Kawasan Industri Pencemaran Udara di Kawasan Industri

Secara umum data iklim hujan, suhu udara, kelembapan nisbi, lama penyinaran dan kecepatan angin Kota Cilegon rata-rata Tahun 2001 sampai 2007, ditampilkan pada Tabel 16. Tabel 15. Ketinggian lapisan pencampuran meter W a k t u Lokasi 07.00 13.00 19.00 22.00 Cilegon 320 - 640 320 - 2200 320 - 2200 320 Sumber data: BMG Serang

4.2 Pencemaran Udara di Kawasan Industri

4.2.1 Kawasan Industri

Kota Cilegon memiliki tiga zona kawasan industri, yakni: zona Ciwandan, zona Krakatau Steel dan zona Pulomerak. Setiap zona terdiri dari beberapa pabrik dengan berbagai produk, bahan bakar dan tinggi cerobong yang digunakan berbeda-beda. Luas tanah yang digunakan untuk industri sebesar 17. Jumlah pabrik di Kota Cilegon sebanyak 104 perusahaan, yang tersebar di berbagai kawasan industri. Jumlah pabrik di zona kawasan Krakatau Steel sebanyak 44 perusahaan, kawasan Ciwandan 21 perusahaan dan kawasan Pulomerak sebanyak 39 perusahaan, selengkapnya ditampilkan pada Tabel 33 pada Lampiran 1. Data industri yang diuraikan, yang berhubungan dengan studi ini meliputi: 1 Sumber pencemar Sumber pencemar yang dikaji dalam penelitian ini meliputi tiga zona kawasan industri yang didasarkan pada penggunaan bahan bakar dan tinggi cerobong masing-masing unit operasi. Berdasarkan survey lapang di kawasan industri Kota Cilegon, terdapat lima pabrik dari semua kawasan industri yang dominan mengemisikan polutan tinggi. Kelima pabrik tersebut didasarkan pada tinggi cerobong dan bahan bakar yang digunakan. Untuk zona KS, dipilih PT KS, PT Krakatau Daya Listrik KDL, untuk zona Ciwandan, PT Chandra Asri, dan Pembangkit Listrik Cigading, sedangkan untuk zona Pulomerak adalah PT Indonesia Power. 57 Tabel 16. Data iklim Kota Cilegon B u l a n No Unsur Iklim Jan Feb Maret Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des Tahunan Hujan : Curah hujan mm 305 287 192 87 42 163 185 44 66 149 70 886 2476 1 Hari hujan 25 19 18 14 18 18 13 11 11 18 13 29 207 2 Suhu udara C 26,4 26,6 27,0 27,4 27,2 26,9 26,4 26,2 27,0 27,0 26,9 26,3 26,8 3 Kelembapan Nisbi 86 87 85 83 84 85 84 84 82 87 83 85 85 4 Lama Penyinaran 36 47 58 65 67 65 71 72 72 61 51 29 58 Kecepatan angin 5 rata-rata ms 0,2 1,9 3,0 3,0 2,5 3,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 4,0 2,3 Sumber data: Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Serang rata-rata tahun 2001 sampai 2007 2 Bahan bakar Bahan bakar yang digunakan pabrik di kawasan industri Cilegon berbeda-beda, secara umum ada lima jenis bahan bakar yang digunakan yakni: batubara, residu, solar, High Speed Diesel HSD, Pyrolisis Fuel Oil PFO dan Marine Fuel Oil MFO. Dalam pengoperasiannya PT Indonesia Power menggunakan bahan bakar batubara, HSD dan MFO. Bahan bakar batubara dan HSD digunakan untuk proses pembakaran unit 1 sampai unit 7, sedangkan untuk bahan bakar MFO hanya digunakan pada unit 1 sampai unit 4. PT Chandra Asri menggunakan bahan bakar solar, PFO dan MFO. Bahan bakar residu dan Bahan Bakar Gas BBG digunakan pembangkit listrik Cigading. PT Krakatau Daya Listrik menggunakan bahan bakar residu, sedangkan PT Krakatau Steel menggunakan bahan bakar HSD dan MFO. Jenis dan alokasi pemakaian bahan bakar selengkapnya ditampilkan pada Tabel 17. Tabel 17. Jenis dan alokasi pemakaian bahan bakar Pemakaian No Perusahaan Bahan Bakar tonjam LiterBulan 1 PT Indonesia Power Batu bara 170-255 - HSD - 320,09 MFO - 307.617 2 PT Chandra Asri Solar 1,00 - PFO 3,72 - MFO 3,76 - 3 PT Cigading Residu 80,00 - BBG - - 4 PT KS HSD - 1.707 MFO - 44.444 5 PT Krakatau Daya Listrik Residu 80,00 - Sumber: DLHPE Kota Cilegon 2006 3 Cerobong Cerobong yang digunakan pabrik di kawasan industri, berbeda-beda, masing- masing pabrik memiliki beberapa cerobong dengan tinggi yang berbeda. Dari tiga kawasan industri, di zona Pulomerak, yakni di PT Indonesia Power memiliki 7 cerobong dengan tinggi 200 – 275 meter. Adapun bentuk bagian-bagian dari cerobong, ditampilkan pada Gambar 13. Gambar tersebut memvisualisasikan bentuk cerobong yang dipasang dengan Continuous Emitions Monitoring CEM. Gambar diambil dari cerobong pabrik dedusting PT KS setinggi 80 meter. Gambar 13. Bentuk cerobong 4 Jenis produk dan kapasitas energi Pada dasarnya kegiatan produksi yang dilakukan PT KS merupakan satu kesatuan rangkaian proses produksi mulai dari bahan baku, berupa biji besi menjadi produk setengah jadi. Saat ini PT KS memiliki 7 tujuh unit fasilitas produksi pabrik, yang terdiri dari: 1 Pabrik Besi Spons Direct Reduction Plant, 2 Pabrik Baja Slab Slab Steel Plant I, 3 Pabrik Baja Slab Slab Steel Plant-2, 4 Pabrik Billet Baja Billet Steel Plant, 5 Pabrik Batang Kawat Wire Rod Mill, 6 Pabrik Canai Panas Hot Strip Mill, dan 7 Pabrik Canai Dingin Cold Rolling Mill. Pabrik besi spons atau Direct Reduction Plant DRP memproduksi besi spons, dengan kapasitas produksi antara 1,3 juta sampai 2 juta ton per tahun. Proses produksi dilakukan dengan cara mengubah pellet Fe 2 O 3 menjadi biji spons dengan metoda reduksi langsung Direct Reduction. Penggunaan energi yang dibutuhkan untuk pengoperasian indutsri DRP menggunakan listrik dengan pemakaian per bulannya sekitar 77,953 MW. Energi listrik tersebut disuplai oleh PT KDL. Pabrik baja slab atau Steel Slab Plant SSP-1 dilengkapi dengan empat buah dapur listrik Electrical Furnace, dengan kapasitas masing-masing 130 ton liquid skill yang dilengkapi dengan mesin continuous casting. Produksi pabrik SSP-1 berupa slab sebagai bahan baku untuk pabrik Hot Strip Mill HSM dengan kapasitas 1.200.000 tontahun. Pabrik ini membutuhkan energi listrik sebesar 65.000.000 KWHbulan yang bersumber dari PT KDL. Selain listrik, pabrik ini juga menggunakan gas sebesar 16.000 m 3 bulan untuk kegiatan industri yang bersumber dari Perusahaan Gas Indonesia PGI. Pabrik baja slab atau Steel Slab Plant SSP-2 pada dasarnya sama dengan pabrik SSP-1. Kapasitas produksinya mencapai 800.000 tontahun. Pabrik ini membutuhkan energi listrik sebesar 93,5 MW, sedangkan per bulannya sebesar 39,6 juta KWH yang bersumber dari PT KDL. Selain listrik, pabrik ini juga menggunakan energi gas alam sebesar 659,520 Nm 3 bulan untuk kegiatan industri yang bersumber dari PGI. Pabrik billet baja atau Billet Steel Plant BSP membutuhkan energi listrik dengan kapasitas 165 MW yang bersumber dari PT KDL. Pemakaian perbulannya berkisar 125 MW yang dibutuhkan untuk proses melting. Pabrik batang kawat atau Wire Rod Mill WRM menggunakan bahan baku hasil produksi pabrik BSP dengan berat 1,1 – 2,2 tonbatang billet. Kapasitas produksi pabrik batang kawat adalah 375.000 tontahun. Energi yang digunakan di pabrik WRM adalah energi listrik, khususnya untuk proses rolling, dengan jumlah sebesar 20 MW yang disuplai dari PT KDL. Pabrik ini juga menggunakan energi gas yang disuplai dari Pertamina dengan kapasitas terpasang 8.000 Nm 3 jam sedangkan pemakaian per bulannya sebesar 1508 Nm 3 jam. Pabrik canai panas atau Hot Strip Mill HSM menggunakan bahan baku slab yang berasal dari pabrik SSP-1 dan SSP-2 dengan kapasitas maksimum 2.520.000 ton per tahun. Penggunaan energi yang dibutuhkan pabrik ini adalah energi listrik yang bersumber PT KDL dengan kapasitas terpasang sebesar 17.478.896 KWH sedangkan rata-rata pemakaian per bulannya sebesar 14.512.774 KWH. Pabrik canai dingin atau Cold Rolling Mill CRM menggunakan bahan baku yang berasal dari HSM dalam bentuk gulungan hot rolled coil HRC dengan volume 56.181 ton per bulan. Kapasitas energi yang digunakan sebesar 17.513.852 KWH yang bersumber dari PT KDL dengan pemakaian per bulannya sebesar 10.313.419 KWH.

4.2.2 Aplikasi Model Screen3