengenai jenis dan sumber pencemar di wilayah studi. Hal ini dilakukan, agar dapat mendukung dalam analisis pola sebaran. Salah satu dasar batasan yang dipakai untuk menentukan sumber polutan adalah ketinggian cerobong. Inventarisasi emisi yang dilakukan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada sumber pencemar dari kegiatan industri dengan ketinggian cerobong di atas 40 empat puluh meter, karena hal ini dianggap dapat memberikan kontribusi sebaran polutan pada daerah yang cukup luas, yang meliputi seluruh wilayah Kota Cilegon. Sementara itu jenis dan sumber polutan dengan ketinggian di bawah 40 meter, termasuk sumber transportasi maupun sumber domestik diabaikan dalam penelitian ini, karena pola sebarannya lebih bersifat lokal atau mikro dengan sebaran polutan pada luas wilayah yang relatif lebih kecil. 2 Verifikasi Pabrik Jumlah pabrik di Kota Cilegon sebanyak 104 dengan pelbagai produksi dan bahan bakar yang digunakan berbeda. Pabrik tersebut menyebar di tiga zona kawasan industri. Untuk menganalisis sebaran polutan yang diemisikan, dilakukan verifikasi yang didasarkan pada tinggi cerobong yang digunakan. Dalam penelitian ini, diambil pabrik dari masing-masing zona sesuai kriteria pada bagian 1, selengkapnya ditampilkan pada Tabel 12. Tabel 12. Nama pabrik yang menyebarkan polutan di kawasan industri No Nama Pabrik Zona Bahan Bakar Jumlah Cerobong 1 2 3 4 5 PT. Indonesia Power PLTU Suralaya PT. Chandra Asri Pembangkit Listrik Cigading PT. Krakatau Steel PT. Krakatau Daya Listrik Pulomerak Ciwandan Ciwandan KS KS Batu bara, HSD dan MFO Solar, PFO dan MFO Residu dan BBG HSD dan MFO Residu 7 10 5 25 4 Keterangan : HSD = High Speed Diesel MFO = Marine Fuel Oil PFO = Pyrolisis Fuel Oil 3 Analisis sebaran polutan di kawasan industri Besarnya kapasitas emisi yang dipancarkan dari setiap kegiatan industri sangat tergantung pada jenis dan jumlah bahan bakar yang digunakan dalam setiap proses produksi. Umumnya bahan bakar batubara akan memberikan kontribusi emisi polutan yang lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar minyak dan gas bumi. Akan tetapi ada beberapa faktor yang dapat menurunkan kadar emisi ke udara yaitu faktor penggunaan teknologi pengendalian emisi dan kadar polutan dalam bahan bakar yang digunakan. Industri yang menggunakan teknologi pengendalian emisi akan memberikan kontribusi emisi polutan yang lebih kecil dibandingkan dengan industri yang sama sekali tidak menggunakan teknologi pengendalian. Demikian juga dengan penggunaan bahan bakar, industri yang menggunakan bahan bakar yang kandungan polutannya lebih rendah akan memberikan emisi yang lebih kecil. Untuk menganalisis konsentrasi pencemar udara yang keluar dari cerobong pabrik menggunakan persamaan model dispersi Gauss. Model untuk menganalisis penyebaran pencemar udara dari setiap cerobong pabrik menggunakan s creen3. Dalam publikasi World Bank 1997 diungkapkan bahwa screen models dapat digunakan untuk menentukan dispersi pencemar udara dengan lebih cepat karena prosesnya yang tidak terlalu kompleks. Output dari model screen3 akan didapat konsentrasi maksimum dan jarak polutan yang diemisikan dari sumber.

3.4.3 Prediksi Sebaran Polutan pada suatu Wilayah